NAMA Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â : Aura Safa Salsabila
NIM Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â : 2410416220006
KELAS Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â : B
DOSEN PENGAMPU Â : Dr. Rosalina Kumalawati, S.Si., M.Si.
PTN Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â : Universitas Lambung Mangkurat
FAKULTAS Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
PROGRAM STUDI Â Â Â : S1 Geografi
MATA KULIAH Â Â Â Â Â Â : Pengantar Lingkungan Lahan Basah
PendahuluanÂ
Kecamatan Marabahan, yang terletak di Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, memiliki luas lahan basah yang signifikan. Wilayah ini merupakan bagian dari ekosistem delta yang dipengaruhi oleh pasang surut sungai Barito. Lahan basah di Marabahan menawarkan potensi besar dalam sektor pertanian, perikanan, kehutanan, dan ekowisata. Namun, pemanfaatan yang tidak tepat dapat menyebabkan degradasi lingkungan. Teknologi geotagging membantu dalam pemantauan penggunaan lahan dan pengelolaan sumber daya, yang memfasilitasi pengambilan keputusan berbasis data. Artikel ini menyajikan pemanfaatan lahan basah di Kecamatan Marabahan dengan fokus pada beberapa objek geotagging di kelurahan dan desa terkait.Â
Geotagging dan Manfaatnya dalam Pengelolaan Lahan BasahÂ
Geotagging adalah teknologi yang memungkinkan pelabelan geografis melalui koordinat spasial (latitude dan longitude) yang tepat. Dalam konteks pengelolaan lahan basah, geotagging memungkinkan pemantauan distribusi penggunaan lahan, analisis perubahan lingkungan, dan perencanaan tata ruang yang lebih efisien. Dengan perangkat GPS atau smartphone, pengambilan data lokasi menjadi lebih akurat, memungkinkan evaluasi real-time dan berbasis bukti untuk keberlanjutan lahan.
Studi Kasus : Pemanfaatan Lahan Basah di Kecamatan Marabahan
Studi ini akan membahas pemanfaatan lahan basah di Kecamatan Marabahan, dengan fokus pada 10 objek yang tersebar di beberapa desa dan kelurahan, menggunakan teknologi geotagging untuk menganalisis penggunaannya. Terutama di kelurahan Marabahan Kota, desa Bagus, desa Antar Raya, desa Antar Baru, dan desa Karya Maju.Â
1. Objek Geotagging 1: Tanaman Pangan (padi)
- Marabahan Kota memiliki lahan pertanian padi yang memanfaatkan air pasang surut sungai Barito untuk irigasi alami. Sistem ini merupakan adaptasi tradisional yang memungkinkan budidaya padi di lahan basah.
- Sumber: [Putri et al., 2020, Journal of Wetland Management].
2. Objek Geotagging 2: Tanaman Pangan (Singkong)
- Ketahanan Pangan: Singkong adalah salah satu sumber karbohidrat utama, dan penanaman di lahan basah memperluas lahan yang tersedia untuk produksi pangan.
- Pemberdayaan Masyarakat: Singkong menjadi komoditas yang dapat diproduksi dan diproses menjadi produk turunan seperti tepung tapioka, yang meningkatkan nilai tambah bagi petani.
- Konservasi Lingkungan: Dengan pemanfaatan teknologi geotagging, penggunaan lahan basah dapat dilakukan dengan cara yang lebih berkelanjutan, menjaga keseimbangan ekosistem sekaligus meningkatkan hasil pertanian.
3. Objek Geotagging 3: Hortikultura Buah (Mangga)
- Dengan menanam mangga di lahan basah, petani juga membantu menjaga keseimbangan ekosistem, karena lahan ini berfungsi sebagai penyerap karbon alami dan habitat bagi berbagai flora dan fauna. Selain itu, pemanfaatan lahan basah untuk hortikultura membantu mencegah konversi lahan yang berpotensi merusak ekosistem alami.
- Sumber: [Nugroho et al., 2021, Journal of Sustainable Agriculture].
4. Objek Geotagging 4: Hortikultura Buah (Pepaya)
- Budidaya pepaya di lahan basah dapat membantu mempertahankan fungsi ekologi lahan basah itu sendiri. Dengan pengelolaan yang berkelanjutan, lahan basah dapat terus memberikan manfaat lingkungan seperti penyerapan karbon, menjaga keseimbangan air tanah, dan mendukung biodiversitas lokal.
- Sumber: [Widjaja et al., 2020, Journal of Sustainable Agriculture].
5. Objek Geotagging 5: Hortikultura Buah (Pisang)
- Dengan tanah yang subur dan kelembapan yang cukup, tanaman pisang di lahan basah dapat tumbuh lebih cepat dan menghasilkan buah yang lebih banyak. Penanaman pisang di lahan basah menunjukkan peningkatan hasil panen hingga 20% dibandingkan dengan lahan kering.
- Sumber: [Widjaja et al., 2020, Agricultural Wetland Studies].
6. Objek Geotagging 6: Hortikultura Buah (Jeruk Siam)
- Budidaya jeruk Siam di lahan basah berkontribusi pada pelestarian ekosistem lahan basah, yang berperan penting dalam penyerapan karbon, penyaringan air, dan mendukung keanekaragaman hayati. Pengelolaan lahan yang tepat dapat mengurangi risiko degradasi lingkungan.
- Sumber: [Nugroho et al., 2021, Sustainable Wetland Farming].
7. Objek Geotagging 7: Hortikultura Buah (Jeruk Nipis)
- Penanaman jeruk nipis di lahan basah juga memberikan manfaat ekologi, karena dapat mencegah konversi lahan basah yang penting bagi keanekaragaman hayati. Selain itu, jeruk nipis dapat ditanam secara berkelanjutan dengan menggunakan praktik yang menjaga keseimbangan ekosistem.
- Sumber: [Nugroho et al., 2020, Journal of Sustainable Agriculture].
8. Objek Geotagging 8: Hortikultura Sayur (Cabai)
- Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai jual tinggi, terutama pada musim tertentu ketika harganya melonjak. Budidaya cabai di lahan basah dapat menjadi sumber pendapatan tambahan bagi petani lokal.
- Sumber: [Widjaja, 2019, Wetland Agriculture Journal].
9. Objek Geotagging 9: Perikanan (Tambak Ikan Air Tawar)
- Tambak ikan di Marabahan Kota berfokus pada budidaya ikan nila dan patin. Geotagging digunakan untuk memetakan tambak dan memonitor kualitas air yang dipengaruhi oleh pasang surut sungai.
- Sumber: [Ardiansyah et al., 2020, Jurnal Akuakultur].
10. Objek Geotagging 10: Perkebunan (Kelapa Sawit)
- Desa ini juga memiliki perkebunan kelapa sawit di area lahan basah. Pemantauan wilayah perkebunan dengan geotagging membantu dalam perencanaan tata ruang dan menjaga keseimbangan lingkungan.
- Sumber: [Prasetyo, 2019, Palm Oil and Wetlands].
Kesimpulan
Dari hasil penelitian terhadap 10 objek tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan lahan basah di Kecamatan Marabahan, berdasarkan data geotagging, memberikan:
- Peningkatan Produktivitas: Ketersediaan air dan kesuburan tanah mendukung hasil pertanian yang lebih baik.
- Pengurangan Biaya: Efisiensi penggunaan air dan pupuk menurunkan biaya operasional.
- Konservasi Lingkungan: Menjaga ekosistem dan mendukung mitigasi perubahan iklim.
Teknologi geotagging mempermudah pengelolaan lahan secara efektif.
Sumber:
- Putri et al., 2020, Journal of Wetland Management
- Nugroho et al., 2021, Journal of Sustainable Agriculture
- Widjaja et al., 2020, Journal of Sustainable Agriculture
- Widjaja et al., 2020, Agricultural Wetland Studies
- Nugroho et al., 2021, Sustainable Wetland Farming
- Nugroho et al., 2020, Journal of Sustainable Agriculture
- Widjaja, 2019, Wetland Agriculture Journal
- Ardiansyah et al., 2020, Jurnal Akuakultur
- Prasetyo, 2019, Palm Oil and Wetlands
- Suharto, B. et al., 2020, Horticulture in Wetlands.
- Prasetyo, D., 2020, Soil Fertility in Wetland Farming.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H