Mohon tunggu...
Aurora Lygia A Silaban
Aurora Lygia A Silaban Mohon Tunggu... Mahasiswa - Geografi, Universitas Indonesia

Mahasiswa Program Studi Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Problematika Ciliwung: Yang Kasat Mata dan yang Tersembunyi

31 Desember 2022   18:55 Diperbarui: 31 Desember 2022   19:18 701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sungai Ciliwung dari Jembatan Slamet Riyadi (Dokpri)

Apabila dikaji dari aspek geomorfologi, ibukota Indonesia--kota Jakarta--memiliki kondisi fisik yang berupa dataran rendah dengan sungai yang bercorak peneplain; yaitu dataran rendah yang dibentuk oleh erosi yang berkepanjangan. Hal ini menyebabkan  air  permukaan  yang  tertampung  pada sungai  mengalir  datar sehingga bentuk sungai di Jakarta terlihat berkelok-kelok. Selain dari itu, wilayah daratan di Jakarta 40%-nya merupakan submerged land, yang berarti cukup banyak wilayah  dataran  di kota metropolitan ini yang berada di  bawah  permukaan  laut. 

Dengan kondisi geografis yang rendah, daratan Jakarta juga dialiri oleh 13 (tiga belas) sistem aliran sungai yang mayoritas berhulu dari Jawa Barat, dan bermuara di Pantai Utara, Teluk Jakarta. Terkait dengan hal tersebut, hilir sungai di Jakarta kerap dijadikan tempat pembuangan maupun limpahan terakhir. 

Oleh karenanya mutu air sungai di Jakarta menjadi rendah, sebab sebagian besar telah tercemar--air sungai maupun air tanah--didasari oleh pemantauan Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta yang menyatakan air di Jakarta memiliki kandungan pencemar organik   dan   anorganik yang  tinggi.   Efek yang dirasakan tentunya masyarakat tidak dapat menggunakan sungai tersebut sebagai sumber air minuman dan baku, sektor pertanian, peternakan, perikanan dan usaha perkotaan. 

Dari ketiga belas sungai yang mengaliri Jakarta, salah satunya adalah DAS (Daerah Aliran Sungai) Ciliwung yang melintasi wilayah ibukota. Panjang sungai Ciliwung adalah 117 km dengan luas 347 km2  yang berhulu di Tugu Puncak, Bogor dan bermuara di Pantai Utara. 

Oleh karena termasuk ke dalam DAS Urban, bantaran Sungai Ciliwung (Manggarai, Bukit Duri, Kampung Melayu) menjadi tempat tinggal bagi 350.000 jiwa. Namun ada beberapa rumah yang telah memasuki badan sungai, sehingga saat ini kondisi lebar eksisting Sungai Ciliwung 10-15 meter. 

Sumber gambar : Peta Segmentasi DAS Ciliwung (das.openthinklabs.com) 
Sumber gambar : Peta Segmentasi DAS Ciliwung (das.openthinklabs.com) 

Seiring perkembangan waktu, terjadi alih fungsi lahan di sekitar DAS Kali Ciliwung--hal ini tentunya bukan menjadi kejutan untuk sebuah kota metropolitan--kegiatan pembangunan di sepanjang hulu hingga hilir DAS Ciliwung tergolong sangat intensif yang disebabkan oleh tuntutan lahan permukiman karena pertumbuhan penduduk yang tinggi akibat migrasi. 

Perubahan lahan yang awalnya adalah daerah resapan; berfungsi sebagai infiltrasi (menyerap air hujan) saat ini telah berubah menjadi lahan pemukiman dan bangunan gedung. Sehingga akibat yang terjadi adalah terdapat runoff yaitu limpahan permukaan hasil dari debit aliran sungai yang awalnya kecil lalu menjadi besar, dan pada lokasi tertentu terjadi luapan genangan karena tidak tertampungnya runoff atau yang kita kenal dengan bencana banjir

Melintasi perumahan, pemukiman padat dan kumuh, Sungai Ciliwung mengalami pencemaran oleh limbah dan kerusakan yang paling parah dibandingkan dengan sungai lainnya yang ada di Jakarta. Sumber pencemar di Ciliwung terbagi dalam 3 kelompok yaitu sumber pencemar instansional, sumber pencemar non institusional dan sumber pencemar dari daerah hulu (Hendrawan, 2008). 

  • Sumber Pencemar Instasional : limbah yang berasal dari kegiatan yang memiliki pengelola yang jelas seperti industri (logam; tekstil; makanan; agro-industri; listrik dan gas; dsb.), rumah sakit, gedung, maupun perdagangan

  • Sumber Pencemar Non-Instasional : limbah domestik--kegiatan rumah tangga, pertanian maupun sampah yang terbawa erosi sungai yang tidak jelas pengelolaan limbahnya

  • Sumber Pencemar dari Daerah Hulu : limbah maupun bentukan sampah lainnya yang berasal dari wilayah hulu sungai. 

   

Pipa Pembuangan Limbah Rumah Tangga (Dokpri)
Pipa Pembuangan Limbah Rumah Tangga (Dokpri)
Limbah Rumah Tangga Bantal melintasi Sungai Ciliwung (Dokpri)
Limbah Rumah Tangga Bantal melintasi Sungai Ciliwung (Dokpri)

Berdasarkan hasil observasi langsung di lapangan, Sungai Ciliwung memiliki tingkat pencemaran yang tinggi. Hal ini terlihat dari aspek fisik yaitu kondisi air di sungai ini terlihat sangat keruh--hingga agak menghitam, berbusa, berbau busuk dan tengik. Polutan seperti barang-barang rongsok dari rumah tangga terlihat melintasi badan sungai. Bentuk lainnya adalah terdapat banyak pipa pembuangan dari rumah tangga yang mengalir ke sungai Ciliwung di Wilayah Manggarai. 

Bantaran Sungai juga terlihat sangat padat dan tergolong kumuh, permasalahan ini tidak dapat langsung terselesaikan dengan relokasi ke rumah susun oleh karena beberapa penduduk yang tinggal di samping jembatan Slamet Riyadi, Manggarai tersebut memiliki pendapat yang bertolak dengan pemerintah dan juga bukan merupakan penduduk asli Jakarta melainkan pendatang, yang didasarkan dari wawancara warga setempat. 

 

Pemukiman di Bawah Jembatan Slamet Riyadi dan Rel Kereta Stasiun Manggarai-Matraman (Dokpri)
Pemukiman di Bawah Jembatan Slamet Riyadi dan Rel Kereta Stasiun Manggarai-Matraman (Dokpri)

Anak-anak sedang berekreasi dengan berenang di Sungai Ciliwung (Dokpri)
Anak-anak sedang berekreasi dengan berenang di Sungai Ciliwung (Dokpri)

Sungai Ciliwung mengalami penurunan yang cukup hebat, sebab pada zaman Pemerintahan Belanda, sungai ini dirawat dengan baik--namun kini Ciliwung kerap kali disebutkan serta dikaitkan sebagai alasan terbesar bencana di musim penghujan, banjir (Saleh Danasasmita, 1933-1986). 

Oleh sebab itu Sungai Ciliwung harus dirawat, dikelola serta dipantau kualitas airnya dengan cermat sesuai dengan peruntukan Sungai Ciliwung berdasarkan Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 582 Tahun 1995 adalah sebagai sumber air baku air minum dengan klasifikasi Golongan B(6). Maka, sungai ciliwung harus memiliki konsentrasi COD tidak melebihi 20 mg/l. Dan konsentrasi BOD air sungai Ciliwung tidak melebihi 10 mg/l 

Saran dan solusi yang dapat diberikan adalah 

  1. Sungai Ciliwung dengan Masyarakat

Masyarakat menjadi pelaku utama dalam pencemaran air, oleh karena itu pelaksanaan relokasi penduduk yang bermukim di bantaran sungai harus segera dilakukan. Pemerintah dapat memberikan penyuluhan tentang relokasi ini secara rutin dan berkala, dapat juga diadakan aktivitas dimana masyarakat terlibat dalam pengelolaan DAS Ciliwung sehingga masyarakat dapat mengetahui pentingnya menjaga kualitas air sungai. Pemerintah juga harus tegas dalam pembuatan peraturan penegakan hukum tentang limbah industri dan domestik, hal ini dapat dibantu dengan pemasangan sensor monitoring online.

  1. Upaya Revitalisasi

Salah satu bentuk revitalisasi yang dapat dilakukan adalah dengan pembuatan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang memiliki banyak manfaat seperti sebagai tempat penyerapan air sesuai dengan zonasi pembuatannya (Wardiningsih dan Salam, 2019)

  • Zona Penyangga 

Area yang yang dikembangkan sebagai area vegetasi dengan fungsi ekologis (penyerap air, pelindung tanah dan air, penghasil oksigen, mencegah erosi dan  me-reduksi radiasi matahari dan polusi)

  • Zona Konservasi

Area yang dapat digunakan untuk melestarikan vegetasi dan satwa di sekitar sungai dengan pembuatan turap dan penataan vegetasi pada daerah yang berlereng curam untuk mencegah erosi akibat arus sungai.  

  • Zona Estetika

Area yang menjadikan RTH sebagai tempat yang menarik dan mengundang adanya tempat hiburan

 

Daftar Referensi

Hasibuan, Ratna Sari. 2017. Kajian Kualitas Air Sungai Ciliwung. Bogor: Universitas Nusa Bangsa.

Yudo, Satmoko dan Nusa Idaman Said. 2018. Status Kualitas Air Sungai Ciliwung di Wilayah DKI Jakarta. Serpong: Pusat Teknologi Lingkungan, Badan Pengkajian, dan Penerapan Teknologi.

Susilowati, Wahyuni, dkk. 2012. Peran Serta Masyarakat Dalam Meningkatkan Kualitas Lingkungan Daerah Aliran Sungai Ciliwung. Depok: Politeknik Negeri Jakarta.

Yudo, Satmoko dan Nusa Idaman Said. 2018. Status Kualitas Air Sungai Ciliwung di Wilayah DKI Jakarta. Serpong: Pusat Teknologi Lingkungan, Badan Pengkajian, dan Penerapan Teknologi.

Dwiputra, Roby, Eko Kusratmoko, dan Rudy Tambunan. 2021. Prioritas Lokasi Revitalisasi Sungai Ciliwung di Wilayah DKI Jakarta. Depok: Universitas Indonesia dan DCKTRP Pemprov. DKI Jakarta

Zamroni, Fahmi. 2015. Analisa Pengendalian Banjir Kali Ciliwung Ruas Jembatan MT Haryono-Pintu Air Manggarai. Malang: Universitas Brawijaya 

Wardinigsih, Sitti dan Banni Fuadi Salam. 2019. Perencanaan Ruang Terbuka Hijau Sempadan Sungai Ciliwung di Kawasan Kampung Pulo dan Bukit Duri Jakarta.  Jakarta: Institut Sains dan Teknologi Sains

Fitrianti, Nur A dan Nuru Laili F. 2018. Relokasi Permukiman Warga Bantaran Sungai Ciliwung di Provinsi Jakarta. Jember: Universitas Jember

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun