Mohon tunggu...
Puisi Pilihan

Pram Dalam Bingkai Bumi Manusia

10 Mei 2016   09:24 Diperbarui: 10 Mei 2016   09:37 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://pemainkata.com/2012/05/09/bumi-manusia/

Minke...

Cerita...

Selamanya tentang manusia,

Kehidupannya, bukan kematiannya.

Ya...biarpun yang ditampilkannya itu hewan, raksasa atau dewa atau hantu.

Dan tak ada yang lebih sulit dapat dipahami daripada sang manusia...

Jangan anggap remeh si manusia, yang kelihatannya begitu sederhana,

Biar penglihatanmu setajam mata elang,

Pikiranmu setajam pisau cukur,

Perabaanmu lebih peka dari para dewa,

Pendengaranmu dapat menangkap musik dan ratap tangis kehidupan,

Pengetahuanmu tentang manusia tak kan bisa kemput.

Manusia...banyak juga manusia masuk dalam perangkap kejahilan manusia.

Kemerosotan nilai kemanusiaan adalah ketertindasan,

Ketertindasan tak kenal batas wilayah manusia,

Dimanapun manusia itu ada, ketertindasan selalu menempati ruang dengan santainya.

Entah kapan sejarah ketertindasan itu dimulai?

Tapi dahsyatnya sungguh terasa, bahkan diri kita sendiri selalu melawan ketertindasan dengan diri ini.

Hati kita,

Otak kita,

Jiwa kita,

Selalu mencoba melawan pergolakan batin yang tiada henti, setiap detik dan waktu.

Terkadang lelah, namun jangan menyerah.

Kecuali mati...

Manusia dengan pengetahuan bagai sajak dan syair.

Diotak-atik lahirlah penemuan, daya cipta dan budaya.

Itulah tingginya derajat manusia, burung terbangpun ia cipta, kelabang besipun ia temukan, kuda besipun ia buat.

Pendidikan yang membuat manusia merengkuh tinggi derajatnya.

Dari bodoh menjadi pandai, dari babu menjadi majikan, dari budak menjadi tuan, dari terjajah menjadi merdeka, dari jelata menjadi priyayi, dari tertindas menjadi melawan, dari pasif menjadi aktif, dari takut menjadi berani, dari huruf menjadi kata, dari kata menjadi kalimat, dari kalimat menjadi paragraf, dari paragraf menjadi bacaan, semua karena manusia...

Pendidikan tidaklah sempit hanya disekolah, pendidikan bisa ditempat mana saja, pendidikan tak ubahnya proses dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan tidak hanya sebatas guru dan murid, pendidikan bisa dengan siapa saja.

Jangan terlalu percaya pada pendidikan sekolah, guru yang sebaik-baiknya masih bisa melahirkan bandit yang sejahat-jahatnya, atau memang guru itu sudah bandit pada dasarnya.

Jawa...

Eropa...

Madura...

Perancis...

Belanda...

Semua sama, manusia yang mendiami bumi, berceloteh dengan suka dan duka, bergumul, bermamah biak, dan berkembang biak.

Menjadi banyak, bersuku-suku, dan mendiami bumi alam semesta.

Bumi manusia punya sejarah dan kiprah dalam kisah kehidupannya.

Mencintai,

Membenci,

Menindas,

Melawan,

Di bumi yang sama, bumi manusia.

Minke....

Anelis....

Nyai Ontosoroh....

Herman Milema....

Hanyalah sekelumit tokoh-tokoh didalamnya, yang mengisi kisah sejarahnya sebagai manusia yang pernah singgah di bumi manusia.

Bangilan, 10 Mei 2016.

Diambil dari inspirasi buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer.

Oleh. Rohmat Sholihin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun