Mohon tunggu...
Aurelius Teluma
Aurelius Teluma Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Lahir di Lato, Flores Timur, NTT, Belajar Filsafat & Teologi Sosial-Politik di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pascasarjana Ilmu Komunikasi di Fisipol UGM Yogyakarta. Cinta NKRI tanpa kaum oportunis!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik MetroTV?

23 Februari 2012   17:20 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:16 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Aurelius Teluma

Apakah Anda akhir-akhir ini (semakin) terganggu dengan paket siaran dan (terutama) iklan di Metrotv? Kalau saya, iya, terganggu! Sebagai seorang pecinta program siaran berita televisi berita ini, kecenderungan “berpolitik” stasiun ini mulai terlihat semakin berani. Bukan (hanya) berani mengeritik pemerintah tetap juga mulai berani “berkampanye” dengan kecenderungan ke tokoh dan partai tertentu. Akibatnya, di mataku, obyektivitas dan independensinya pun terasa mulai melemah.

Di manakah letaknya? Pada dinamika iklan politiknya. Dahulu, hanya pada seringnya liputan pada kiprah ‘sang pendiri’ di berbagai ajang dan daerah. Pada pidatonya yang berapi-api. Lalu setahun lebih yang lalu ikut memelopori berdirinya yang disebutnya organisasi kebangsaan, semacam civil society, yang memekikkan gerakan perubahan dengan semboyan keren, restorasi Indonesia. Iklan gerakan itu berkali-kali membirukan dan menguningkan layar kaca kita. Cabangnya pun membiak ke penjuru negeri. Sejenak fenomena itu memberikan harapan kepada orang-orang idealis seperti saya dan anda bahwa Indonesia memang akan mengalami restorasi karena telah lahir para pemantau kritis independen, berani, tersebar luas dan mempunyai akses yang begitu besar ke media massa.

Namun ternyata kekuasaan itu terlalu kilau memukau. Atau karena pesimis bahwa menggonggong keras walau bersama di luar arena resmi kekuasaan bakal tak akan mewujudkan restorasi? Atau memang dari awal berniat begitu? Akhirnya gerakan perubahan itu pun mengincar kekuasaan…parpol dengan nama yang sama! Lalu tak malu-malu, iklan yang berseliweran, membirukan dan menguningkan berulang-ulang pun berubah! Jadi iklan partai! Dan akankah, di saatnya nanti, muncul (kembali) iklan dia yang dimaksudkan sebagai si restorator?

Benar, bahwa sebuah perusahaan media massa memiliki ideologi, visi, misi, bahkan keberpihakan. Namun mengapa harus ‘sevulgar’ ini? Metro, demi cintaku padamu, berbenahlah! Aku ingin kamu kembali idealis! Jangan ikut ‘kepincut’ kekuasaan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun