Rabies adalah penyakit berbahaya yang dapat menyerang sistem saraf pusat, baik pada manusia maupun hewan berdarah panas. Penyebabnya adalah virus rabies (Lyssavirus) yang biasanya terdapat di air liur hewan. Jika tidak segera ditangani, rabies dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu, penting untuk memahami rabies dan cara pencegahannya.
Rabies menular melalui gigitan, cakaran, atau jilatan hewan yang terinfeksi virus ke kulit yang terluka, mata, atau selaput lendir mulut. Hewan yang sering menjadi sumber rabies antara lain anjing, kucing, kelelawar, dan rakun. Setelah virus masuk ke tubuh, virus ini menyerang sistem saraf pusat dan dapat menyebabkan kerusakan yang serius.
Pada manusia rabies memiliki masa inkubasi yang bervariasi, biasanya 1 hingga 3 bulan, tetapi dapat lebih pendek atau lebih panjang tergantung lokasi gigitan dan jumlah virus yang masuk. Gejala rabies pada manusia berkembang dalam dua fase utama:
1.Gejala awal: demam, sakit kepala, lemas, dan rasa tidak nyaman di sekitar luka gigitan.
2.Gejala lanjut: gelisah, hiperaktif, kesulitan menelan, hidrofobia (takut air), aerofobia (takut udara), kejang, dan akhirnya koma.
Pada hewan, gejala rabies meliputi perubahan perilaku, seperti menjadi sangat agresif atau justru pasif. Hewan yang terinfeksi mungkin juga menunjukkan kesulitan menelan, air liur berlebihan, dan kelumpuhan. Jika tidak segera ditangani, gejala ini dapat berkembang menjadi koma, henti napas, hingga kematian. Oleh karena itu, rabies dapat dicegah dengan langkah-langkah berikut:
1.Vaksinasi:
a.Vaksinasi rutin pada hewan peliharaan, seperti anjing dan kucing.
b.Vaksinasi pra-paparan untuk individu yang berisiko tinggi, seperti dokter hewan atau pekerja laboratorium.
2.Perawatan Pasca-Paparan:
a.Setelah digigit hewan yang diduga rabies, segera cuci luka dengan sabun dan air mengalir selama 15 menit.