Mohon tunggu...
Joy Miracle Aurelia
Joy Miracle Aurelia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Murid

Saya adalah seorang murid SMP yang mengikuti tantangan 1 hari 1 tulisan dari guru saya! :D

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Cinta Pierre Tendean dan Rukmini

17 November 2024   16:00 Diperbarui: 17 November 2024   16:00 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisah cinta Pierre Tendean dan Rukmini merupakan salah satu cerita romantis yang menjadi bagian dari sejarah Indonesia. Pierre Tendean, seorang pahlawan revolusi yang gugur dalam peristiwa G30S/PKI, dikenal tidak hanya karena pengabdiannya kepada bangsa, tetapi juga karena kisah asmaranya dengan Rukmini yang penuh kesetiaan dan pengorbanan.

Pada awal pertemuan, Pierre Tendean dan Rukmini bertemu di Semarang pada tahun 1965. Rukmini adalah seorang gadis Jawa yang sederhana dan anggun, sementara Pierre, seorang perwira muda keturunan Minahasa, dikenal tempan dan berkarisma. Pertemuan mereka berkembang menjadi hubungan cinta yang serius meskipun berlangsung dalam waktu yang singkat.

Pierre dan Rukmini berencana untuk menikah pada bulan November 1965. Mereka bahkan telah menetapkan tanggal dan mulai mempersiapkan segala sesuatunya. Namun, tugas negara memanggik Pierre sehingga ia harus meninggalkan Semarang dan kembali ke Jakarta.

Rencana indah mereka berhenti oleh peristiwa tragis G30S/PKI pada 1 Oktobee 1965. Pierre Tendean, yang saat itu menjadi ajudan Jenderal Abdul Haris Nasution, menjadi salah satu korban penculikan oleh pasukan Gerakan 30 September. Pengorbanannya untuk bangsa Indonesia membuat ia gugur sebagai pahlawan, meninggalkan Rukmini yang berduka.

Setelah kepergian Pierre, Rukmini membutuhkan waktu 5 tahun untuk melupakan Pierre. Setelah 5 tahun lamanya, Rukmini pun dapat mengikhlaskan kepergian Pierre dan menikah dengan oria lain. 

Kisah cinta mereka menjadi simbol pengorbanan dan keindahan cinta sejati di tengah perjuangan membela negara.

Terima kasih!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun