Mohon tunggu...
Cerpen Artikel Utama

[Cerpen] Stasiun Tua di Kampungku

25 Maret 2017   16:45 Diperbarui: 26 Maret 2017   01:00 2440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

‘Tergantung.”

“Kok tergantung.”

“Tergantung, jika kau mau menerimaku dengan sederhana, tahu sendiri kan, statusku masih belum jelas, kerja juga belum.”

“Ah kau mas. Terlalu bicara hari esok. Hari esok itu berjalan melambat mas, masih bisa kita pikir hari ini. Biarlah esok apa kata dunia. Hidup itu lebih asyik mengikuti arus saja mas. Lebih enak dan tidak berat.”

“Relatif, Nad.”

“Itu bukan jawaban yang kusuka, mas.”

“Lantas…”

“Jadi lelaki itu yang pasti, tak usah berbelit-belit mas. Kalau iya bilang saja iya, kalau tidak ya tidak, kenapa mas harus menunggu ini dan itu dulu?”

“Keadaan Nad.”

“Memangnya keadaannya kenapa?”

“Aku belum menjadi lelaki yang mapan, aku tak ada keberanian untuk melamarmu.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun