Saya tadi pagi buka FB dan sempat melihat ada heboh tentang pelajaran Matematika yang didapat oleh anak kelas 2 SD. Bahkan topik ini sempat dijadikan berita oleh sebuah media online, plus ramai juga di-share di FB.
Ceritanya, ada seorang mahasiswa yang memprotes guru adiknya, karena adiknya hanya mendapat nilai 20 atas PR yang dia yakin seluruh jawabannya benar. Adiknya itu masih kelas 2 SD.
Contoh soalnya adalah :
4+4+4+4+4+4 = ... x ... = ...
Jawaban anak kelas 2 SD itu sesuai arahan kakaknya adalah 4 x 6 = 24. Tapi oleh gurunya disalahkan karena yang betul adalah 6 x 4 = 24.
Lho??? Apa bedanya wong hasilnya sama-sama 24?
Bila merujuk pada sifat komutatif pada matematika, maka a x b = b x a. Jadi 6 x 4 = 4 x 6. Mutlak betul, kalo dilihat dari sifat komutatif dan hasil akhirnya. Tapi bila masuk pada konsep logika matematika, maka 6 x 4 tidak sama dengan 4 x 6 walaupun hasilnya tetaplah sama, 24. Lho, kok bisa???
Dalam soal di atas sudah disebutkan 4+4+4+4+4+4. Ada 6 angka 4. Maka sistem operasi perkaliannya adalah 6 x 4, BUKAN 4 x 6. Kalau 4 x 6 itu artinya ada 4 angka 6 alias 6+6+6+6. Beda kan?
Matematika termasuk ilmu di awang-awang, alias sulit dibayangkan kalau tanpa ditetapkan. Maka penerapan matematika dalam bentuk sederhana biasanya dirupakan dalam soal cerita. Di sini kita bermain dengan konsep logika matematika.
Lalu bagaimana bentuk sederhana mengapa 4 x 6 bukanlah 6 x 4? Kita ambil saja contoh yang paling umum. Siapa yang belum pernah sakit dan berurusan dengan minum obat?
Dosis obat yang biasa harus diminum adalah 3 x 1 alias 3 kali minum, per minum 1 sendok atau 1 butir. Lha kalo 3 x 1 = 1 x 3? Apa akibatnya kalo minum obat dirapel jadi 1 kali minum, per minum langsung 3 sendok atau 3 butir? Saya kira anak SD kelas 2 pun bisa memahami konsep ini dengan mudah. Mungkin tidak tepat kalo berurusan dengan pakar matematika dan ilmu pasti lainnya. Tapi harus gimana ortu menjelaskan itu pada anak kelas 2 SD kalo nggak pake contoh nyata? Sementara dari dulu ajaran guru 'harus' seperti itu?
Bermain logika saya pikir perlu dibiasakan sejak anak masih kecil. Seperti belajar bicara, seorang anak kita latih belajar bicara sedini mungkin kan? Prosesnya pun nggak mudah. Dari cuma bisa ah uh ah uh, meningkat jadi makin lancar dan makin lancar bicara. Begitu pula belajar logika dan konsep matematika seperti contoh di atas.
Hasil itu penting. Tapi memahami dan menghargai proses itu lebih penting lagi. Dan dalam konsep matematika sederhana seperti di atas, kita bisa memahami kenapa semua hal yang terlihat sama kenapa hasilnya jadi lain. Dan kenapa hal yang kelihatannya lain hasilnya akan sama. Ada hal yang benar tapi bisa jadi 'salah' bila diletakkan pada konsep yang kurang tepat.
Salam IRT,
Lis S.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI