"Dari dulu aku sudah tahu, kakak."
"Kau memancing kemarahanku, Ti."
"Kau sendiri yang merasa terpancing."
Perempuan itu masih saja terus menanggapi bicara kakaknya dengan memasak didapur.
"Kau itu sering kesurupan, Ti. Jika keluar sendirian berbahaya. Siapa nanti yang akan menolongmu?"
"Aku baik-baik saja. Aku sudah sembuh, ada kang I yang telah mengobatiku."
"Siapa?"
"Kang I."
Kakaknya tak bertanya lagi. Terdiam sejenak kemudian memandangi wajah adiknya  dari ujung kepala sampai ujung kaki. Ada perasaan cemas dalam hati laki-laki itu. Ia pandangi wajah adiknya lagi. Ia merasa iba pada adiknya yang lama menderita penyakit epilepsi. Tubuhnya sering kejang-kejang tak ada sebab.
"Kau diobatinya?" lalu ia tanya lagi.
"Iya, kenapa?"