Mohon tunggu...
aura khafifah
aura khafifah Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

ketika kamu berguna bagi semua orang , berarti kamu sudah menjadi orang - okin

Selanjutnya

Tutup

Financial

Apakah Bisa Negara Menambah Percetakan Uang untuk Mensejahterakan Masyarakat?

14 Oktober 2020   18:51 Diperbarui: 14 Oktober 2020   18:58 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puncak inflasi berada diatas 100 persen (year-on-year) pada tahun 1962-1965 karena pemerintah dengan mudahnya mencetak uang untuk membayar hutang dan mendanai proyek-proyek megah. Dampak dari pencetakan uang terus menerus ini adalah hiperinflasi yang mencapai 600 persen. Tanggal 13 Desember 1965 pemerintah melakukan pemotongan uang dari  Rp 1000 rupiah menjadi Rp 1. Kebijakan ini memberikan pukulan besar bagi perbankan nasional, terutama yang telah menyetor modal tambahan karena tergerus drastis dalam sekejap.

Jadi ini alasannya mengapa pemerintah tidak bisa dengan mudah mecetak uang sebanyak-banyaknya.  Kalau uang dicetak banyak dan dibagikan cuma-cuma, otomatis masyarakat jadi pegang banyak duit. Tapi kondisi ini malah bikin mereka makin konsumtif. Daya beli yang tinggi, akan membuat harga barang naik, bahkan bisa-bisa telur di hargai seharga 1 miliar/kg, Kondisi ini pernah dialami Zimbabwe.  

Karena merasa punya banyak uang, orang jadi tidak lagi produktif. Jangan heran kalau dalam waktu dekat negara itu malah jadi miskin, karena  nilai mata uang di negara tersebut jadi turun. Seperti halnya kamu mendapatkan uang 100 rb secara Cuma-Cuma, tampa harus bekerja ataupun berusaha agar mendapatkan uang. Hal itu membuat nilai uang sudah tidak berarti lagi.

Karena jika uang dicetak sebanyak-banyaknya maka para pedagang akan selalu menaikan harga. Oleh sebab itu, pemerintah akan mencetak uang sesuai dengan kebutuan. Tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit, agar tidak terjadi inflasi. Effect ini terus terulang kembali sehingga sebagian besar harga barang akan mengalami kenaikan harga sebetulnya barang yang di jual sama persis pada saat nilai uang itu belum banyak. Hal ini terajadi jika jatuhnya nilai mata uang dimana antara nilai tukar dan uang terhadap barang akan turun.

Maka dari itu,Nergara tidak bisa mensejahterakan masyarakat dengan meningkatkan pencetakan uang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun