Mohon tunggu...
Aurelna Griseldis
Aurelna Griseldis Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta

Saya Aurelna Griseldis Setiyarto, mahasiswi tahun ketiga di Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta jurusan Hubungan Internasional. Saya tertarik dengan bidang hubungan internasional dan hubungan masyarakat. Saya suka berinteraksi dengan orang lain, membangun kerjasama dengan orang lain dan juga saya suka belajar tentang pengalaman baru.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengumpulkan Eki Sutanpu (Stempel Stasiun/Eki Stamp): Bentuk Diplomasi Budaya Jepang Terhadap Wisatawan

6 Oktober 2023   12:00 Diperbarui: 6 Oktober 2023   12:09 862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbeda halnya dengan masyarakat Indonesia yang gemar mengoleksi perangko, masyarakat Jepang gemar mengoleksi stempel. Bahkan masyarakat Jepang menggunakan stempel nama keluarga mereka ketika hendak melegalisasi sebuah dokumen. 

Kegemaran mengoleksi stempel ini menjadi salah satu budaya unik yang dimiliki Jepang. Awalnya pada tahun 1931, sebuah stasiun di daerah Fukui menyediakan stempel bagi penumpang yang baru saja turun. Setiap orang yang memiliki stempel tersebut menandakan bahwa mereka benar-benar telah berkunjung ke Fukui. 

Stempel di Stasiun Fukui ini awalnya bertujuan untuk mendorong pariwisata lokal, khususnya di kalangan anak muda. Namun, stempel yang sering disebut Eki Sutanpu ini pun kian populer dan akhirnya menyebar ke tradisi yang luas. Eki sutanpu sendiri dalam bahasa Indonesia berarti Stempel Stasiun. Eki stamp mudah menjadi populer di kalangan masyarakat Jepang karena menggabungkan dua hal yang disukai orang Jepang, yakni stempel dan kereta api. 

Diplomasi budaya sendiri digunakan untuk memperkenalkan dan mempromosikan baik budaya dari suatu negara, juga sumber daya yang dimiliki negara tersebut kepada negara lain, atau yang sering dikenal dengan ekspor budaya. Budaya mengoleksi stempel ini pun diperkenalkan Jepang kepada dunia.

Jepang mengajak para wisatawan yang berkunjung ke Jepang untuk turut andil dan melestarikan pula budaya mengoleksi stempel ini. Dengan dikenalnya budaya mengoleksi stempel ini menjadi bentuk ekspor budaya Jepang terhadap masyarakat Internasional.

Sumber: Instagram/lindachan1234
Sumber: Instagram/lindachan1234

Dengan budaya Jepang yang kental, tradisi mengoleksi stempel yang dimana para turis dapat ikut berpartisipasi ini menjadi daya tarik tersendiri untuk mengunjungi Jepang. Para turis dalam melakukan kunjungannya ke Jepang tentunya akan menggunakan alat transportasi kereta. Di setiap pemberhentian stasiun ini lah para turis akan dapat ikut mengoleksi stempel dari setiap stasiun yang dikunjungi.

Stempel yang berhasil dikumpulkan para turis ini lah yang kemudian dapat dijadikan buah tangan spesial bagi mereka yang diperoleh dengan usaha sendiri dan didapatkan secara gratis. Setiap stempel yang telah dimiliki para turis ini pun pastinya akan memiliki kenangan tersendiri bagi mereka.

Eki stamp dapat ditemukan di area yang mudah ditemui seperti di area dekat pintu masuk atau pintu keluar stasiun. Namun tak jarang juga penempatannya berada di area dalam stasiun sehingga jika kesulitan menemukan Eki stamp corner bisa meminta bantuan kepada para petugas stasiun. Di Jepang sendiri terdapat lebih dari 9.000 stasiun, dan diperkirakan ada lebih dari 5.000 jenis Eki sutanpu. 

Sumber: Instagram/yukara_kaoruko
Sumber: Instagram/yukara_kaoruko

Stempel ini biasanya ada di meja atau konter dengan bantalan tinta tradisional dan kertas seukuran kartu pos yang bisa digunakan untuk mengoleksi stempel tersebut.

Sumber: Instagram/babo.bear
Sumber: Instagram/babo.bear

Di beberapa stasiun terdapat pula mesin cap yang lebih modern berukuran cukup besar dan mudah digunakan.

Sumber: Instagram/plansandtravel
Sumber: Instagram/plansandtravel

Untuk mengoleksi Eki sutanpu sendiri para turis dapat membawa sendiri buku yang diperuntukkan untuk mengoleksi stempel-stempel stasiun Jepang dengan kertas yang lumayan tebal. Namun buku khusus untuk mengoleksi eki stamp juga diperjualbelikan di Jepang, dan dapat ditemukan di beberapa toko buku besar di Jepang. Buku stempel Eki ini tersedia dalam beberapa ukuran, namun umumnya seukuran paspor yang berisi sekitar 50 halaman dengan kertas yang tebal dan pada beberapa buku di tiap halamannya ada bagian untuk menuliskan nama stasiun dan note lainnya. 

Eki Sutanpu ini dirancang dengan indah dan unik di setiap stasiunnya dengan memberikan gambaran mengenai karakter lokal, motif khas distrik, arsitektur, pemandangan ataupun landmark utama di lingkungan tersebut. Tak hanya itu, di beberapa lokasi terkadang dirilis pula stempel Eki untuk memperingati beberapa acara khusus, terkadang ada pula edisi karakter populer seperti doraemon, pokemon dan karakter-karakter anime lainnya.

Sumber: Instagram/ellenregar
Sumber: Instagram/ellenregar

Di beberapa stasiun, pada eki stamp corner nya menampilkan pula daftar desain Eki sutanpu di stasiun-stasiun lainnya. Hal ini tentunya dapat mendorong minat para turis pula untuk berburu eki stamp di seluruh Jepang.

Sumber: https://japanrailtimes.japanrailcafe.com.sg/web/article/news/eki-stamp
Sumber: https://japanrailtimes.japanrailcafe.com.sg/web/article/news/eki-stamp

Pada tanggal 8 Juli 2020 pun dirilis desain baru Eki stamp di 78 stasiun yang ada di bawah yurisdiksi JR East Tokyo. Desain baru yang dirilis oleh JR East Tokyo ini didesain berdasarkan simbol keluarga dan menggabungkan karakter kanju dari nama stasiun dengan ilustrasi tempat-tempat menarik di area sekitar stasiun. 

Pada dasarnya kegemaran mengoleksi stempel ini telah menjalar di masyarakat Jepang tidak mengenal umur dan gender. Sehingga selain stempel stasiun Jepang ini, terdapat pula stempel khusus di beberapa pelabuhan feri, bandara dan tempat-tempat wisata tertentu.

Dengan mengenalkan dan mengajak para wisatawan untuk melestarikan budaya mengoleksi stempel ini merupakan cara yang sangat efektif bagi Jepang untuk mengenalkan budaya Jepang hingga akhirnya terjadi ekspor budaya. Cara efektif diplomasi budaya Jepang ini pun diharapkan dapat menjadi acuan dan menjadi pemantik bagi negara lain untuk gencar menguatkan diplomasi budaya negara mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun