Mohon tunggu...
Aura Devina Putri
Aura Devina Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Writers

Halo! Saya menyukai hal-hal yang berbau fiksi dan edukasi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Destinasi Wisata Edukasi Sejarah: Menilik Autentiknya Monumen Pers Nasional di Surakarta

19 September 2024   21:44 Diperbarui: 19 September 2024   22:03 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kehidupan ini tentu tidak jauh dari perkembangan informasi yang bahkan setiap harinya selalu mengalami perubahan baru. Hal tersebut disebabkan oleh adanya konektivitas jejaring yang kian hari semakin maju. Namun, bagaimana informasi dapat tersampaikan kepada khalayak di zaman dahulu tanpa adanya internet dan media sosial seperti sekarang ini?

Kilas Balik Sejarah

Pada zaman dahulu, sebagian besar informasi diterima melalui sistem dari mulut ke mulut hingga kabar tersebut menyebar dengan cepat. Dari sinilah keinginan untuk menghadirkan media penyalur informasi berkembang. Hal ini bermula dari siaran radio milik Belanda yang didirikan di Amsterdam pada kurun waktu antara 1923 - 1928 bernama Nederlandsch-Indische Radio Omroep Maatschappij (NIROM) yang digunakan untuk menangani pemancaran siaran di wilayah Jawa. Saluran radio ini beroperasi pada tahun 1934. Pada kurun waktu tersebut muncul saluran radio baru bernama Bataviaasche Radio Vereeniging (BRV) pada tanggal 16 Juni 1925 di Weltevreden atau yang lebih dikenal sekarang sebagai Jakarta pusat. Dari sinilah saluran radio di Surakarta mulai bangkit, didirikan oleh KGPAA Sri Mangkunegara VII dan Ir Sasito Mangunkusumo pada tanggal 1 April 1933 dengan nama Solosche Radio Vereeniging (SRV) yang kemudian disusul oleh saluran radio lain dari berbagai daerah.

Saluran ini berlangsung di Gedung Societeit Sasana Soeka yang dibangun oleh KGPAA Sri Mangkunegara VII tahun 1918, yang sekarang lebih dikenal dengan nama Monumen Pers Nasional, Jl. Gajahmada No.59, Timuran, Kec. Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah. Monumen ini diresmikan pada tanggal 9 Februari 1978. Dalam catatan sejarah, Gedung Societeit Sasana Soeka ini digunakan untuk pertemuan para wartawan Indonesia, bukan hanya itu saja tapi juga digunakan sebagai sarana para seniman menyalurkan bakat mereka. Banyak seniman terkenal yang pernah unjuk bakat kesenian di sini, salah satunya adalah WS Rendra yang pernah menampilkan pementasan drama. Nampaknya, hal tersebut belum banyak diketahui.

“Justru ini adalah sebagai bukti autentik bahwa banyak pementasan dramawan nasional. Gedung ini yang digunakan untuk pementasan,” tutur Dr. Edy Suryanto, M.Pd., dosen prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas Sebelas Maret.

“Mulai dari WS Rendra, Putu Wijaya, termasuk Tera (Teater Surakarta) yang sekarang ini sangat familiar di masyarakat Surakarta,” imbuhnya dalam kunjungan belajar mata kuliah Jurnalistik Cetak di Monumen Pers Nasional pada tanggal 4 September 2024.

Koleksi di Monumen Pers Nasional

Gedung ini memiliki berbagai macam koleksi yang dapat digunakan untuk tambahan informasi. Pada bagian tengah gedung terdapat koleksi surat kabar dan patung tokoh-tokoh pers nasional Indonesia. Selain itu, terdapat beberapa informasi tertulis yang dapat dibaca pada tiap-tiap figur patung. Jika ingin mengetahui lebih lanjut, tour guide di sini banyak memberikan informasi menarik terkait pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

Kemudian pada gedung baru terdapat banyak koleksi yang dapat ditemukan, mulai dari:

  • alat komunikasi tradisional;
  • koleksi mesin tik dari tempo paling terdahulu, yang paling populer, hingga yang dianggap paling modern;
  • surat kabar zaman Hindia Belanda, Jepang, dan Indonesia;
  • radio kambing;
  • berbagai macam tipe kamera yang digunakan pers tempo dulu;
  • alat perlengkapan pers;
  • Map of distribution and national press figure; dan masih banyak lagi.

Selain yang disebutkan di atas, terdapat juga dokumen seperti buku-buku dan gambar-gambar terkait Monumen Pers Nasional. Semua koleksi disimpan rapi dibalik kaca, tujuannya agar koleksi tetap aman dan tidak rusak.

Monumen Pers Nasional | Dokumentasi pribadi
Monumen Pers Nasional | Dokumentasi pribadi

Alat komunikasi tradisional | Dokumentasi pribadi
Alat komunikasi tradisional | Dokumentasi pribadi

Radio kambing | Dokumentasi pribadi
Radio kambing | Dokumentasi pribadi

Di dalam Monumen Pers Nasional ini terdapat perpustakaan yang dibuka untuk umum. Perpustakaan ini memiliki kurang lebih 15.000 judul buku yang dikoleksi. Akses di perpustakaan ini bebas sehingga masyarakat umum dapat mengisi waktu luang dengan membaca di ruang ber-AC yang nyaman dan bersih.

Tidak jauh dari perpustakaan, terdapat sebuah ruangan yang difungsikan sebagai pendokumentasian surat-surat kabar dari tahun ke tahun agar tetap terjaga dan mudah untuk diakses. Selain untuk membuat surat kabar agar tetap terjaga, pendokumentasian tersebut digunakan untuk membuat versi elektronik dari surat kabar yang dipotret. Kemudian hasil tersebut disusun dan dijadikan bacaan utuh berbentuk dokumen pdf dengan tampilan sama seperti aslinya. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan pada kertas surat kabar. Apabila surat kabar rusak, maka jalan satu-satunya adalah dengan proses reparasi surat kabar, yaitu dengan menggunakan tissue jepang yang kemudian ditempel. Selanjutnya surat kabar yang berhasil diperbaiki dimasukkan ke dalam plastik press. Mengapa tidak dilaminating? Karena dengan melaminating surat kabar tersebut malah menjadikannya rusak. Itu sebabnya penggunaan plastik press ini diterapkan karena diyakini dapat mencegah terjadinya kerusakan di masa mendatang.

Review Terkait Monumen Pers Nasional

Mengunjungi Monumen Pers Nasional sejauh ini merupakan hal yang menarik karena selain berwisata, pengunjung juga disuguhkan berbagai macam informasi seputar pers sejak zaman dahulu. Bukan hanya itu, berwisata ke Monumen Pers Nasional juga tidak ditarik biaya apa pun karena aksesnya gratis. Akses ke ruang perpustakaan dan ruang arsip pun sangat mudah, bahkan pengunjung dapat free refill air minum sebanyak yang diinginkan.

Momen yang paling berkesan adalah ketika menilik kisah sejarah Monumen Pers Nasional ini didirikan karena banyak hal yang belum pernah diketahui kemudian terkuak menjadi informasi warisan yang berharga. Monumen Pers Nasional adalah tempat dimana wisata dan edukasi bertemu, mengisahkan sejarah panjang pers nasional dengan lika-likunya sebagai bagian dari bukti bahwa perjuangan pers di Indonesia harus selalu diingat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun