Potensi lahan basah di Distrik Marabahan sangat penting dalam mendukung perekonomian lokal, terutama karena kualitas udara yang baik dan kesuburan tanah yang tinggi. Lahan basah ini sangat cocok untuk budidaya padi, hortikultura, dan akuakultur air tawar.Â
Banyak penduduk memanfaatkan lahan ini untuk menanam berbagai sayuran seperti kangkung, bayam, dan cabai, yang dapat dijual di pasar lokal. Selain itu, beberapa petani terlibat dalam budidaya spesies ikan seperti nila dan lele, yang berfungsi sebagai sumber pendapatan yang signifikan.Â
Di luar pertanian dan akuakultur, lahan basah ini juga memberikan peluang untuk pengembangan di sektor perkebunan. Beberapa anggota masyarakat telah mulai membudidayakan kelapa sawit dan karet di daerah tertentu yang tidak terlalu rawan banjir.Â
Dalam jangka panjang, ada potensi untuk pengembangan ekowisata berbasis lahan basah, termasuk wisata perahu dan pengamatan burung, yang dapat memberikan sumber daya ekonomi tambahan. Namun, potensi ini sebagian besar belum dimanfaatkan karena berbagai tantangan, seperti banjir musiman, akses infrastruktur yang terbatas, dan teknologi pertanian yang tidak memadai.Â
Dengan dukungan pemerintah yang lebih baik dalam bentuk bantuan teknis dan pembangunan infrastruktur, potensi ekonomi lahan basah di Marabahan dapat terwujud secara signifikan, yang mengarah pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
* Pendapat tentang Tantangan:
Tantangan utama yang dihadapi masyarakat dalam memanfaatkan lahan basah di Kabupaten Marabahan adalah banjir musiman. Selama musim hujan, banyak daerah menjadi sangat tergenang, merusak tanaman, terutama padi dan tanaman hortikultura. Banjir ini juga berdampak buruk pada infrastruktur lokal, seperti jalan dan sistem irigasi, menghambat akses masyarakat ke pasar dan lokasi penting lainnya. Selain itu, drainase yang buruk menimbulkan masalah serius.
 Genangan air yang tidak dapat segera dikeringkan mengakibatkan kondisi lahan yang terlalu jenuh. Dampak buruk pada tanaman pangan dan melambatnya proses pertumbuhan merupakan tantangan signifikan yang dihadapi oleh masyarakat pertanian.Â
Akses terhadap teknologi pertanian modern masih terbatas, dengan banyak petani masih mengandalkan metode tradisional dan kurangnya pelatihan atau dukungan yang memadai untuk mengoptimalkan produksi di lahan basah. Masalah mendesak lainnya adalah perubahan iklim, yang telah menyebabkan musim tanam yang tidak dapat diprediksi.Â
Ketidakpastian ini mempersulit perencanaan waktu tanam yang tepat, yang mengakibatkan banyaknya gagal panen atau hasil panen yang tidak optimal. Dampak terhadap produktivitas sangat besar, karena hasil pertanian dan perikanan menurun, terutama ketika banjir merusak tanaman pangan atau mengubah kondisi perairan, yang menyebabkan kematian ikan.Â
Kerugian ekonomi juga meningkat, karena petani mengeluarkan biaya tambahan untuk merehabilitasi lahan atau mengganti benih yang rusak. Akibatnya, banyak masyarakat terpaksa mengurangi luas lahan yang mereka garap, sehingga potensi ekonomi lahan basah tidak dapat sepenuhnya terwujud.Â