Di dalam Monumen Pers Nasional ini terdapat perpustakaan yang dibuka untuk umum. Perpustakaan ini memiliki kurang lebih 15.000 judul buku yang dikoleksi. Akses di perpustakaan ini bebas sehingga masyarakat umum dapat mengisi waktu luang dengan membaca di ruang ber-AC yang nyaman dan bersih.
Tidak jauh dari perpustakaan, terdapat sebuah ruangan yang difungsikan sebagai pendokumentasian surat-surat kabar dari tahun ke tahun agar tetap terjaga dan mudah untuk diakses. Selain untuk membuat surat kabar agar tetap terjaga, pendokumentasian tersebut digunakan untuk membuat versi elektronik dari surat kabar yang dipotret. Kemudian hasil tersebut disusun dan dijadikan bacaan utuh berbentuk dokumen pdf dengan tampilan sama seperti aslinya. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan pada kertas surat kabar. Apabila surat kabar rusak, maka jalan satu-satunya adalah dengan proses reparasi surat kabar, yaitu dengan menggunakan tissue jepang yang kemudian ditempel. Selanjutnya surat kabar yang berhasil diperbaiki dimasukkan ke dalam plastik press. Mengapa tidak dilaminating? Karena dengan melaminating surat kabar tersebut malah menjadikannya rusak. Itu sebabnya penggunaan plastik press ini diterapkan karena diyakini dapat mencegah terjadinya kerusakan di masa mendatang.
Review Terkait Monumen Pers Nasional
Mengunjungi Monumen Pers Nasional sejauh ini merupakan hal yang menarik karena selain berwisata, pengunjung juga disuguhkan berbagai macam informasi seputar pers sejak zaman dahulu. Bukan hanya itu, berwisata ke Monumen Pers Nasional juga tidak ditarik biaya apa pun karena aksesnya gratis. Akses ke ruang perpustakaan dan ruang arsip pun sangat mudah, bahkan pengunjung dapat free refill air minum sebanyak yang diinginkan.
Momen yang paling berkesan adalah ketika menilik kisah sejarah Monumen Pers Nasional ini didirikan karena banyak hal yang belum pernah diketahui kemudian terkuak menjadi informasi warisan yang berharga. Monumen Pers Nasional adalah tempat dimana wisata dan edukasi bertemu, mengisahkan sejarah panjang pers nasional dengan lika-likunya sebagai bagian dari bukti bahwa perjuangan pers di Indonesia harus selalu diingat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H