Mohon tunggu...
Aurelda Mahayu Salsabila Syani
Aurelda Mahayu Salsabila Syani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Malang

My name is Aurelda Mahayu Salsabila Syani, usually called Aurel. I am a Guidance and Counseling Student who has an interest in social, cultural, health and educational topics.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Apa Itu Irrational Beliefs dan Bagaimana Dampaknya?

24 Oktober 2024   14:10 Diperbarui: 24 Oktober 2024   14:28 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengertian Irrational Beliefs

Menurut Albert Ellis, irrational beliefs  adalah emosi, pikiran, dan perilaku negatif yang secara signifikan dapat merugikan diri sendiri sampai mengganggu kelangsungan hidup sehari-hari. Irrational beliefs adalah keyakinan atau pemikiran individu yang sering kali tidak realistis, kaku, dan menghambat kemampuan seseorang untuk berpikir dan bertindak secara rasional. Ellis juga menambahkan bahwa irrational beliefs adalah sumber utama yang dapat menimbulkan masalah-masalah emosional, seperti stres, kecemasan, dan perilaku maladaptif yang merugikan individu. Selain menyebabkan stres dan kecemasan, pemikiran irasional juga berdampak pada hubungan interpersonal dan kemampuan seseorang untuk menghadapi tantangan hidup. Pemikiran ini menyebabkan individu membuat tuntutan yang tidak realistis pada diri sendiri, orang lain, bahkan dunia yang pada akhirnya hanya akan menciptakan frustasi apabila tidak dapat tercapai.

Dalam pandangan Ellis, pemikiran irasional ini muncul dari cara seseorang menafsirkan peristiwa yang terjadi pada hidup mereka. Alih-alih menerima kenyataan secara realistis dan menganggap kegagalan sebagai sebuah proses kehidupan, individu dengan keyakinan irasional cenderung memandang dunia secara hitam-putih, melebih-lebihkan kegagalan, dan memberikan tuntutan yang besar pada diri sendiri dan  orang lain. Contohnya, seseorang yang memiliki pemikiran irasional berfikir bahwa “Jika saya tidak disukai semua orang, berarti saya adalah orang yang tidak berharga”. Pemikiran tersebut sangat tidak rasional, karena mustahil seseorang akan selalu mendapat penerimaan dari semua orang.

Macam-Macam Irrational Belief

Untuk mencegah timbulnya dampak negatif berlebih dan intervensi yang kurang tepat, kita harus memahami apa saja macam-macam dari keyakinan irasional. Secara garis besar, berikut adalah macam-macam keyakinan irasional yang perlu kita fahami!

1. Demandingness (Tuntutan)

Keyakinan irasional ini terjadi ketika seseorang memiliki pandangan bahwa mereka harus melakukan sesuatu untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Keyakinan ini ditandai dengan munculnya tuntutan yang berlebihan pada diri sendiri atau orang lain. Ketika tuntutan tersebut tidak terpenuhi, maka individu akan merasa gagal dan kecewa secara berlebihan.

Contoh: Seorang siswa berpikir, “Saya harus selalu mendapatkan nilai sempurna pada semua mata pelajaran, atau saya akan menjadi siswa yang buruk.” Ketika gagal mencapai nilai tersebut, ia akan merasa tidak berharga dan frustasi.

2. Awfulizing (Tindakan Buruk)

Awfulizing adalah keyakinan irasional dimana seseorang meyakini bahwa situasi yang tidak menyenangkan merupakan hal buruk dan merupakan bencana besar. Individu yang memiliki keyakinan ini cenderung melebih-lebihkan atau mendramatisasikan dampak negatif dari suatu peristiwa.

Contoh: Seorang siswa berpikir, "Jika saya gagal dalam ujian, hidup saya akan hancur. Saya tidak akan pernah berhasil dalam hidup." Keyakinan ini membuat individu memandang kegagalan sebagai sesuatu yang bencana besar, meskipun pada kenyataannya kegagalan ujian mungkin hanya hambatan sementara. 

3. Low Frustration Tolerance (Toleransi Frustasi yang Rendah)

Keyakinan irasional ini ditandai oleh ketidakmampuan seseorang untuk menghadapi situasi yang menjengkelkan atau penuh tekanan. Individu dengan toleransi frustrasi yang rendah merasa bahwa mereka tidak mampu menanggung tekanan atau tantangan tertentu dan bereaksi secara berlebihan terhadap hal-hal yang sulit atau tidak menyenangkan. 

Contoh: Seorang siswa yang gagal dalam ujian bisa berpikir, "Saya tidak bisa menerima nilai buruk ini. Ini sangat tidak adil, dan saya tidak akan pernah bisa melewati ini." Reaksi ini menunjukkan ketidakmampuan untuk menerima ketidaknyamanan dan masalah kecil dalam hidup, yang sebenarnya dapat diatasi. 

4. Global Evaluation / Self or Other-Downing (Meremehkan Diri Sendiri, Orang Lain, atau Dunia) 

Global evaluation atau self-downing adalah keyakinan irasional di mana seseorang mengambil satu kejadian atau kesalahan dan menjadikannya penilaian menyeluruh terhadap diri sendiri, orang lain, atau dunia. Individu dengan keyakinan ini sering kali berpikir dalam istilah absolut dan menggeneralisasi pengalaman negatif ke seluruh identitas atau karakter seseorang.

Contoh: Seseorang yang gagal dalam satu ujian berpikir, "Jika saya tidak bisa mendapatkan nilai bagus di ujian ini, maka saya adalah orang bodoh dan tidak berguna." Di sini, individu meremehkan seluruh nilai dirinya hanya karena satu kegagalan, padahal kemampuan atau identitas seseorang tidak ditentukan oleh satu kejadian semata. 

Dampak Irrational Beliefs

Dampak dari keyakinan irasional menurut Albert Ellis dapat sangat merugikan individu secara emosional, mental, dan sosial. Berikut adalah beberapa dampak utama dari keyakinan irasional:  

1. Stres dan Kecemasan Berlebihan

Keyakinan irasional membuat individu merasa cemas dan stres karena mereka menetapkan standar yang tidak realistis untuk diri sendiri atau orang lain. Misalnya, keyakinan seperti "Saya harus sempurna dalam segala hal" atau "Semua orang harus menyukai saya" menyebabkan tekanan internal yang tinggi, yang berujung pada kecemasan berlebihan ketika tuntutan tersebut tidak terpenuhi. 

2. Depresi dan Putus Asa

Keyakinan irasional sering kali mengarah pada perasaan depresi, terutama ketika individu terus menerus merasa gagal memenuhi ekspektasi yang tidak realistis. Contohnya, seseorang yang meyakini bahwa "Jika saya gagal sekali, maka saya adalah kegagalan total" akan merasa putus asa setiap kali mereka menghadapi kesulitan atau kegagalan kecil. Merasa putus asa secara berlebihan akan membuat seseorang terjebak dalam perasaan depresi.

3. Harga Diri yang Rendah

Individu dengan keyakinan irasional cenderung memandang diri mereka secara negatif ketika ekspektasi yang tidak realistis tidak tercapai. Mereka sering meremehkan diri sendiri atau menyalahkan diri secara berlebihan, yang menyebabkan harga diri rendah. Misalnya, keyakinan seperti "Jika saya tidak berhasil, maka saya tidak berharga" sangat merugikan persepsi diri dan mengurangi kepercayaan diri. 

4. Kesulitan dalam Hubungan Sosial

Individu yang memiliki keyakinan irasional, terutama yang berkaitan dengan harapan tidak realistis terhadap orang lain, sering mengalami masalah dalam hubungan interpersonal. Mereka mungkin merasa marah atau kecewa ketika orang lain tidak memenuhi harapan yang kaku dan tidak realistis, seperti "Orang lain harus selalu memperlakukan saya dengan baik." Hal ini bisa mengarah pada konflik, frustrasi, atau bahkan isolasi sosial. 

5. Tidak Mampu Mengatasi Tantangan

Keyakinan irasional membuat individu merasa tidak mampu menghadapi kesulitan hidup. Misalnya, keyakinan seperti "Saya tidak akan pernah bisa mengatasi masalah ini" atau "Ini terlalu sulit untuk ditanggung" akan menghalangi individu untuk mencari solusi dan menyerah lebih cepat. Hal ini bisa menghambat perkembangan diri dan kemampuan mengatasi masalah.

Kesimpulan

Keyakinan irasional dapat memicu berbagai masalah emosional dan perilaku maladaptif. Dengan memahami macam-macam keyakinan irasional seperti demandingness, awfulizing, low frustration tolerance, dan global evaluation. Dengan menggunakan pendekatan konseling Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)  konselor dapat membantu individu mengidentifikasi dan mengubah keyakinan negatif mereka. Proses ini memungkinkan individu untuk mengembangkan pandangan yang lebih sehat dan realistis, yang pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan psikologis mereka.  

Referensi:

Corey, G. (2017). Theory and practice of counseling and psychotherapy (9th ed.). Belmont, CA: Cengage Learning.

Mustika Sari, Yeni Karneli, & Netrawati. (2022). PENDEKATAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY (REBT) UNTUK MENGATASI SELF IMAGE NEGATIF PADA REMAJA : Studi LIBRARY RESEARCH. Jurnal Ilmu Pendidikan Dan Sosial, 1(4), 442–451. https://doi.org/10.58540/jipsi.v1i4.92

Pasaribu, P. D., Arsini, Y., & Syifa, S. A. (2024). Penerapan Konseling Kelompok Dengan Pendekatan REBT ( Rational Emotive Behavior Therapy ) Menggunakan Teknik Reinforcement Terhadap Motivasi Belajar Siswa. 1(12), 412–418.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun