Mohon tunggu...
Aurellia Livia
Aurellia Livia Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Permasalahan Unik Pengobatan Modern, Stem Sel

24 Agustus 2018   14:21 Diperbarui: 24 Agustus 2018   16:47 967
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti yang kita ketahui, tubuh kita tersusun dari ribuan sel. Ribuan sel tersebut memiliki fungsinya masing-masing. Sel yang ada di tubuh kita suatu saat secara alami akan mengalami penuaan dan efek lanjutnya akan menurun fungsinya, yang hal ini tentu saja akan mengakibatkan ketidaknyamanan pada diri kita.

Di samping itu, sel-sel  itu juga bisa mengalami kerusakan yang disebabkan oleh kecelakaan atau adanya penyakit-penyakit kronis, seperti diabetes, stroke, jantung koroner, kanker, Alzheimer, Parkinson, dan penyakit lainnya. Sel-sel yang mengalami kerusakan tersebut sudah barang tentu akan mengakibatkan penurunan fungsi yang ujungnya akan berakibat pada kenyamanan kita.

Lalu bagaimana cara pengobatan alternatif yang dapat menyembuhkan penyakit seperti itu? Salah satu jawabannya adalah dengan melakukan sel punca atau terkenal dengan nama stem cell.

stem-sel-2-5b7fd393677ffb15357e16da.jpg
stem-sel-2-5b7fd393677ffb15357e16da.jpg
Istilah stem cell atau sel punca diperkenalkan pertama kali oleh ahli histologi asal Rusia, Alex Ander Maksimov pada kongres hematologi tahun 1908 di Berlin. Dia mengatakan bahwa didalam tubuh ada sel induk yang membentuk sel-sel darah. Pada tahun 1978, teori dari Alex Ander Maksimov  terbukti dengan ditemukannya sel punca di sumsum tulang belakang manusia yang mempunyai  kemampuan untuk membentuk seluruh jenis  sel  darah yang ada dalam tubuh manusia.

Kemudian pada tahun 1981, sel punca yang berasal dari embrio pertama kali di isolasi oleh Gail, University of California dan Martin Evans, University of Cambridge. Pada tanggal 5 November 1998, penelitian di University of Wisconsin dan John Hopkins University melaporkan sel punca yang diisolasi dari embrio manusia memiliki potensi untuk tumbuh menjadi berbagai tipe sel dan dapat dipergunakan untuk menggantikan sel sel tubuh yang rusak.

Pada tahun 2007, Mario Capecchi, Martin Evans, dan Oliver Smithies memperoleh hadiah nobel kedokteran untuk riset mereka mengubah gen-gen tertentu pada mencit menggunakan sel punca embrionik hewan ini. Penelitian sel punca terus dikembangkan untuk berbagai jenis terapi penyakit, khususnya penyakit degeneratif, hingga kini banyak negara di dunia telah menggunakan terapi sel punca sebagai pilihan pengobatan bagi penyakit kelainan hematologi maupun penyakit degeneratif.

Beberapa rumah sakit di Indonesia juga terus mengembangkan penelitian serta mulai menerapkan terapi sel punca. Sebenarnya, istilah sel punca sendiri sudah digunakan didunia kedokteran sejak 1950-an, hingga sekarang sel punca disebut sebagai terapi modern yang dapat memberi harapan kesembuhan untuk penyakit-penyakit kronis.

Stem cell terdiri dari kata "stem" yang berarti batang dan "cell" yang berarti sell. Dari 2 kata tersebut dirumuskan bahwa stem sell atau sel punca adalah sel yang menjadi awal mula pertumbuhan sel lain yang menyusun keseluruhan tubuh organisme. Pengertian lain menyebutkan sel punca adalah sel yang belum mengalami spesialisasi pada tubuh manusia atau sel yang masih memiliki potensi untuk berkembang menjadi berbagai sel-sel pembentuk jaringan.

Dengan kata lain, sel punca bertugas menggantikan sel-sel yang sudah mati, contohnya ketika kulit kita terluka, sel punca kulit akan menggantikan jaringan yang rusak dengan yang baru dan luka akan tertutup. Dapat disimpulkan bahwa sel punca ini sangat penting karena dengan adanya sel punca, tubuh kita memiliki kemampuan untuk menyembuhkannya sendiri, ibaratnya seperti dokter dalam tubuh. Ciri-ciri sel punca adalah mempunyai kemampuan untuk berdiferensiasi dan memperbaharui atau meregenerasi dirinya sendiri (self-regenerate/self-renew).

Di atas telah dijelaskan mengenai mengapa kita memerlukan sel punca, apa itu sel punca, dan bagaimana sejarah ditemukannya istilah sel punca. Yang jadi pertanyaan selanjutnya, adalah bagaimana kita bisa memperoleh sel punca itu guna proses transplantasi.

Ada 3 jenis transplantasi sel punca yang saya ketahui, transplantasi autologous (menggunakan sel punca dari pasien sendiri), transplantasi alogenik (menggunakan sel punca dari pendonor yang memiliki jenis gen yang sama dengan pasien), dan transplantasi singenik (menggunakan sel punca dari saudara kembar pasien).

Pada transplantasi autologous, sel punca dari pasien akan diambil sebelum melakukan terapi dengan radiasi tinggi atau sering disebut kemoterapi. Kemudian, sel punca tersebut akan dibekukan dan disimpan. Setelah pasien melakukan kemoterapi, sel punca tersebut akan dilelehkan dan kemudian dikembalikan ke tubuh pasien. Hal seperti ini sering disebut dengan transplantasi "penyelamatan".

Pada sebagian kasus transplantasi alogenik, apabila pasien tidak memiliki kecocokan dengan keluarga, maka donor yang cocok akan ditemukan melalui pusat registrasi sumsum tulang internasional. Selain itu, darah dari tali pusar bayi telah digunakan sebagai sumber sel punca terutama untuk anak-anak karena jumlah sel puncanya tidak cukup untuk orang dewasa.

Transplantasi singenik merupakan transplantasi alogenik jenis khusus. Karena sel punca berasal dari saudara kembar pasien, maka pendonor dan pasien memiliki jaringan yang sangat persis sama. Jenis transplantasi sel punca ini sangat jarang, karena seperti yang kita ketahui kembar identik bukanlah hal yang sering kita jumpai.

Sebagai informasi tambahan, sel punca dapat dibagi dalam beberapa jenis berdasar potensi atau kemampuan berdiferensiasi, totipotent, pluripotent, multipotent, dan unipotent.

stem-sel-3-5b7fd3956ddcae278c1b7aa7.jpg
stem-sel-3-5b7fd3956ddcae278c1b7aa7.jpg
Totipotent berarti sel punca yang memiliki kemampuan untuk mengalami diferensiasi menjadi segala jenis sel. Sel punca ini merupakan sel embrionik awal yang mempunyai kemampuan untuk membentuk berbagai jenis sel dan satu individu yang utuh. Yang termasuk sel punca dengan kemampuan totipotent adalah zigot dan morula.

stem-sel-4-5b7fd3afc112fe78b63245eb.jpg
stem-sel-4-5b7fd3afc112fe78b63245eb.jpg
Pluripotent berarti sel punca yang memiliki kemampuan untuk mengalami diferensiasi menjadi tiga lapisan embrional yaitu ektoderm, mesoderm, dan endoderm, tetapi tidak dapat menjadi jaringan ekstra embrionik seperti plasenta dan tali pusat.

Yang termasuk sel punca dengan kemampuan pluripotent adalah sel pada innercell mass pada stadium Blastocyst, embrionik yang didapat dari innercell mass mempunyai kapasitas untuk berdiferensiasi secara in vitro menjadi semua sel somatik.

Multipotent berarti sel punca yang memiliki kemampuan untuk mengalami diferensiasi menjadi berbagai jenis sel. Contohnya, hemopoetic stem cell yang terdapat pada sumsum tulang mempunyai kemampuan untuk diferensiasi menjadi berbagai jenis sel darah seperti eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih), dan trombosit.

Contoh lainnya, neural stem cell mempunyai kemampuan untuk diferensiasi menjadi sel saraf dan sel gila. Pada jaringan yang sudah dewasa, sel punca yang memiliki kemampuan multipotent terdapat pada jaringan dan organ yang berguna untuk menggantikan sel yang hilang atau terluka.

Unipotent berarti sel punca yang memiliki kemampuan untuk mengalami diferensiasi menjadi satu jenis sel saja. Yang membedakan sel punca unipotent dengan non-sel punca adalah sifat dapat memperbaharui atau meregenerasi diri (self regenerate/self renew).

Pada umumnya, sel punca terbagi menjadi 2 jenis yaitu, sel punca dewasa (adult stem cell) dan sel punca embrionik (embryonic stem cell).

stem-sel-7-5b7fd3ed43322f23c95293f9.jpg
stem-sel-7-5b7fd3ed43322f23c95293f9.jpg

Sel punca dewasa (adult stem cell) berarti sel punca yang diambil dari jaringan dewasa, salah satunya dari sumsum tulang. Ada dua jenis sel punca dari sumsum tulang yaitu, hematopoietic stem cell (selain dari darah tali pusat dan sumsum tulang, dapat diperoleh juga dari darah tepi) dan stromal stem cell.

Selain dari sumsum tulang, sel punca dewasa dapat ditemukan di susunan saraf pusat, adiposit (jaringan lemak), otot rangka, dan pankreas. Sel punca dewasa ini memiliki sifat plastis, yang berarti selain berdiferensiasi menjadi sel yang sesuai dengan jaringan asalnya, adult stem cell juga dapat berdiferensiasi menjadi sel jaringan lain.

Contohnya, neural stem cell dapat berubah menjadi sel darah dan stromal stem cell dari sumsum tulang dapat berubah menjadi sel otot jantung. Dari fakta tersebut, dapat disimpulkan bahwa sel punca dewasa atau adult stem cell memiliki sifat multipotent atau unipotent.

stem-sel-6-5b7fd0f2bde575703762d992.png
stem-sel-6-5b7fd0f2bde575703762d992.png
Yang kedua, sel punca embrionik (embryonic stem cell). Sesuai dengan namanya, sel punca ini berasal dari inner cell mass pada Blastocyst (stadium embrio dimana terdiri dari 50-150 sel, kira-kira hari ke-5 pasca pembuahan). Sel punca embrionik biasanya didapatkan dari sisa embrio yang tidak dipakai pada proses bayi tabung atau IVF (in vitro fertilization). Penelitian dengan menggunakan sel punca embrionik masih terbatas karena terdapat banyak isu etis.

Tetapi, saat ini telah dikembangkan teknik pengambilan sel punca embrionik yang tidak membahayakan bagi embrio tersebut. Harapannya ke depan, hal ini mungkin dapat mengurangi kontroversi etik terhadap sel punca embrionik.

Menyinggung kontroversi etis tentang sel punca embrionik, di kalangan masyarakat banyak sekali yang membicarakan kontroversi tentang penggunaan janin yang gugur untuk stem sel. Sebenarnya apakah diperbolehkan untuk mengambil sel punca dari janin yang gugur? Akan saya bahas di paragraf selanjutnya.

Para ilmuwan mengatakan bahwa mereka telah membuat garis sel induk dari embrio yang telah berhenti berkembang secara alami dan dianggap mati. Mengunakan embrio semacam itu akan meringankan kekhawatiran etis tentang menciptakan sel-sel dari embrio yang sudah mati.

Para ilmuwan ingin menggunakan sel induk embrio manusia untuk mempelajari penyakit dan membuat jaringan transplantasi untuk mengobati penyakit seperti Parkinson dan Alzheimer. Sel-sel tersebut diambil dari embrio manusia yang baru berumur beberapa hari dan melalui proses panen menghancurkan embrio.

Penelitian oleh Miodrag Stojkovic dari Prince Felipe Research Center di Valencia, Spanyol, dengan rekan-rekannya di Inggris mempelajari embrio yang disumbangkan oleh klinik fertilisasi in vitro dengan persetujuan pasien. Bagian dari penelitian difokuskan pada 132 embrio yang ditangkap dan telah berhenti membelah selama 24 sampai 48 jam setelah mencapai berbagai tahap perkembangan. Hasilnya 13 embrio ini telah berkembang lebih dari yang lain, mencapai 16 sampai 24 sel sebelum sel berhenti membelah. Para ilmuwan mampu membuat garis sel induk hanya dari salah satu embrio ini.

Miodrag Stojkovic mengatakan bahwa dirinya tidak tahu apakah hasilnya akan menunjukkan solusi untuk masalah etika tentang sel induk embrio atau tidak. Sebenarnya inti dari penelitian ini adalah untuk menunjukkan bahwa embrio semacam itu memberikan sumber tambahan sel-sel di luar embrio yang sehat daripada membentuk jenis kompetisi.

"Tujuan saya adalah untuk menunjukkan secara ilmiah bahwa embrio yang ditangkap ini (janin yang sudah gugur) dapat digunakan untuk tujuan ilmiah.", katanya. Dia juga mengatakan bahwa dia setuju dengan penggunaan janin yang hidup untuk sel punca, tetapi menggunakan janin yang gugur untuk sel punca sangat memungkinkan sekali dilakukan oleh para ilmuwan untuk menghindari hukum di negara-negara tertentu, seperti Amerika Serikat yang melarang penggunaan janin yang hidup untuk membuat sel punca.

Tetapi, Hellen Watt, direktur Pusat Linacre Katolik untuk Etika Perawatan Kesehatan mengatakan bahwa kekhawatiran etik tetap ada. "Jika tujuan dalam menunggu kematian alami atau apa yang kami duga adalah kematian alami untuk memuaskan kekhawatiran hukum atau politik, kematian embrio ini mungkin dimaksudkan, bukan hanya diramalkan.", kata Hellen Watt.

Dr. Donald W. Landry, direktur divisi terapi eksperimental di Pusat Medis Universitas Columbia di New York, mengusulkan gagasan untuk mendapatkan sel induk dari embrio yang ditangkap pada tahun 2004. "Terlepas dari bagaimana perasaan Anda tentang kepribadian embrio, jika embrio sudah mati, maka masalah kepribadian akan teratasi.", kata Landry.

Robin Lovell-Badge, seorang ilmuwan sel punca di National Institute for Medical Research di London, mengatakan bahwa para peneliti tidak dapat memastikan bahwa embrio benar-benar mati. "Mereka tidak memiliki bukti bahwa embrio ini benar-benar mati, jika telah ditransfer kembali ke dalam rahim mungkin sehari atau dua hari sebelumnya, embrio tidak akan menghasilkan bayi.", katanya.

Masalahnya, kondisi di laboratorium tidak akan pernah sebaik ketika mereka berada di dalam rahim, sehingga embrio yang dapat bertahan di sana mungkin muncul dalam cawan petri. "Kondisi budaya tidak pernah sempurna, dan hanya dengan sedikit salah penanganan embrio, Anda dapat berkompromi dengan kemampuannya untuk berkembang."

Pendeta Tad Pacholczyk, direktur pendidikan untuk Pusat Bioetika Katolik Nasional di Philadelphia, mengatakan bahwa dia percaya embrio tidak mungkin akan mati jika sel-sel individual masih hidup dan mampu menciptakan garis sel induk.

Landry mengatakan bahwa embrio dikatakan mati jika sel-selnya berhenti bekerja sama untuk berfungsi sebagai organisme tunggal. Tetapi, Pacholczyk membantahnya dengan mengatakan bahwa para ilmuwan hanya mengetahui sedikit tentang embrio awal untuk melihat kapan seseorang benar-benar mati.

Menurut penelitian dari para ilmuwan, saya setuju dengan adanya sel punca menggunakan embrio yang sudah gugur. Menurut saya, sel punca embrionik adalah cara pengobatan alternatif yang sangat sesuai pada era modern ini. Meskipun begitu, sel punca menggunakan embrio yang sudah gugur masih menimbulkan banyak pro dan kontra di masyarakat, misalnya oleh agama. Bahkan, Indonesia sendiri melarang penggunaan embrio baik yang masih hidup atau gugur untuk sel punca.

Alangkah baiknya, apabila sel punca menggunakan embrio yang sudah gugur dilakukan dengan mengikuti tata cara yang baik dan yang terpenting mendapat restu dari kedua orang tuanya. Seperti yang tadi saya sampaikan, saya sangat menganjurkan sekali sel punca menggunakan embrio yang sudah gugur, tetapi dengan memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan juga.

Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga membantu.

Daftar pustaka :

http://www.nbcnews.com

https://www.theguardian.com

https://www.mountelizabeth.com.sg

https://www.gleneagles.com.sg

https://gravitime.net/2017/10

https://ipscell.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun