Ibu, aku tahu aku tak punya hak apa-apa untuk memintamu melakukan apa pun. Aku bukan siapa-siapa. Tapi sekali lagi, aku cuma seorang ibu, yang pernah juga menjadi seorang anak. Kurasa kau pun juga sama sepertiku. Kurasa kau pun sama dengan semua orang dewasa di dunia ini yang pernah melalui masa kanak-kanak dan remaja. Bila memang masa lalumu menyakitkan, apakah adil kalau kau menorehkan juga rasa sakit itu dalam kehidupan bidadari cantikmu?
Tak pernah ada kata terlambat untuk sebuah permintaan pertolongan. Kecuali bila memang dia sudah terlalu remuk untuk bisa disusun lagi. Aku khawatir waktu itu akan segera datang kalau kau tak mau berubah.
Ibu, maafkan aku bila terpaksa harus memainkan jemariku di atas keyboard laptop untuk menuliskan semua ini. Aku sudah tidak tahan lagi melihat semuanya. Bila kau memintaku untuk tak peduli, aku bisa melakukannya. Tapi sungguh mati hati nuraniku berontak.
Atas nama harumnya cinta, berikan cinta itu pada buah hatimu. Setitik saja, setulusnya, maka dia akan memelukmu jauh lebih erat daripada yang pernah kau bayangkan. Karena sesungguhnya dia sangat menyayangimu. Setidaknya, ada seseorang yang sudah mengajarinya untuk mempertahankan sisa cinta itu.
Ini bukan tentang aku, Ibu. Ini tentang lembaran hidupmu. Ini tentang luka dan cinta bidadari cantikmu...
* * * * *
(s.e.m.a.t.a.f.i.k.s.i)