Selain itu, di dalam suasana hangatnya berkumpul bersama keluarga, makanan khas Lebaran juga menjadi komponen yang penting untuk melengkapi suasana Lebaran, seperti ketupat, lontong, opor ayam, rendang daging, sambal goreng ati, dan berbagai macam kue -- nastar, kastangel, keripik pisang, opak gambir, keciput, rengginang, dan masih banyak lagi.
Setelah menyantap berbagai macam hidangan, kami melakukan tradisi selanjutnya yang menjadi salah satu tradisi yang sangat akrab dan populer di Indonesia, yaitu ziarah saat Lebaran. Tradisi ini biasanya dilakukan pada hari pertama atau hari kedua Idul Fitri, melibatkan berkunjung ke makam kerabat atau keluarga yang telah meninggal dunia. Tradisi ini memiliki makna spiritual dan emosional yang mendalam bagi masyarakat Indonesia karena mengingatkan pada hubungan dengan leluhur dan menghormati warisan keluarga.
Dokumen Pribadi(Saat perjalanan ke makam)
Ziarah adalah tradisi yang kaya dan mendalam. Bagi banyak orang, ziarah ke makam orang yang telah meninggal adalah cara untuk mengenang mereka, berdoa untuk mereka, dan menunjukkan rasa hormat dan kasih sayang kepada mereka. Selain itu, ziarah memberikan kesempatan untuk merenungkan dan mempertimbangkan diri sendiri, serta mengingatkan kita pada hubungan yang ada antara generasi sekarang dan generasi sebelumnya. Ini adalah cara untuk mempertahankan hubungan dengan leluhur kita dan menunjukkan penghormatan kepada mereka yang hidup sebelum kita.
Ziarah Lebaran memiliki sebutan yang berbeda-beda di berbagai daerah di Indonesia. Misalnya, di Boyolali, ziarah dikenal sebagai sebutan "nyekar". Proses nyekar yang kami lakukan dimulai dengan berbagai persiapan yang meliputi membersihkan makam -- menyabut rumput, membersihkan lumut, dan menyapu -- membawa bunga, dan membawa air mawar. Kemudian, kami akan pergi ke makam yang ingin dikunjungi, yaitu makam kakek dan nenek. Saat sampai di makam, kami mulai membersihkan area sekitar makam, menabur bunga yang telah kami siapkan, dan tentunya mendoakan untuk mereka yang telah meninggal.
Pembacaan do'a dan ayat-ayat al-Qur'an merupakan momen spiritual yang dapat memberikan ketenangan dan kedamaian bagi kami. Tidak setiap tahun saya dan keluarga saya pulang kampung, sehingga tradisi ini memberi kesempatan kami dan keluarga besar saya untuk berkumpul dan berbagi cerita, khususnya tentang orang yang telah meninggal dunia. Suasana haru dan bahagia selalu menyelimuti keluarga kami di tiap momen Lebaran yang merupakan bentuk rasa syukur kami karena masih diberi kesempatan untuk merasakan kehangatan momen Lebaran bersama keluarga besar.
Ketika kami selesai melakukan proses nyekar, saya melihat kakak saya, Danita, dengan kondisi wajah yang berubah menjadi sedih dan mulai mengeluarkan air mata.