Mohon tunggu...
Audy Aurelia Aziza
Audy Aurelia Aziza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Hiburan

Selanjutnya

Tutup

Film

Review Film "Bumi Manusia"

22 September 2024   22:25 Diperbarui: 22 September 2024   22:37 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Review Film "Bumi Manusia"

Pendahuluan

"Bumi Manusia," yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo, adalah adaptasi dari novel terkenal karya Pramoedya Ananta Toer. Film ini menawarkan sebuah gambaran mendalam tentang perjuangan sosial dan cinta di era kolonial Indonesia. Menceritakan kisah Minke, seorang pemuda pribumi yang berjuang melawan sistem kolonial Belanda, film ini tidak hanya menyoroti ketidakadilan sosial, tetapi juga kompleksitas identitas dan cinta di tengah berbagai konflik.

Sinopsis

Film ini berlatar belakang pada awal abad ke-20, di mana Minke, diperankan olehIqbaal Ramadhan, adalah seorang pelajar muda yang bercita-cita tinggi. Ia jatuh cinta pada Annelies Mellema, putri seorang pengusaha Belanda, yang diperankan oleh Vanesha Prescilla. Cinta mereka terhalang oleh perbedaan budaya dan status sosial, menciptakan ketegangan yang mendalam. Minke, yang mewakili suara kaum terjajah, berjuang untuk mengungkapkan kebebasan dan keadilan, sementara Annelies terjebak antara harapan dan realitas dari dunia yang dipenuhi diskriminasi.

Tema dan Pesan

Salah satu tema utama dalam "Bumi Manusia" adalah perjuangan melawan kolonialisme. Film ini dengan jelas menggambarkan bagaimana penjajahan tidak hanya merampas kemerdekaan fisik, tetapi juga menghancurkan identitas dan martabat manusia. Melalui karakter Minke, penonton diajak untuk merenungkan makna kebebasan dan hak asasi manusia. Dialog dan narasi dalam film ini membawa penonton pada pemikiran kritis tentang kondisi masyarakat saat itu, dan bagaimana hal tersebut masih relevan dengan isu-isu yang dihadapi di era modern.

Aspek cinta dalam film ini juga menjadi sorotan penting. Minke dan Annelies menunjukkan bahwa cinta sejati harus berhadapan dengan kenyataan pahit yang sering kali tidak adil. Kisah cinta mereka tidak hanya tentang perasaan, tetapi juga tentang pengorbanan dan komitmen terhadap nilai-nilai yang lebih besar. Ini menciptakan lapisan emosional yang mendalam bagi penonton, dan menyampaikan pesan bahwa cinta dapat menjadi kekuatan untuk melawan ketidakadilan.

Visual dan Sinematografi

Dari segi visual, "Bumi Manusia" menawarkan pemandangan yang indah dan detail yang mendalam tentang kehidupan di Hindia Belanda. Sinematografi yang dikerjakan oleh Tino Saroengallo berhasil menangkap nuansa historis dan keindahan alam Indonesia. Setiap adegan dirancang dengan baik, memperlihatkan kontras antara kemewahan yang dinikmati oleh kaum kolonial dan kehidupan sederhana masyarakat pribumi. Warna dan komposisi gambar menciptakan atmosfer yang mendukung narasi, membawa penonton lebih dekat dengan suasana era tersebut.

Pemeranan

Pemeranan dalam film ini sangat kuat. Iqbaal Ramadhan berhasil menghidupkan karakter Minke dengan baik, menampilkan transformasi emosional yang sesuai dengan perjalanan karakternya. Minke digambarkan sebagai sosok yang cerdas dan penuh semangat, tetapi juga rentan terhadap tekanan sosial. Vanesha Prescilla sebagai Annelies membawa keanggunan dan kedalaman, menampilkan karakter yang terjebak dalam dilema moral. Chemistri antara kedua aktor ini menjadi salah satu daya tarik utama film.

Karakter pendukung juga berperan penting dalam menyampaikan pesan film. Mereka menambah dimensi pada cerita, memberikan perspektif yang berbeda tentang perjuangan dan konflik yang dihadapi masyarakat pada masa itu. Peran Darsih, diperankan oleh Mawar Eva de Jongh, menjadi pengingat akan keberanian perempuan di tengah penindasan.

Kesimpulan

Secara keseluruhan, "Bumi Manusia" adalah sebuah film yang bukan hanya menghibur, tetapi juga mendidik. Dengan alur yang kuat, karakter yang mendalam, dan tema yang relevan, film ini berhasil menyampaikan pesan tentang perjuangan melawan ketidakadilan dan pentingnya memahami sejarah. Meskipun terdapat beberapa bagian yang terasa lambat, pengembangan karakter dan alur cerita yang menyentuh hati membuat penonton terikat dengan kisah Minke dan Annelies.

"Bumi Manusia" adalah karya yang wajib ditonton, tidak hanya bagi penggemar sastra Indonesia, tetapi juga bagi mereka yang tertarik pada kisah-kisah perjuangan kemanusiaan. Film ini mengajak penonton untuk merenung dan menghargai perjalanan panjang menuju kemerdekaan, baik secara fisik maupun mental. Dengan segala kelebihan yang dimiliki, "Bumi Manusia" adalah sebuah penghormatan yang layak untuk sejarah dan budaya Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun