Mohon tunggu...
Cerpen

Aksi Solutif Seorang Pemandu Wisata

19 November 2018   21:45 Diperbarui: 20 November 2018   14:11 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waktu menunjukkan pukul 17.45, tersisa 30 menit sebelum malam benar-benar datang dan langit menjadi gelap. Aku berusaha menenangkan orang-orang agar tidak panik dan tetap berada di dalam bus.

Sebentar lagi suasana akan gelap, sangat berbahaya kalau berada di luar, hewan-hewan malam pasti akan segera keluar dari sarangnya memulai aktivitasnya Hanya Fred yang masih di luar dan belum kembali lagi ke dalam minibus. Aku lalu mengambil obat dari tas Fred untuk mngobati kaki Anggi yang terkilir.

Sembari menunggu jemputan datang dari penjaga hutan, aku dan Lukman sedang menentukan siapa yang akan dibawa terlebih dahulu ke penginapan. Pengunjung yang benar-benar perlu didahulukan untuk diamankan. Aku melihat ke anak kecil "Kevin" yang mengidap asma, suhu di hutan mulai dingin dan sebentar lagi bisa saja ia kambuh.

Namun Kevin tidak bisa dipisahkan dari orang tuanya, ia ketakutan dan pasti tidak mau kalau dibawa ke penginapan sendirian. Oleh karena itu, aku memutuskan untuk membawa Ibu Prita dan Kevin ke penginapan dahulu, dengan cara Kevin dipangku oleh Ibunya nanti.

Tak berapa lama, seorang penjaga hutan datang dengan motornya. Aku meminta selimut, roti dan air minum yang tadi aku pesan sebelum dia ke lokasi. Lalu aku sampaikan agar penjaga tersebut mau menjempu lagi ke lokasi karena masih ada 2 orang yang juga harus dibawa ke penginapan segera.

Aku titipkan Ibu Prita dan Kevin agar dibawa ke penginapan terlebih dahulu. Lukman lalu memberikan obat asma kepada Prita barangkali nantinya asma Kevin kambuh saat di penginapan. Penjaga tersebut akan sampai ke lokasi lagi pukul 18.15.

Begitu penjaga motor berjalan meninggalkan kami, tiba-tiba terdengar suara peluit dari sisi hutan. Aku yakin itu pasti Fred, karena di antara kami hanya Fred yang membawa alat semacam itu. Aku mengajak Lukman keluar mencari Fred, sementara Her aku minta tetap di dalam minimus menjaga Anggi dan Kanaya.

Kami berjalan menuju sumber suara, ternyata benar suara itu berasal dari peluit Fred. Di depannya ada seekor babi hutan mencoba mendekatinya, segera aku minta Lukman untuk mengarahkan senter ponselnya ke arah babai hutan tersebut.

Seketika babi hutan tersebut menjauhi kami. Aku dan Lukman membantu Fred berdiri dan mngambil tongkatnya yang tadi dilempar untuk mengusir babi hutan. Beruntungnys, Fred dalam kondisi baik-baik saja. Kami lalu berjalan menuju minibus.

Di dalam minibus,aku menemukan 2 kotak nasi sisa makan siang tadi. Ditambah ada 5 roti yang dibawa oleh penjaga hutan tadi. Aku mengajak pengunjung untuk makan terlebih dahulu sembari menunggu jemputan datang kembali. Anggi dan Kanaya hanya ingin makan roti saja, jadi nasi kotak tadi aku berikan pada Fred dan Her, sedangkan aku dan Lukman memilih makan roti saja.

Jemputan mobil sedan dari kawanku akan sampai nanti pukul 19.45, sedangkan sekarang sudah pukul 18.15. Masih harus menunggu 1,5 jam lagi. Dari kejauhan terihat lampu sorot sebuah motor, sang penjaga hutan sudah datang lagi. Siapa kali ini yang harus dibawa terlebih dahulu?

Aku melihat Anggi yang kakinya terkilir, ia perlu mendapat penanganan lebih lanjut agar kakinya tidak bertambah membengkak. Maka aku putuskan agar Anggi dibawa terlebih dahulu. Aku pun meminta penjaga hutan agar nanti ke lokasi lagi karena masih ada 1 perempuan yang harus dievakuasi juga. Penjaga hutan akan datang kembali sekitar pukul 18.45.

Kini di dalam minibus tersisa 5 orang, kami melanjutkan makan untuk menghangatkan tubuh kami yang mulai menggigil. Selimut yang dibawakan penjaga hutan tadi aku bagikan ke pengunjung dan lampu emergency aku nyalakan karena ponsel kita sudah mulai lowbat untuk menyalakan senter terus.

Aku tidak henti-hentinya mengajak pengunjung berbicara untuk meghangatkan suasana dan mengurangi rasa takut, aku yakinkan pada mereka kalau kita pasti akan selamat. Kita hanya perlu bersabar dan berdoa kepada Tuhan agar bantuan segera datang dan kita bisa keluar dari kondisi ini. Aku melihat rasa optimis pada diri mereka mulai muncul kembali.

Setelah menunggu 30 menit, penjaga hutan kembali datang ke lokasi. Kali ini yang harus dibawa terlebih dahulu adalah Kanaya, ia satu-satunya wanita yang tersisa di dalam minibus dan harus segera dievakuasi karena ia yang sedari tadi minta dibawa ke penginapan, ia takut dengan kegelapan.

Penjaga hutan menyampaikan kalau pengunjung di penginapan dalam kondisi aman, sudah ada pihak yang menanganinya. Ia akan kembali datang pukul 19.15.

Begitu Kanaya dan petugas hutan meluncur menuju penginapan. Kini tersisa 4 orang di dalam minibus. Mobil sedan temanku baru akan sampai pukul 19.45, masih satu jam lagi. Lukman menghampiriku lalu mengatakan kalau ia bersama istri dan anaknya besok jam 7 pagi akan terbang ke Jakarta menghadiri acara.

Tidak mungkin nanti aku membawa Lukman ke kota sedangkan istri dan anaknya di penginapan. Oleh karena itu aku punya rencana untuk malam ini semua beristirahat dahulu di penginapan. Besok pagi-pagi jam 5 aku antar Lukman beserta istri dan anaknya ke bandara. Lukman pun setuju dengan rencanaku.

Kulihat wajah Fred yang sangat kelelahan dan sangat pucat, ia sudah tua dan kasihan jika harus menunggu sampai mobil datang. Maka aku putuskan, setelah ini Fred dibawa ke penginapan.

Begitu pukul 19.15, penjaga hutan datang kembali, aku bantu Fred untuk naik ke atas motor dan memintanya berpegangan yang erat pada penjaga hutan tersebut. Aku pun menyampaikan ke petugas hutan kalau ini penjemputan terakhir untuk kami. Setelah ini kami akan dijemput pake mobil. Aku mengucapkan banyak terima kasih kepada petugas tersebut karena sudah bersedia mengevakuasi kami.

Sekarang tinggal aku,Lukman, dan Her. Kami masih menunggu jemputan dari mobil sedan kawanku. Her memutuskan untuk nantinya minibus ini ditinggal dahulu di hutan, biar besok pagi saja diperbaiki mana yang bermasalah. Tidak memungkinkan malam-malam begini membongkar minibus, dan perlu waktu yang lama untuk memperbaikinya. Jadi setelah ini kami bertiga akan berangkat ke penginapan.

Tepat pukul 19.45, lampu sorot mobil terlihat mendekati kami, benar ternyata itu mobil kawanku. Kam segera diajak masuk ke dalam mobil dan membawa semua barang bawaan masuk ke dalam mobil. Mobil beranjak meninggalkan lokasi dan menuju penginapan.

Akhirnya kami semua dapat keluar dari hutan yang menyeramkan itu. Kini kami aman berada di penginapan. Aku yakin setelah kesulitan pasti ada kemudahan. Setiap masalah pasti ada jalannya. Asal kita yakin, berani mengambil keputusan dan yang pasti berdoa kepada Tuhan pasti akan ada jawabannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun