Mohon tunggu...
Aurallia Titania Agnes
Aurallia Titania Agnes Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Universitas Airlangga

Saya adalah Mahasiswa yang sedang menyelesaikan studi di Universitas Airlangga. Saya memiliki kegiatan yang berkaitan dengan dunia jurnalistik sehingga kepenulisan merupakan hal yang patut saya kembangkan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Harmoni Multi Religi Jejak Akulturasi 6 Tempat Ibadah di Surabaya

2 April 2024   21:32 Diperbarui: 2 April 2024   21:42 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hidup rukun antar umat beragama sangat diinginkan dalam kehidupan bermasyarakat. Keberagaman kehidupan beragama di Indonesia telah meluas dalam kehidupan sosial. Tak heran jika keberagaman kehidupan beragama menciptakan keharmonisan tersendiri. Adanya keberagaman kehidupan beragama bukan menjadi suatu halangan, tetapi menjadi wadah untuk meningkatkan toleransi antar umat beragama. Sehingga keberagaman ini memiliki nilai keunikan sendiri yang jarang dimiliki oleh negara lain.

Terletak di tengah hiruk pikuk padatnya kota Surabaya terdapat sebuah komplek rumah ibadah yang cukup menyita perhatian karena memiliki nilai keunikan tersendiri. Tempat tersebut adalah Komplek Rumah Ibadah yang terletak di sebuah kawasan kelas atas di Surabaya, yakni Royal Residence Wiyung. Pendirian enam tempat ibadah yang bersebelahan menjadi bukti bahwa keberagaman tidak menghalangi kerukunan dan toleransi antar umat beragama.

Toleransi ini tercermin dari paralelnya keberadaan 6 tempat ibadah berbeda yang saling berdampingan yakni Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu. Enam rumah ibadah tersebut adalah Masjid Muhajirin, GKI Wiyung Royal Residence, Kapel Santo Yustinus, Pura Sakti Raden Wijaya, Vihara Buddhayana dan Klenteng Ba De Miao. Enam tempat ibadah ini letaknya benar-benar berdampingan, hanya dibatasi oleh lahan kecil sekitar 2 meter dan tidak dibatasi oleh pagar. Bangunan masing-masing tempat ibadah juga disesuaikan dengan gaya arsitektur masing-masing agama. 

Komplek ibadah ini berdiri sejak tahun 2017 dan Masjid Muhajirin menjadi tempat ibadah pertama yang dibangun,disusul oleh 5 tempat ibadah yang lain. Keberadaan 6 tempat ibadah yang bersebelahan ini bermula dari adanya kebutuhan warga di komplek Royal Residence untuk memiliki rumah ibadah guna menghemat waktu warga agar tidak perlu bepergian terlalu jauh ke tempat ibadah lainya. Namun seiring berjalanya waktu, komplek ibadah ini mulai terdengar luas di telinga masyarakat dan mulai dikunjungi oleh banyak masyarakat lokal yang penasaran.

Adanya keberagaman tempat ibadah tidak hanya menjadi simbol toleransi melainkan menjadi simbol kolaborasi lintas Agama. Sejak didirikan komplek rumah ibadah ini tidak terdengar isu pergesekan antar umat beragama yang ada di perumahan Royal Residence. Komplek rumah ibadah ini tidak hanya diperuntukkan bagi penghuni kawasan Royal Residence saja, namun pengunjung dari luar juga bisa leluasa menggunakan fasilitas tempat ibadah tersebut.Komunitas lintas agama di sana sangat memperjuangkan rasa saling menghormati. Kebersihan rumah ibadah ini selalu dijaga oleh petugas yang berjaga di masing-masing rumah ibadah. Keamanan komplek rumah ibadah juga selalu dipantau secara ketat oleh pihak keamanan setempat.

Banyak wisatawan lokal yang mengunjungi komplek ibadah ini tidak sekedar untuk beribadah saja, tetapi sebagai wisata religi di dalam kota. Tidak sedikit juga pelajar yang mengunjungi komplek ibadah ini untuk menunjang kebutuhan penugasan mereka. Desain arsitektur masing-masing rumah ibadah memiliki keunikan sendiri di mata pengunjung. Letaknya yang berada di Barat kota Surabaya dan keasrian wilayah nya yang terbebas dari kebisingan menciptakan kenyamanan tersendiri bagi masyarakat yang sedang beribadah. 

Pembangunan kompleks rumah ibadah ini menandakan keseriusan departemen Royal Residence Wiyung dalam menerapkan prinsip-prinsip Pancasila yang mulia dan memperkuat semangat toleransi antar umat beragama di Indonesia. Toleransi telah menjadi bagian integral dari warisan budaya masyarakat Indonesia dan juga menjadi faktor penting dalam menjaga keberagaman, sehingga keberagaman tersebut memiliki nilai yang istimewa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun