Penelitian ini membahas pengaruh cerita fantasi terhadap perkembangan kecerdasan emosional anak. Cerita fantasi, salah satu genre sastra anak, tidak hanya menyuguhkan hiburan tetapi juga memadukan imajinasi dengan nilai-nilai moral yang dapat membantu anak mengenali, memahami, dan mengelola emosi mereka. Kajian ini menyoroti bagaimana cerita fantasi, melalui karakter, konflik, dan dunia imajinatifnya, memberikan pengalaman belajar emosional yang kaya. Elemen-elemen dalam cerita fantasi terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan anak untuk mengenal emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri, menunjukkan empati, dan membangun hubungan sosial. Peningkatan signifikan kecerdasan emosional ini terlihat melalui berbagai aspek seperti empati dan motivasi diri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa cerita fantasi dapat dioptimalkan sebagai sarana pembelajaran dan pengasuhan untuk mendukung pertumbuhan psikologis anak. Dengan memanfaatkan cerita fantasi, anak-anak dapat tumbuh menjadi individu yang lebih peka, percaya diri, dan mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungannya.
Anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap berbagai hal di sekitarnya dan kerap ingin memahami informasi yang dapat mereka pikirkan. Salah satu cara untuk menjawab rasa ingin tahu tersebut adalah dengan mengenalkan sastra.Sastra mencerminkan kehidupan, berbagai persoalan manusia, dan lingkungan sekitar, disampaikan melalui bahasa yang khas. Dalam masa tumbuh kembangnya, anak-anak juga bersinggungan dengan sastra, meskipun kebutuhan mereka berbeda dengan orang dewasa. Perbedaan ini memengaruhi jenis sastra yang sesuai untuk mereka. Oleh karena itu, diperlukan pembagian antara sastra untuk orang dewasa dan sastra untuk anak-anak, yang dikenal sebagai sastra anak.
   Sastra anak terdiri dari beragam genre. Menurut Burhan (2013:15), terdapat enam genre utama dalam sastra anak, yaitu realisme, fiksi formula, fantasi, sastra tradisional, puisi, dan nonfiksi. Setiap genre memiliki karakteristik yang unik dan beragam. Selain itu, setiap genre juga dapat dibagi menjadi beberapa jenis yang lebih spesifik. Namun, dalam makalah ini, pembahasan akan difokuskan pada salah satu genre sastra anak, yaitu fantasi, beserta manfaat yang dimilikinya.
   Cerita fantasi merupakan salah satu genre sastra anak yang menarik perhatian karena mampu membawa pembaca ke dunia imajinasi yang penuh keajaiban. Melalui cerita-cerita fantasi, anak-anak tidak hanya diajak untuk mengeksplorasi imajinasi, tetapi juga untuk memahami nilai-nilai moral, hubungan sosial, dan beragam emosi yang terkandung dalam kisahnya. Dengan demikian, cerita fantasi memiliki potensi besar dalam membantu perkembangan kecerdasan emosional anak.
   Kecerdasan emosional, yang meliputi kemampuan mengenali, memahami, dan mengelola emosi diri serta berempati terhadap orang lain, menjadi salah satu aspek penting dalam pembentukan kepribadian anak. Cerita fantasi sering kali memuat konflik, tantangan, dan interaksi antar karakter yang mengajarkan anak tentang beragam emosi, seperti rasa takut, keberanian, kebahagiaan, hingga kesedihan. Melalui cerita tersebut, anak dapat belajar mengelola emosi mereka sekaligus memperluas wawasan tentang kehidupan sosial(Anafiah, 2015).
   Kecerdasan emosional bukanlah sesuatu yang diwarisi secara genetik atau bawaan sejak lahir, melainkan kemampuan yang dapat dipelajari dan dikembangkan (Dulewicz dan Higgs, 2000:1). Oleh karena itu, diperlukan upaya yang tepat untuk mengembangkan kecerdasan ini secara sehat agar di masa depan lahir generasi yang lebih baik dibandingkan generasi saat ini. Seperti yang diungkapkan oleh penyair Libanon, Khalil Gibran, bahwa anak-anak seperti anak panah yang telah dilepaskan dari busurnya, dan mereka adalah bagian dari kehidupan itu sendiri. Pernyataan ini tidak dimaknai secara harfiah bahwa anak dibiarkan begitu saja setelah lahir. Sebaliknya, meskipun mereka bebas, orang tua tetap memiliki tanggung jawab untuk membimbing dan mendidik mereka. Terlebih lagi, dalam kehidupan sehari-hari, anak-anak selalu berinteraksi dengan orang tua mereka. Salah satu cara yang relevan untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah melalui pengajaran karya sastra(Dilah & Zahro', 2021).
   Berdasarkan itu tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana cerita fantasi anak dapat memengaruhi perkembangan kecerdasan emosional. Pembahasan akan meliputi elemen-elemen dalam cerita fantasi yang mendukung pengembangan emosional, manfaat yang dapat diperoleh dari cerita ini, serta bagaimana genre ini dapat diterapkan sebagai alat pembelajaran dalam mendukung pertumbuhan psikologis anak. Dengan menelusuri dunia fantasi, artikel ini diharapkan memberikan wawasan baru tentang pentingnya sastra anak dalam membentuk generasi yang lebih peka dan empati. mengeksplorasi bagaimana cerita fantasi anak dapat memengaruhi perkembangan kecerdasan emosional. Pembahasan akan meliputi elemen-elemen dalam cerita fantasi yang mendukung pengembangan emosional, manfaat yang dapat diperoleh dari cerita ini, serta bagaimana genre ini dapat diterapkan sebagai alat pembelajaran dalam mendukung pertumbuhan psikologis anak. Dengan menelusuri dunia fantasi, artikel ini diharapkan memberikan wawasan baru tentang pentingnya sastra anak dalam membentuk generasi yang lebih peka dan empati(Fardani, 2023).
Fantasi dapat diartikan sebagai "the willing suspension of disbelief" (Coleridge, dikutip oleh Lukens dalam Burhan, 2014: 20), yaitu cerita yang menyuguhkan sesuatu yang sulit diterima oleh logika. Hal ini disebabkan fantasi menghadirkan dunia lain (other world) yang berbeda dari realitas, sehingga sulit dipahami secara rasional. Namun, cerita fantasi dikembangkan melalui imajinasi yang dapat diterima oleh pembaca, sehingga tetap terasa relevan dan menarik. Fantasi sering disebut sebagai literary fantasy dan perlu dibedakan dari folk fantasy atau cerita rakyat fantasi, yang asal-usul penulisnya tidak diketahui(Susilaningrum, 2017).
Jenis sastra anak yang dapat dikelompokkan ke dalam fantasi adalah: cerita fantasi, fantasi tingkat tinggi, dan fiksi ilmu.
- Cerita Fantasi
Cerita fantasi (fantastic stories)dapat dipahami sebagai cerita yang menampilkan tokoh, alur, dan tema yang derajat kebenarannya diragukan, baik menyangkut (hampir) seluruh maupun hanya sebagian cerita (Burhan: 2013: 20). Dengan demikian dapat dimaknai bahwa derajat kebenaran dari cerita fantasi diragukan apabila dikaitkan dengan logika realistik sebagaimana halnya yang ada dan terjadi dalam kehidupan nyata. Kekurangmasukakalan terutama disebabkan oleh tokoh cerita yang diangkat bukan hanya manusia biasa saja, melainkan juga tokoh dari dunia lain, seperti: makhluk halus, manusia mini, raksasa, naga bersayap, dan lain-lain. Alur cerita yang dikembangkan juga mengisahkan peristiwa yang kurang masuk akal, misalnya: manusia yang bisa terbang atau hal-hal lainnya di luar jangkauan nalar manusia, berbagai cerita binatang yang dapat berbicara dan berperilaku seperti manusia, atau cerita-cerita lainnya yang mengandung unsure personifikasi. Namun demikian, dalam cerita fantasi juga menghadirkan berbagai peristiwa yang realistik di samping peristiwa yang sulit diterima oleh logika realistik.
- Cerita Fantasi Tinggi
Cerita fantasi tinggi ditandai oleh adanya fokus konflik antara yang baik dan yang jahat, antara kebaikan dengan kejahatan. Cerita fantasi tinggi juga melukiskan bagaimana manusia secara utuh dan lengkap. Cerita jenis ini dapat meyakinkan pembaca lewat tokoh yang meyakinkan dan konsistensi dunia baru (lain) yang dikisahkan. Sudut pandang yang mempengaruhi penerimaan kita terhadap karakter dan pegalaman.
- Fiksi Ilmu