Oleh: Aurelius Teluma
Apakah Anda akhir-akhir ini (semakin) terganggu dengan paket siaran dan (terutama) iklan di Metrotv? Kalau saya, iya, terganggu! Sebagai seorang pecinta program siaran berita televisi berita ini, kecenderungan “berpolitik” stasiun ini mulai terlihat semakin berani. Bukan (hanya) berani mengeritik pemerintah tetap juga mulai berani “berkampanye” dengan kecenderungan ke tokoh dan partai tertentu. Akibatnya, di mataku, obyektivitas dan independensinya pun terasa mulai melemah.
Di manakah letaknya? Pada dinamika iklan politiknya. Dahulu, hanya pada seringnya liputan pada kiprah ‘sang pendiri’ di berbagai ajang dan daerah. Pada pidatonya yang berapi-api. Lalu setahun lebih yang lalu ikut memelopori berdirinya yang disebutnya organisasi kebangsaan, semacam civil society, yang memekikkan gerakan perubahan dengan semboyan keren, restorasi Indonesia. Iklan gerakan itu berkali-kali membirukan dan menguningkan layar kaca kita. Cabangnya pun membiak ke penjuru negeri. Sejenak fenomena itu memberikan harapan kepada orang-orang idealis seperti saya dan anda bahwa Indonesia memang akan mengalami restorasi karena telah lahir para pemantau kritis independen, berani, tersebar luas dan mempunyai akses yang begitu besar ke media massa.
Namun ternyata kekuasaan itu terlalu kilau memukau. Atau karena pesimis bahwa menggonggong keras walau bersama di luar arena resmi kekuasaan bakal tak akan mewujudkan restorasi? Atau memang dari awal berniat begitu? Akhirnya gerakan perubahan itu pun mengincar kekuasaan…parpol dengan nama yang sama! Lalu tak malu-malu, iklan yang berseliweran, membirukan dan menguningkan berulang-ulang pun berubah! Jadi iklan partai! Dan akankah, di saatnya nanti, muncul (kembali) iklan dia yang dimaksudkan sebagai si restorator?
Benar, bahwa sebuah perusahaan media massa memiliki ideologi, visi, misi, bahkan keberpihakan. Namun mengapa harus ‘sevulgar’ ini? Metro, demi cintaku padamu, berbenahlah! Aku ingin kamu kembali idealis! Jangan ikut ‘kepincut’ kekuasaan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H