Drap drap drap bruk "Aaakkhh" Desis Ares yang menahan sakitnya karena terjatuh. "Sudah dibilang, jangan lari-lari kalau di tangga! Di mana bagian yang lukanya? Sini Bunda lihat" Omel Bunda Sarah sembari membantu Indra untuk bangun  "Aku gak luka kok! cuma biru saja!" Tepis Indra dan langsung kabur menuju pintu belakang "Areees!, aduh anak ini" Keluh Bunda Sarah. Bunda Sarah merupakan satu-satunya pengurus di panti asuhan ini. Karena Panti Asuhan ini terletak dipinggiran desa dan jarang ada orang yang berlalu-lalang. Tak heran jika tidak ada yang mau mengurusi panti asuhan ini.
pyaar "Hueee Bundaa, Ares memecahkan keramik ku!" Teriak Inez sembari menangis sejadi-jadinya. Karena takut dimarahi oleh Bunda, maka Ares kembali berlari, sekarang Ia menuju ruang dapur. Di sana Ia melihat beberapa cookies sudah tersedia di atas meja. Ares ingin segera melahapnya, namun tangannya ditepis oleh Ulva yang tiba-tiba ada disampingnya "Cuci tangan dulu sebelum makan!" Ulva mengingatkan.
"Iya iya, cerewet banget sih" keluh Ares. "Hati-hati lho Res, kalau kamu suka berbuat usil dengan orang, nanti kamu didatangi oleh peri usil" Ulva memberitahu dengan wajah serius. "Hahaha apaan sih? Tiba-tiba begitu. Gak jelas." Tawa Ares dengan wajah meremehkan.Â
"Aku serius! siapa tahu sang peri akan mendatangimu lewat mimpi" Kata Ulva sembari ikut mengambil cookies "Wahaha aduh, sakit perutku mendengar omonganmu yang makin gak jelas" Tawa Ares semakin kencang  "Huh, ya sudah kalau gak percaya" Jawab Ulfa tak peduli "Hahaha, kalau begitu aku mau tidur siang dulu. Siapa tahu bisa bertemu dengan sang peri usil" Ares menjawab dengan cekikikan.
Ares segera pergi ke kamarnya. "Hahaha peri usil, aneh sekali" tawa Ares dalam hati.Â
"Ares, bangun sudah waktunya makan malam, yuk makan!" Bunda Sarah berusaha membangunkan Ares. "Hah, sejak kapan sudah malam?" Tanya Ares dalam hati, dengan setengah sadar dan masih bingung, Ares mengiyakan ajakan Bunda Sarah. Saat sedang makan terlihat salah seorang anak mengambil soup bagian Ares, "Hei, apa yang kau lakukan kembalikan soup ku!" Ares segera merebut soupnya dari anak tersebut. Saat sedang adu tarik, tiba-tiba Ares terpeleset, Soup itu pun tumpah dan mengenai baju Ares.Â
Anak tersebut pun cekikikan melihat Ares yang sudah setengah basah karena tumpahan soup. Ia memperhatikan benda bulat yang membuatnya terjatuh, "Hah ini kan roda dongkar mainanku" kejut Ares dalam hati. Lalu terlihat Inez yang sedang menahan tawa. Muka Ares merah menyala ia tidak bisa lagi menahan marah, lalu melemparkan mangkuk yang tadi berisikan soup, ke atas meja.Â
Ternyata, mangkuk tersebut tepat mendarat di atas panci besar yang juga berisikan  soup dan jauh lebih banyak serta keluarlah isi dari panci besar itu, lalu semua yang ada di meja makan terkena cipratan soup tersebut, termasuk Ares. Ares merasa bingung karena Bunda Sarah dari tadi diam saja, namun rasa takut terkena marah  oleh Bunda jauh lebih besar daripada rasa bingungnya.Â
Ares segera berlari menuju dapur. Saat berlari Ares menabrak seseorang yang sepertinya sama-sama sedang berlari, "Aduh" Ringis Ares "Tidaak, pena ku retak!" teriak orang tersebut "Ulfaa! Kenapa kau jadi begitu besar" Teriak Ares tidak percaya. "siapa kau? dan siapa itu Ulfa?" Tanya orang tersebut terheran-heran. "HAH!?" Ares semakin bingung. "Jadi siapa kau?" Tanya Ares kembali. "Aku? Tentu saja Tera si Peri Usil, dan kau sedang menghancurkan aksi ku dalam berbuat usil" Peri Tera menunjuk Ares dengan kesalnya.Â
Mulut Ares terbuka lebar, ia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya "Peri Usil? Yang benar saja?" tanyanya dalam hati. "Kau sebaiknya merahasiakan ini dari yang lain, aku mendapatkan laporan dari Negeri Awan, bahwa ada anak yang sangat usil di tempat ini. Maka tugasku adalah mengusili anak tersebut agar ia jera dengan perbuatannya, apalagi perbuatan usil yang sudah kelewatan. kalau tidak salah namanya Aris... Arus... Airis? oh namanya Ares, apakah kamu mengenalnya nak?" Tanya Tera si Peri Usil. Ares tidak percaya bahwa peri usil mendatanginya untuk membuatnya jera. "Aku Ares!" Ares berteriak dengan kepala tertunduk "Waduh salah orang aku" Tera sang Peri Usil menepuk dahinya.Â
"Ok begini nak, jadi aku ini sedang membuat beberapa jebakan untuk dirimu, orang-orang yang telah kamu usilin sampai sakit hati akan kumasukan bola ajaib ini" Peri Tera menunjukan bola-bola yang keluar dari penanya yang patah itu. "Nah bola tersebut baru kumasukan kepada tiga orang, Bunda Sarah, Inez, dan dirimu sendiri" Jelas sang peri. "Hah aku sendiri? Bagaimana caranya?" Tanya Ares terheran-heran "Nah itu dia kesalahanku, aku malah memasukan bola tersebut kepada dirimu sendiri yang seharusnya merupakan target" Jelas Tera. "Memang apa yang akan terjadi kalau kau memasukan bola ajaib tersebut?" Tanya Ares semakin penasaran.Â
"Orang yang kumasukan bola ajaib tersebut akan melakukan hal-hal serupa yang sudah pernah kamu lakukan kepadanya" Jelas sang Tera "Kalau aku memasukan bola ajaib tersebut kepada diriku sendiri apa yang akan terjadi?" Tanya Ares lagi, "Orang tersebut akan sama usilnya dengan dirimu, namun ia hanya akan usil kepada dirinya sendiri, yaitu kamu" Jelas Tera. Ares tersadar, bahwa anak yang merebut soup nya itu sangatlah mirip dengan dirinya, bukan mirip, melainkan memanglah dirinya "Lalu bagaimana cara mengembalikanya ke semula? Kumohon aku tak suka dengan situasi ini." Ares memohon kepada Tera si Peri Usil.Â
"Sebenarnya caranya mudah, aku akan mengambil kembali bola ajaib dari tubuh mereka, dan meletakkan ke dalam pena ini. Tapi karena pena ini sudah retak, jadi aku tak tahu apa pena ini masih bisa berfungsi atau tidak." Tera si Peri Usil menjelaskan dengan sedikit ragu. "Kumohon bantulah aku" Sekali lagi Ares memohon. "Baiklah, karena ini kecerobohan ku juga, maka aku akan membantu sebisa ku" Kata Tera si Peri Usil, sembari mengacungkan kedua ibu jarinya.Â
Ares dan Tera sang Peri Usil kembali ke ruang makan. "Kau sebaiknya bersembunyi agar tidak diketahui yang lain " Pinta Ares. "Hahaha aku tidak bisa dilihat oleh orang lain, hanya kamu yang bisa melihatku, Ares" Tawa Tera sang Peri Usil. Tanpa basa-basi Ares segera menghampiri Inez, "Aduuh" teriak Ares, lagi-lagi Ares terpeleset. Kali ini Ares terpeleset karena genangan soup yang tadi ia tumpahkan.Â
"Wahaha, lihat Ares terpeleset" Inez tertawa sambil menunjuk ke arah Ares. "Hahaha" Tawa pun disambut oleh yang lain "Uukh menyebalkan" Keluh Ares dalam hati. Tanpa disadari Tera sudah berada di belakang Inez dan mengambil bola ajaib yang ada di tubuhnya dan meletakkannya kembali ke dalam pena. Tiba-tiba Inez tak sadarkan diri dan jatuh dari bangkunya, semua anak-anak di Panti Asuhan merumuni Inez yang terjatuh tak sadarkan diri, kecuali satu orang yang berada berlawanan dari meja ini. Bunda, yang benar saja?
Ares tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Biasanya bunda selalu perhatian termasuk kepada dirinya, meskipun Ares sendiri sering acuh tak acuh dengan bunda. "Begitulah yang terjadi Res, apa yang kau lakukan kepada orang lain akan berdampak balik kepada dirimu sendiri. Pikirkan itu baik-baik" Tera menjelaskan sembari menarik kembali bola ajaib yang ada pada bunda.Â
Ares diam membeku melihat bunda yang tiba-tiba terjatuh dari kursi, sama seperti Inez. Anak-anak yang ada di panti asuhan ketakutan melihat apa yang barusan terjadi, dan mereka berhamburan keluar dari ruang makan. "Ayo Res, tidak ada waktu untuk diam mematung!" Seru Tera "Ba.. baik" Ares mengikuti Tera dengan badan yang bergetar.Â
"Sekarang kita harus menemui dirimu yang kabur entah kemana itu". Ares hanya terdiam saja mengikuti Tera dari belakang.Ia berpikir apa yang akan terjadi setelah Tera mengambil bola ajaib dirinya, apakah dirinya akan pingsan? Atau kedua tubuhnya akan menyatu kembali? Atau yang parahnya dirinya yang saat ini akan menghilang dan akan ada Ares yang baru?
"Ares apa yang sedang kamu pikirkan? Bantu aku menahan tubuhmu ini!" Pinta Tera si Peri Usil. Ares terlalu banyak melamun hingga ia tak sadar bahwa Tera si Peri Usil telah menemukan dirinya yang tadi ikut berlari keluar dari ruang makan.Â
Dengan segera Ares membantu. "Aneh, bola ajaibnya sudah keluar, tapi kenapa ini tidak mau dimasukan kembali ke dalam pena?" Tanya Tera si Peri Usil keheranan. Seketika pena tersebut bertambah retak dan akhirnya patah. Tera dan Ares bingung dan terheran mengapa pena tersebut bisa patah. Tak lama kemudian Ares yang pingsan mulai tersadarkan diriÂ
"Siapa kamu?"
"Aku adalah dirimu"
"Bohong! Kau pikir aku percaya?"
"Kau pikir aku juga percaya? Tapi inilah kenyataanya"
"Jangan bercanda! Ini sama sekali tak lucu!"
"Memang siapa yang mau melucu di situasi seperti ini?"
Tera si Peri Usil semakin bingung mana Ares yang tadi ia ajak bicara, mereka bagaikan pinang dibelah dua, tidak bisa dibedakan. Tanpa sadar bola ajaib yang ia pegang tadi, berubah menjadi selembar surat yang sedikit usang. Tera si Peri Usil harus memberikan surat itu kepada Ares yang tadi selalu bersamanya, karena jika tidak situasi ini tidak akan bisa dikembalikan seperti semula.Â
"Pena yang baru saja patah, ambilah bola ajaib ini!" Tera si Peri USil berteriak dan melemparkan surat itu. Tera berpikir Ares yang yang sebelumnya pasti akan langsung mengerti serta menangkapnya. Dan benar saja, salah satu diantara mereka menangkap surat itu. Sementara yang yang satunya berteriak dan menanyakan makhluk apa yang memiliki saya itu. "Tunggu dulu, dia bisa melihatmu?" Tanya Ares yang memegang surat. "Dia adalah dirimu, dia bisa melihat apa yang kamu lihat, dan juga bisa merasakan apa yang kamu rasakan" Jelas Tera tersenyum.
"Hei kau dengar tidak? Dia itu makhluk apa?"Â
"Bukan urusanmu" Jawab Ares singkatÂ
Tanpa menunggu lama Ares segera membuka surat yang sedikit usang itu. Surat itu bertuliskan :
Berjanji lah kepada dirimu sendiri untuk tidak selalu usil dengan orang lain
"Hah yang benar saja" Pikir Ares dalam hati. Dengan segera Ares menghadap kepada dirinya yang satu lagi.Â
"Hei kau tahu kan, bunda sedang tak sadarkan diri?"
"Lalu apa maumu? Bisa apa kamu?"
"Tolong dengarkan aku. Aku..."
"Untuk apa aku mendengarkanmu?"
"Kumohon sebentar sajaa...aakh"
"Oopsie, maaf aku tak sengaja meletakan jebakan kulit pisang disitu, hehehe"
"Bisakah kau mendengarkanku sebentar!?" Bentak Ares
Ia mulai kesal, jelas saja teman-teman tidak ada yang mau berteman denganya. Semua itu karena sikap usilnya yang sudah kelewatan.
"Kau tahu kita sedang berada di kondisi yang tak sewajarnya? Semua itu akan berubah jika kamu mau berjanji kepadaku untuk tidak selalu usil dengan orang lain! Aku pun juga begitu, aku harus berjanji kepadamu untuk tidak selalu usil dengan orang lain!" Ares mengatakannya dengan kencang dan mata terbuka lebar, seakan-akan seluruh dunia bisa diketahui dalam sekali kedipan.Â
Tanpa sadar Ares mengeluarkan air matanya, begitu juga dengan diri yang satunya. Suasana seketika menjadi hening seakan-akan semua menyimak apa yang sedang terjadi  "Aku berjanji kepadamu" Dengan wajah tersenyum keduanya berjabat tangan. Seketika cahaya keluar dari surat yang sedikit lusuh itu, semakin lama semakin terang sehingga Ares tak bisa melihat apapun di sekitarnya."Arees, bangun!!" teriak Tera si Peri Usil...
"Ares Bangun! Sudah waktunya makan malam! Kau mau tidur sampai kapan hah!" Oh ternyata bukan suara Tera si Peri Usil, melainkan suara si Ulfa. "Hah?" Ares terbangun, "Kau benar, peri usil itu nyata" Ares mengatakan dengan mantap kepada Ulfa. "Hahahaha mimpi apa kamu barusan? Tentu saja semua tentang peri usil itu bohongan, jadi tidak mungkin ada" Tawa renyah Ulfa "Oh, jadi tadi mimpi" Jawab Ares dengan cemberut.Â
"Aku ke ruang makan duluan ya" kata Ulfa sembari keluar dari kamar. Huufft Ares menghembuskan napasnya srek "Eh?" Â tanpa sengaja Ares meremas sebuah kertas. "Hah!? ini kan surat yang tadi" Ares terkejut saat melihat surat yang sekarang sudah sangat usang itu ada di tangannya. Segera Ares menuju ruang makan, menemui Bunda Sarah, dan memeluknya seerat mungkin.Â
"Aku berjanji untuk tidak selalu usil dengan orang lain" Ares berkata dengan suara lantang. Anak-anak yang berada disana kebingungan, Bunda Sarah pun ikut bingung, apa yang sebenarnya terjadi pada Ares. "Oke, kalau begitu tunjukan sikapmu yang terbaik" Jawab Bunda Sarah dengan senang hati. Dan semuanya pun menikmati makan malam dengan dengan gembira.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H