Mohon tunggu...
Aurelius Teluma
Aurelius Teluma Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Lahir di Lato, Flores Timur, NTT, Belajar Filsafat & Teologi Sosial-Politik di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pascasarjana Ilmu Komunikasi di Fisipol UGM Yogyakarta. Cinta NKRI tanpa kaum oportunis!

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cermin: Rumah yang Berkhianat

9 Desember 2015   13:59 Diperbarui: 9 Desember 2015   13:59 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

"Selamat Pagi Pak Ketua, gedung Wakil Rakyat pagi ini roboh rata tanah Pak. Tolong segera datang!" Pak Nosetia terhenyak. Dibacanya sekali lagi isi pesan singkat di handphone supermahalnya itu. Ini sms dari Bejo, komandan satpam Gedung Dewan. Ada juga 13 panggilan tak terjawab dari si Bejo. Ah, yang benar saja si Bejo ini. Tak mungkin roboh dalam sekejap begini. Apa yang terjadi. Ia menggumam.
Segera ia menelpon si Bejo. Tapi nomor Bejo masih sibuk. Ingin menelpon Pak Presiden tapi ini sudah jam 10.00. Presiden pasti sudah sibuk.
Segera ia ke ruang keluarga dan menghidupkan televisi. Dan, Ya Tuhan. Semua stasiun televisi menyiarkan kondisi gedung Dewan yang kini tampak hanya puing-puing. Tampak runtuh begitu saja. Tak ada asap api yang menunjukkan jika ini sebuah pemboman. Apa yang sudah terjadi? Lalu tampaklah seorang reporter melaporkan.
"Bejo, komandan keamanan gedung menuturkan, semalam ia mendengar gemuruh suara seolah dari dua ratusan juta orang. Suara itu seperti sedang bersidang. Tidak terdengar jelas apa yang mereka bicarakan. Yang jelas, mereka terdengar begitu marah. Dan tiba-tiba, pada akhir sidang terdengar teriakan keras jutaan orang itu: KITA SUDAH MUAK DENGAN RUMAH KITA INI. RUMAH INI TELAH BERKHIANAT. KITA RUNTUHKAN. Setelah itu, dalam sekejap gedung ini runtuh."
Nosetia mengernyitkan dahi. Segera ia belari ke kamar tidurnya. Sang istri tampak masih berbaring di ranjang sambil memencet-mencet telepon pintarnya.
"Kenapa Pa? Kok terlihat tegang begitu?" Sang istri bertanya sambil bangun dan duduk.
"Kita sepertinya tidak jadi beli jet pribadi minggu depan Ma." Ujar Nosetia sambil duduk di samping sang istri.
"Harus jadilah Pa, kan Papa sudah janji mau ke Hawai pakai jet pribadi. Kok malah mau batalin begini? Ada apa to Pa?"
"Gedung tempat papa mencari nafkah sudah runtuh semalam Ma. Dan uang buat beli pesawat Papa simpan di sana. Gak mungkin papa ke sana ambil. Ntar ketahuan."
Sang istri melengos dan berbaring lagi sambil memunggungi Nosetia.
***
Jogja,8/12/2015.aureliusteluma.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun