Mohon tunggu...
Aura Syifa K
Aura Syifa K Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemenuhan tugas

menulis untuk memenuhi tugas

Selanjutnya

Tutup

Money

Berbisnis Sesuai dengan Hobi Sangat Menyenangkan

16 Mei 2019   14:00 Diperbarui: 16 Mei 2019   14:29 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Miqdan Syabani Wardana, seorang mahasiswa di salah satu universitas swasta di Jakarta. Di umurnya yang baru menginjak 20 tahun, Miqdan memiliki bisnis kedai kopi yang ia beri nama Cubic Coffee. Cubic Coffee adalah sebuah kedai kopi yang terletak di Jl. Cemped, Bogor.

                                                                                                                          Miqdan Syabani di Cubic Coffee | dokpri

Alasan utama Miqdan membuka Cubic Coffee adalah karena ia suka dan tertarik terhadap kopi. Dulu, Miqdan seringkali menghabiskan uang untuk menikmati segelas kopi, makin lama ia sadar bagaimana jika ia menghasilkan uang dari segelas kopi itu daripada menghabiskan uang. Jadi, ia bersama kedua temannya memutuskan untuk membangun Cubic Coffee.

Filosofi dari Cubic Coffee adalah dari kecil menjadi besar. Dalam artian matematika, Cubic berarti pangkat tiga. Hal ini sesuai dengan pendiri Cubic Coffee yang terdiri dari tiga orang.

Modal awal untuk membangun Cubic Coffee ini sekitar Rp 50.000.000,-. Itu sudah termasuk partisi untuk alat-alat dan mesin kopi, juga bangku dan meja bar. Ia juga melakukan beberapa renovasi. Dan itu semua sudah termasuk biaya sewa. Untuk Omzet kotor Cubic Coffee sendiri, sekitar Rp  15.000.000,- sampai Rp 20.000.000,- dalam satu bulan.

Konsep Cubic Coffee sendiri adalah kedai kopi, bukan coffee shop. Maksudnya, Cubic Coffee ini bersifat kekeluargaan. Tidak ada jarak antara owner, barista, dan customer. Mereka bisa duduk satu meja sambil sharing.

Di Cubic Coffee, disediakan berbagai macam menu baik coffee maupun non-coffee. Untuk coffee, ada manual brew yang dibagi menjadi tubruk, V60, vietnam drip, japanese, dan french press. Dan untuk espressso based, tersedia cappuccino, latte, mochaccino, bombon dan coffee cubic. Coffee cubic merupakan signature dari Cubic Coffee, yaitu espresso yang di updose dengan americano, lalu ditambah susu dan sedikit garam. Selain coffee, tersedia juga non-coffee. Yang menjadi favorit non-coffee adalah red velvet, chocolate, thai tea, serta orange dan lychee tropical.

Terjun di bisnis kopi merupakan salah satu cita-cita Miqdan. Dulunya, ia ingin menjadi supplier atau pemasok kopi ke coffee shop maupun kedai kopi di sekitaran Bogor. Ia juga pernah explore ke kebun-kebun kopi yang ada di daerah Puncak, Babakan Madang, dan di Jonggol.

Itulah tadi kisah inspiratif dari seorang mahasiswa yang memiliki bisnis kedai kopi bernama Miqdan. Semoga sosoknya dapat menginspirasi anda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun