Mohon tunggu...
Priscilla Aurelia Xena
Priscilla Aurelia Xena Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Film

"Siti", Film Festival Low Budget Dengan Nuansa Monokrom

24 September 2020   20:13 Diperbarui: 24 September 2020   20:15 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber:  https://montasefilm.com/siti/

"Siti" sebuah film festival karya Eddie Cahyono yang telah beberapa penghargaan baik dari dalam negri hingga mancanegara. Film ini menceritakan bagaimana para kaum perempuan memiliki ruang sempit dalam menceritakan atau mengekspresikan drinya. Film tersebut juga memberikan kritisi terhadap perempuan yang tidak mempunyai kesempatan kerja yang terkadang tidak memihak perempuan itu sendiri. Alur kisah film tersebut juga dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan sesuatu yang menarik bagi para penikmat film festival.

Singkat cerita, Siti adalah seorang  perempuan tangguh yang harus menghidupi Ibu mertua (Bu Darmi), anak (Bagas) serta suami tercinta (Bagus) yang sedang lumpuh tak berdaya karena pernah mengalami kecelakaan dilaut. Karena kejadian tersebut kapal yang baru dibeli sang suami dengan cicilan kepada Karyo harus kandas ditelan ombak. Hal tersebut membuat seorang Siti kebingungan karena sang suami sudah tidak bisa mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya tersebut.

Lantas apa yang dilakukan seorang Siti?

Kemudian,  Siti sebagai seorang wanita harus banting tulang mencari rejeki untuk keluarganya dari pagi sebagai penjual peyek jingking dilanjutkan malam hari siti harus bekerja menjadi pemandu karaoke. Hal tersebut membuat batin siti terus tertekan, gelisah, bimbang, marah serta rasa campur aduk yang menghiasi pikiran Siti. Di sisi lain, Siti menaruh hati pada seorang polisi bernama Gatot sebaliknya Gatot pun mencintai seorang Siti dan ingin mengjak Siti untuk menikah.

Film tersebut termasuk dalam beberapa paradigma yakni paradigma fenomenologis dimana kisah tersebut menceritakan bagaimana kehidupan seorang Siti, apa yang dialami Siti, apa saja aktivitas yang dilakukan oleh seorang Siti. Ada makna yang terdapat dalam film tersebut bagaimana  pengalaman kebanyakan orang dijadikan suatu konsep nyata dalam kisah tersebut. Eddie pun menceritakan bagaimana awal pembuatan film low budget tersebut, Ia pernah mendengar sebuah tempat karaoke yang ditutup lalu ada salah satu pemandu karaoke yang meninggal. Hal tersebut membuat Eddie semakin yakin untuk membuat konsep, mengeksplorasi fenomena yang terjadi pada manusia, mengembangkan pikirannya untuk lebih jauh lagi mendalami kisah tersebut sehingga terbentuk makna terhadap sesuatu yang dialami oleh kebanyakan orang.

Yang kedua yakni paradigma kritis. Terbukti film tersebut menggambarkan baik yang dialami Siti merupakan sebuah realitas kehidupan yang dimiliki oleh para kaum wanita kebanyakan. Tujuannya mengkritik kesetaraan gender sehingga dapat membentuk kesadaran manusia sekaligus merubah kondisi kehidupan manusia. Kisah tersebut juga memberikan nilai moral, etika yakni seorang Siti tetap memilih merawat suaminya dan ibu mertua, betapa kelamnya kehidupan Siti. Hal tersebut bisa dilihat ketika sang sutradara memberikan warna hitam putih sebagai warna dominan dimana terlihat begitu tidak berwarnanya kehidupan Siti. Selain itu, sang sutradara dan produser berani membuat gambar dari rasio 16: 9 menjadi 4:3. Gambar yang dekat memiliki makna yakni  kita sebagai penonton  dapat mendekatkan kisah Siti, menonjolkan kehidupan yang dimiliki oleh seorang Siti.


Apa sih hal menarik dari film tersebut?

Tentunya nuansa hitam putih yang menawan dibarengi dengan suasana di pinggir pantai yang jauh dari hiruk pikuk. Film low budget yang hanya menghabiskan biaya 150 juta dengan durasi enam hari. Penggunaan teknik one take panjang bergerak mengikuti para pemainnya semakin mendekatkan emosi para penontonnya.

This is the best film I've ever seen. Perpaduan yang ciamik dengan aktor yang tak kalah dengan aktor luar. Sudahkah kalian menonton??

Sumber

 Wahyuni, Tri. (2016). Pengembaraan Siti Yang Takkan Pernah Berhenti. Dilansir dari https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20160203144140-220-108623/pengembaraan-siti-yang-takkan-pernah-berhenti

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun