kerajaan yang damai, hiduplah seorang raja yang bernama Raja Althar. Raja Althar dikenal sebagai seorang raja yang tampan, tegas, bijaksana dan seorang pemimpin yang adil.Â
Di sebuahNamun, ada satu hal yang membuat para penasihatnya gusar, sang raja belum menikah. Setiap hari, mereka mendesak agar Althar memilih seorang permaisuri. Namun, Althar selalu berkata, "Aku belum menemukan cinta yang sejati."
Suatu hari, seorang pedagang wanita bernama Lyra datang ke istana. Ia datang bukan sebagai calon permaisuri, melainkan untuk menjual barang dagangannya yaitu rempah-rempah yang langka.Â
Ketika Lyra berbicara, Raja Althar merasakan sesuatu yang berbeda dalam hatinya. Dia tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya, sebuah daya tarik yang kuat namun tenang.
Suatu malam, Althar memanggil Lyra ke taman istana. Di bawah sinar bulan, mereka mulai berbicara.
"Aku tidak pernah melihat pedagang seperti dirimu sebelumnya." kata Althar. "Kau membawa sesuatu yang berbeda, bukan hanya barang-barangmu, tapi juga dirimu sendiri."
Lyra tertawa kecil. "Aku hanya seorang pedagang, Yang Mulia. Aku menjual apa yang bisa kubawa dari perjalanan jauh."
"Tapi kau tidak seperti pedagang biasa," sahut Althar. "Ada ketenangan dalam caramu berbicara, seolah kau tahu lebih banyak daripada yang terlihat."
Lyra menundukkan kepala, tidak ingin menyinggung sang raja. "Perjalanan panjang mengajarkan banyak hal. Aku hanya berbicara dari pengalaman."
Hari-hari berlalu, dan setiap kali Lyra datang ke istana, Althar selalu menyempatkan waktu untuk berbincang dengannya. Mereka berbicara tentang kehidupan, perjalanan, dan mimpi. Setiap kali, hati Althar semakin yakin bahwa ia telah menemukan seseorang yang berbeda dari para bangsawan atau putri kerajaan yang pernah dikenalnya.
Suatu malam, di tengah malam yang sunyi, Althar akhirnya mengungkapkan perasaannya.
"Lyra, aku seorang raja, tapi di hadapanmu, aku hanyalah seorang pria biasa. Setiap kali aku melihatmu, aku merasakan kedamaian yang tak pernah kurasakan sebelumnya. Maukah kau menjadi ratuku?"
Lyra terkejut. Ia tahu posisinya di masyarakat dan tidak pernah membayangkan akan ditawari posisi sebagai ratu. "Yang Mulia, aku hanyalah seorang pedagang. Apa yang akan dipikirkan orang-orang jika kau menikahi wanita biasa sepertiku?"
"Aku tak peduli apa yang mereka pikirkan, Lyra." jawab Althar tegas. "Cinta sejati tidak memandang status atau asal usul. Aku mencintaimu bukan karena siapa kau dimata dunia, tapi siapa dirimu di mataku."
Lyra terdiam, memikirkan kata-kata sang raja. Ia tahu bahwa perasaan yang sama juga tumbuh di hatinya, meski ia berusaha menahannya. Dengan hati yang berat, Lyra akhirnya berkata. "Jika kau benar-benar yakin, maka aku akan bersamamu. Bukan sebagai ratumu saja, tetapi sebagai pendampingmu juga."
Pernikahan Raja Althar dan Lyra menjadi perbincangan di seluruh negeri. Banyak yang terkejut, bahkan ada yang menentang, namun cinta mereka tak tergoyahkan. Lyra, meski sederhana, membawa kebijaksanaan dan kedamaian dalam istana. Bersama-sama, mereka memimpin kerajaan dengan hati yang penuh cinta dan kesetiaan.
Kisah cinta Raja Althar dan Lyra menjadi legenda, membuktikan bahwa cinta sejati bukan tentang status, melainkan tentang dua hati yang saling menemukan satu sama lain, melampaui segala batas yang diciptakan dunia.
Terima kasih!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H