Mohon tunggu...
Anifatun Mu'asyaroh
Anifatun Mu'asyaroh Mohon Tunggu... freelance -

Pengangguran yang gemar berkhayal. Penulis pemula-pemalu. Pembaca diam-diam. Saya cinta fiksi 💚...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Setan-setan Bersayap

16 Maret 2016   22:53 Diperbarui: 16 Maret 2016   23:14 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku tidak yakin mampu menerbangkan setan-setan bersayap itu malam ini. Begitu banyak hal menyenangkan dan memuakkan terjadi sehingga aku bingung memilih menu makanan mana yang pantas untuk mereka.

Mereka kelaparan dan kelelahan, mengangakan mulut dan bergeliat-geliat, seperti bayi burung gereja berdasi yang menanti induknya membawa pakan. Aku tidak tega, tapi aku sedang sibuk mengukur kecepatan angin di luar rumah.

Aku mengurung mereka di sebuah kandang, yang melayang di dalam cairan anti gesek paling sempurna, yang diberikan Pencipta pada makhluk-Nya yang paling sempurna. Aku menjaga tekanan, volume, dan suhu cairan itu dengan seteliti mungkin untuk menjamin kenyamanan setan-setan bersayap itu.

Aku rasa ini adalah saat yang tepat untuk melatih setan-setan itu terbang selayaknya setan-setan peliharaan orang lain. Sebenarnya aku tidak mau mereka kedinginan akibat bergesekan dengan kasarnya angin malam, tapi aku telah mengukur angin itu. Angin tidak terlalu perkasa malam ini.

Setan-setan bersayap itu masih sebesar kelingking, mungkin sebesar kelingking bayi yang baru lahir dan berusia lima menit. Ukuran mereka jauh dari ukuran setan-setan lain yang sebesar jempol, bahkan empat jempol. Punyaku sebesar kelingking, tapi jangan kau meremehkan setan-setanku karena dia mampu memunculkan kejutan-kejutan yang bahkan besarnya lebih dari sepuluh jempol. Aku masih tidak yakin sebetulnya, tapi beberapa orang berkata bahwa setan-setanku hebat dan berbakat.

Aku memutuskan mengangkat jendela dan meletakkan setan-setan itu dengan halus. Aku tidak ingin dia terkaget lalu memberontak dan tidak mau terbang. Aku memberi mereka remah-remah keripik balado yang sedikit pedas dan berharap keripik itu mampu menyogok mereka agar mau mengepakkan sedikit saja sayapnya barang satu sisi. Namun, sepertinya keripik itu terlalu lezat bagi mereka sehingga mereka tak mau berhenti memakannya sebelum perut mereka buncit.

Aku gagal lagi malam ini. Perut mereka terlalu penuh dan aku yakin sebentar lagi mereka akan tertidur tanpa sempat berpikir bahwa mereka memiliki sayap, apalagi keinginan untuk terbang.

Sekejap, anganku untuk membuat mereka sebesar sepuluh jempol lenyap seperti terserap kuasar. Aku tertunduk di samping jendela yang tadi baru sempat aku buka setengahnya. Aku mungkin terlalu berharap pada setan-setan yang masih amatir, yang bahkan masih miskin pengalaman dan kosakata ini.

Aku memandang makhluk-makhluk kecil itu. Kini mereka sudah kembali bersemayam di dalam sangkar melayang kesukaan mereka yang hangat dan nyaman. Mereka tidak tahu betapa aku menjaga kenyamanan mereka agar mereka bisa tidur nyenyak, lalu berkembang menjadi besar sebesar sepuluh jempol. Tidur mereka begitu nyenyak. Polos dan hampa.

Aku tidak mampu menerka bagaimana mereka besok, lusa, minggu depan apalagi empat tahun ke depan. Mungkin mereka akan terus tertidur seperti itu hingga menua menjadi kerak-kerak dalam sarang karena terlalu malas untuk mencoba terbang.

Aku mulai berpikir untuk membuang mereka lalu berburu malaikat-malaikat bersayap. Namun, aku tidak mampu berpisah mata dengan setan-setan yang sudah seumur hidupku menemaniku dalam sangkarnya. Aku akan membawa malaikat. Malaikat yang baik itu, pasti akan lebih hebat membujuk setan-setan bersayap bangun dan belajar terbang. Aku tahu itu sebuah teori yang sempurna.

Empat tahun lagi, aku akan membuka sangkar ini dan aku akan mendapati setan-setan itu telah mampu terbang dan membawa selusin mutiara khayangan, yang sinarnya lebih indah dari Venus di kala senja. Aku akan membawa dan memamerkan mutiara-mutiara itu kepada orang-orang lain yang memelihara setan-setan bersayap sebesar empat jempol. Aku akan membeli sebuah akuarium dan membuat dua belas kerang buatan yang terbuat dari pecahan meteorit untuk menjadi rumah para mutiara itu.

Sedangkan setan-setan dan malaikat-malaikatku akan selalu bersemayam di dalam sangkarnya, hingga waktu berhenti berlari.

Semoga.

(Depok, 2010)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun