Desa dengan mayoritas areanya digunakan untuk pertanian, membuat Sarimulyo menyimpan banyak komoditas buah-buahan yang prospek untuk dijadikan usaha. Kali ini para mahasiswa KKN mengunjungi petani buah yang cukup sukses dalam menjalankan usaha nya yaitu bapak Wanto sebagai petani buah Jambu.Â
Salah satu mahasiswa KKN 123 Desa Sarimulyo mendapatkan informasi bahwa di Sarimulyo terdapat petani jambu yang cukup sukses dalam dunia usaha nya sehingga didapatkan nama, nomor telefon, dan areal budidaya jambu milik bapak Wanto. Jauh di ujung desa Sarimulyo dengan jalan yang hanya cukup dengan satu motor dan berada di antara hamparan sawah yang sangat luas, tim mahasiswa KKN mencoba menyusuri jalan tersebut demi mendapatkan ilmu dan pengalaman dengan petani jambu yang sukses. Jam menunjukkan pukul 11.30, dibawah matahari yang bersinar sangat terik, mahasiswa KKN akhirnya sampai di tempat budidaya jambu milik pak Wanto.
Motor harus diparkir sejauh kira-kira 100 meter dari tempat budidaya dikarenakan jalan yang tidak memungkinkan untuk dilewati motor. "Motornya diparkir disana saja mas, jalannya sangat sempit" tutur istri pak Wanto. Pintu masuk dari budidaya jambu ini terbuat dari kayu dan sangat sederhana. Melewati jembatan kecil dari bambu, akhirnya mahasiswa KKN masuk dan di depan mereka terhampar pohon jambu yang cukup besar dan terlihat tua. Ibu Wanto mengantar rombongan mahasiswa KKN untuk bertemu dengan bapak Wanto.Â
Dengan membawa beberapa jambu dan pisau, bapak Wanto menemui para mahasiswa KKN. Petani yang berasal dari lamongan ini menjelaskan tentang usaha budidaya jambu miliknya. Bapak lulusan Universitas Brawijaya ini menceritakan sebelum menekuni budidaya jambu ini, beliau bekerja di berbagai bidang sampai bekerja di luar negeri.Â
Mulai dari menjadi peternak hewan sampai akhirnya menjadi petani jambu. "Dulu pekerjaan apa saja saya kerjakan mas. Saya orangnya tidak bisa diam mas. Saya pernah jadi peternak lebah madu dan ulat sutra juga" tutur Wanto. Beliau pernah diterima menjadi pegawai di perhutani dan mengikuti banyak diklat. Jalan ini yang menuntun pak Wanto bisa menjadi petani jambu yang sukses.
Pak Wanto memulai budidaya jambu ini pada tahun 2016. Karena dirasa prospek, beliau melanjutkan usahanya sampai akhirnya pada tahun 2018 pohonnya berbuah. Pada awalnya beliau menanam jeruk, sama seperti petani lainnya di desa Sarimulyo. Namun, beliau memiliki pandangan atau perspektif yang berbeda sehingga langsung melakukan transisi dari jeruk menjadi jambu. Areal seluas 1/3 hektar menjadi tempat Wanto untuk menanam jambu.Â
Untuk menambah penghasilan, karena jambu juga dirasa masih baru, beliau menanami pisang cavendish di sekeliling tanaman jambu miliknya. "Awalnya pisang nya berbuah mas. Bisa dapat 100.000 sekali panen itu. Hanya saja lama kelamaan, tidak berbuah dan sama bapak ( Pak Wanto ) di tebang" tutur istri Wanto. Saat 2018 dan pada tahun itu masih sekitar 30 pohon jambu, beliau sudah mendapatkan 30-40 juta saat masa 1 kali panen sehingga dikatakan bahwa budidaya jambu ini sangat potensial sekali. "Coba saja ya mas, ada suami istri menekuni ini, 20 pohon saja sudah dapat segitu, ya pasti lama kelamaan akan kaya kan mas" tutur Wanto. "Bibit jambu nya 15.000 tapi kalau panen bisa dapat segitu, maka dari itu mas, jambu ini prospek sekali" tambah Wanto. Waktu terus berlalu dan sekarang Pak Wanto mempunyai sekitar 200 an pohon jambu.
Satu hal yang menarik perhatian mahasiswa KKN adalah jenis jambu yang beliau tanam. Pak Wanto menjelaskan bahwal di areal budidaya jambu ini, ada 13 jenis buah jambu yang ditemukan dan dikembangkan oleh beliau. "Disini saya menanam beberapa jambu, totalnya ada 13 macam, tapi yang paling laris dan diminta oleh supermarket itu ada 3 mas, ada citra, madu deli, dan pinky rose" tutur Wanto sambil menunjukkan jambu citra miliknya. Buah jambu dapat panen 3 -4 kali setahun sehingga dibutuhkan sekitar 3 bulan sampai pohon nya berbuah. "Paling banyak itu per pohon bisa sampai 3 kwintal berat total dari jambu yang di panen" tutur Wanto. Supermarket dan beberapa daerah menjadi tempat langganan beliau mengirim jambu untuk dijual. Daerah barat kota Jember menjadi sasaran Wanto seperti Lumajang, Probolinggo, Surabaya, dan Malang. Diterangkan juga oleh Wanto bahwa harga jual jambu itu tergantung per daerah, biasanya beda beda.
Setiap usaha hampir tidak mungkin berjalan lurus tanpa hambatan. Begitu pula budidaya jambu milik Wanto ini. Tanaman tidak lepas dengan serangan hama. Di dalam kebun jambu miliknya, beliau membuat jaring cukup tinggi untuk menghalau hama jenis kalong yang memakan jambu masak. Selain itu jamur dan hama lain nya tidak luput menjadi perhatian pak Wanto.Â
Untuk mencegah hal ini terjadi, jambu yang sudah masak, dibungkus oleh plastik sehingga aman dari gigitan kalong. Saat mengunjungi kebun beliau, hal yang menarik perhatian adalah plastik yang dipakai berwarna-warni. Mahasiswa beranggapan bahwa plastik ini hanya sekedar sebagai penutup. Namun dalam perspektif Wanto sebagai petani jambu, setiap warna plastik itu mempengaruhi warna luar jambu yang matang. "Kalau diberi plastik yang berwarna gelap, itu buahnya merah sekali, segar. Cahaya dihalangi untuk masuk sehingga matangnya sempurna" tutur Wanto. Selain itu distribusi juga menjadi permasalahan. Beliau kekurangan kendaraan untuk mendistribusikan jambu beliau sehingga pangsa pasar sulit untuk berkembang.
Diakhir kunjungan beliau mengucapkan terima kasih kepada mahasiswa KKN yang berkunjung dan mau mencari ilmu terkait budidaya jambu milik beliau. Pak Wanto dan istri juga berharap anak muda Indonesia tidak takut bertani. Kegiatan bertani dipandang oleh orang umum sebagai kegiatan yang rumit. Namun jika ditekuni, akan menjadi sumber penghasilan yang besar. "Saya harap anak muda sekarang sudah mulai berubah pola pikirnya. Sudah banyak petani yang sukses dan ber omzet besar. Jika dilihat saja memang ruwet. Namun dengan kerja keras dan tekad serta keuletan yang kuat, anak muda Indonesia akan banyak yang mandiri secara ekonomi dan Indonesia yang mempunyai ciri khas mayoritas warga nya bertani juga tidak akan hilang begitu saja" tutur beliau.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H