Mohon tunggu...
Aurellia Tsany Tabitha
Aurellia Tsany Tabitha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga 23107030113

♡

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Tradisi Jalan Kaki dan Kekerabatan: Uniknya Budaya Suku Baduy di Pegunungan Kendeng

29 Mei 2024   18:43 Diperbarui: 29 Mei 2024   18:53 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.app.goo.gl/2TghbxnotL8BHyLH7

Berbagai kelompok etnis mewarnai keragaman yang ada di Indonesia, salah satunya adalah Suku Baduy. Suku Baduy adalah penduduk asli yang hidup di Pegunungan Kendeng, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Masyarakat suku Baduy berjumlah sekitar 26.000 orang, ini juga termasuk masyarakat Baduy yang sangat tertutup dari masyarakat luar. Mereka termasuk dalam sub-suku Sunda, yang belum terpengaruh oleh kemajuan zaman dan tetap mempertahankan tradisi dan adat istiadat mereka yang hampir sama sekali terpisah dari orang asing. Studi menunjukkan bahwa Sunda Wiwitan, agama yang menggabungkan Islam dan Hindu, adalah agama yang dianut oleh suku Baduy.

Sejarah

Masyarakat suku Baduy tinggal di sebuah wilayah di kawasan Pegununan Kendeng, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Terdapat beberapa versi terkait asal-usul suku Baduy, tetapi yang paling terkenal adalah mereka merupakan keturunan dari Kerajaan Padjajaran. Warga Kerajaan Padjajaran dulunya menetap di Pegunungan Kendeng di Banten Tengah. Sunan Gunung Jati mengambil alih Banten dengan tujuan menyebarkan Islam, yang menyebabkan awal pengasingan. Pada tahun 1570, putra Sunan Gunung Jati, Maulana Hasanuddin, mendirikan Kesultanan Banten.

Ketika Panembahan Yusuf dari Banten mengalahkan Kerajaan Padjajaran, tidak seluruh masyarakatnya bersedia memeluk Islam. Mereka yang menolak kemudian menyingkir ke wilayah Banten Selatan dan keturunannya sekarang disebut suku Baduy. Rombongan itu tiba di lokasi yang sekarang dikenal sebagai Panembahan Arca Domas, di hulu Sungai Ciujung, Pegunungan Kendeng, setelah berjalan selama berhari-hari. Sedangkan menurut pengamat budaya Baduy, orang-orang suku Baduy percaya bahwa nenek moyang mereka sudah ribuan tahun tinggal di wilayah Kaolotan. Ada juga yang percaya mereka adalah keturunan dari Batara Cikal, salah satu dari tujuh Dewa atau Batara yang diutus ke bumi. Kisah Nabi Adam, yang dianggap sebagai nenek moyang pertama mereka, sering dikaitkan dengan asal-usul ini.

Asal-usul Nama "Baduy"

Ada banyak versi tentang asal-usul nama Baduy dan bagaimana mereka berasal. Masyarakat Banten percaya bahwa nama Baduy berasal dari sungai yang disebut Cibaduy. Lalu, ada pula yang menyebutkan bahwa kata Baduy berasal dari kata Baduyut, karena tempat tinggal mereka banyak ditumbuhi pohon Baduyut. Namun, yang paling populer adalah para penjajah Belanda yang datang ke Nusantara menganggap orang Baduy mirip dengan orang Baduy dari Timur Tengah. Sejak saat itu, mereka kerap disebut sebagai suku Baduy. Sementara orang Baduy menyebut diri mereka sebagai urang Kanekes atau orang Kanekes, sesuai dengan wilayah tempat mereka tinggal.

Adat Istiadat Orang Baduy

Suku Baduy terdiri dari suku Baduy Luar dan suku Baduy Dalam. Dalam hal perbedaan, suku Baduy tetap mempertahankan adat dan aturan yang baik. Sementara suku Baduy luar telah terpengaruh oleh budaya asing, seperti menggunakan sabun mandi, alat elektronik, dan mengizinkan orang asing menginap. Pakaian Baduy juga berbeda. Pakaian Baduy luar berwarna hitam. Namun, Baduy Dalam mengenakan pakaian berwarna putih setiap hari, yang melambangkan kesucian. Orang Baduy tinggal di tiga desa: Cikeusik, Cikertawana, dan Cibeo. Mereka dipimpin oleh ketua adat. Orang-orang dari suku Baduy luar tinggal di 50 kampung yang berbeda di wilayah Pegunungan Kendeng. Mereka berbicara dalam dialek Baduy dari bahasa Sunda.

Selain itu, suku Baduy memiliki aturan yang masih berlaku hingga hari ini. Aturan-aturan tersebut yaitu:

  • Tidak boleh menggunakan alas kaki.
  • Tidak boleh mengenakan pakaian modern.
  • Tidak boleh menggunakan kendaraan sebagai transportasi.
  • Dilarang menggunakan alat elektronik (suku Baduy Dalam).
  • Semua pakaian harus serba hitam atau putih yang ditenun dan dijahit sendiri.
  • Pintu semua rumah harus menghadap utara atau selatan, kecuali rumah ketua adat.

Ciri-ciri Suku Baduy

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun