Mohon tunggu...
Aura Daraf
Aura Daraf Mohon Tunggu... Freelancer - a human being

Modernity Has Failed Us.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Membedah Kapitalisme dan Revolusi Industri 4.0 Melalui Pemikiran Marcuse tentang Masyarakat Satu Dimensi

19 April 2021   20:20 Diperbarui: 20 April 2021   18:46 1218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Antara Kapitalisme, Revolusi Industri 4.0 dan Masyarakat Modern

Kapitalisme dan industrialisasi adalah satu kesatuan yang saling berhubungan. Mendengar kapitalisme tentu kita semua tidak asing dengan Karl Marx sebagai salah satu tokoh dengan pemikiran Marxism yang menolak kehadiran sistem kapitalisme. Marx dan pemikiranya mengenai kapitalisme dan perjuangan buruh inilah yang mendasari juga pemikiran oleh seorang Herbert Marcuse.

Herbert Marcuse lahir pada tanggal 19 Juli 1898 di jerman berlin, dirinya  merupakan keturunan  Yahudi yang melebur secara baik dengan lingkungan dan budaya Jerman.  Ayah Marcuse merupakan pemilik suatu pabrik tekstil dan pendukung Partai Sosial Demokrat. Marcuse seorang yang dianggap sebagai penggerak gerakan kiri baru karena doktrin doktrinya yang mampu mempengaruhi dan membuat gerakan gerakan mahasiswa di Eropa Barat dan Amerika Serikat.  Marcuse adalah salah satu pemikir Mazhab Frankfurt, Mazhab Frankfurt ialah sebutan yang ditujukan untuk sekelompok sarjana yang bekerja di sebuah lembaga penelitian sosial di Frankfurt, Jerman. Munculnya Mazhab Frankfurt berkaitan erat dengan situasi sosial, ekonomi, Politik, ideologis, dan budaya  serta kekhawatiran yang  besar pada saat itu dihadapi oleh Jerman, benua Eropa serta seluruh bagian dunia. Hal itu karena adanya pertarungan sengit oleh pihak penganut kapitalis (USA serta Eropa Barat (Blok Barat) dengan yang pihak komunis (Uni Soviet dan semua negara satelitnya (Blok Timur) terjadi di berbagai dunia dalam hal  persaingan politik dan militer.

Kembali lagi pada pemikiran karl marx, pemikiran Marcuse cukup banyak memiliki latar belakang dan konteks historis yang Beragam. Marcuse dipengaruhi oleh  beberapa pemikir seperti Hegel, Heidegger, Freud, dan Marx. Marcuse melihat bahwa perubahan situasi dan kondisi hidup manusia untuk mencapai pribadi dan masyarakat yang otonom, bebas, sejahtera, dan bahagia hanya mungkin melalui  cara Marxisme, meskipun ia sendiri juga mengkritisi pemikiran marx tersebut dengan  menganggap bahwa Perubahan yang terjadi di masyarakat kontemporer harus dilihat  dan dikaji dari sudut psikoanalisisnya Sigmund Freud, menurutnya  problem psikologis  juga menjadi problem politik, dengan demikian gagasan mengenai Manusia satu dimensinya sendiri berawal dari gagasan karl marx yang kemudian juga terpengaruh oleh Psikoanalisis Sigmund freud.

Marcuse dalam hal ini melancarkan kritik besarnya mengenai masyarakat era modern, ia menganggap bahwa justru era modernitas ini masyarakat justru hanya berpikir dan aspek kehidupanya mengarah pada satu tujuan saja. masyarakatnya menjadi  pasif dan represif, tidak kritis, dan buruh tidak ada lagi yang bercita cita seperti yang di inginkan marx yaitu revolusi. Itu mengapa Marcuse menganggap kaum buruh telah gagal dan masyarakat dianggap sakit olehnya. Mengutip dari (Darmaji, 2014) Bagi Marcuse, Setidaknya ada tiga ciri utama masyarakat industri menurutnya. Pertama, masyarakat berada di bawah kekuasaan prinsip teknologi. Suatu prinsip yang semua tekanannya dikerahkan untuk memperlancar, memperluas, dan memperbesar produksi. Kemajuan manusia disamakan dengan terciptanya perluasan teknologi. Kekuasaan teknologi sudah mencakup seluruh bidang kehidupan, bukan  hanya melingkupi bidang ekonomi saja, melainkan juga bidang lainnya seperti  politik, pendidikan dan budaya. Kedua, masyarakat menjadi irasional secara keseluruhan, sebab terjadi kesatuan antara produktivitas dan destruktifitas.  Adanya potensi manusia untuk menciptakan teknologi yang menciptakan potensi-potensi permusuhan dan kehancuran, misalnya, untuk peperangan. Ketiga, masyarakat berdimensi satu. Inilah ciri yang paling fundamental. Artinya kehidupannya hanya diarahakan pada satu tujuan, yaitu meningkatkan dan melangsungkan satu sistem yang telah berjalan. Manusia tidak lagi memiliki dimensi-dimensi lain, karena semuanya bergantung dengan alat teknologi.

Inilah yang mungkin terjadi dalam revolusi industri 4.0. dimana hal tersebut telah membawa perubahan yang sangat  besar dalam tatanan hidup sosial dan aktivitas serta interaksi di berbagai bidang. Perubahan dan kemajuan yang cepat di segala aspek. Kita semua sepakat bahwa revolusi industri 4.0 memang menghadirkan inovasi baru dalam berbagai bidang,apalagi munculnya lapangan kerja baru, pekerjaan baru yang tak terpikirkan sebelumnya. Namun pada saat yang sama ada pula bidang usaha yang terancam, profesi dan lapangan kerja yang tergantikan oleh mesin kecerdasan buatan dan robot. Dari aspek produksi, pekerjaan besar dan rumit yang tadinya dilakukan kaum pekerja buruh sekarang sudah di ambil dan dikerjakan oleh teknologi mesin. Mesin menggantikan tenaga manusia, dan  buruh atau kaum pekerja  bukan lagi menjadi aktor utama dalam seluruh proses produksi. Manusia mulai tersingkir dan disingkirkan, terasing dan diasingkan dari pekerjaan. Dari sudut hasil, kuantitas produksi meningkat sekian kali lipat. Jumlah produksi dapat terus ditingkatkan mengingat daya kerja mesin tidak mengenal batas waktu.

 Itu sebabnya perkembangan teknologi daalam revolusi industri 4.0 membuat manusia dituntut berlomba lomba untuk beraktivitas dan bersaing serta menjadi pekerja yang  memilih mengadu nasibnya untuk hidup di kota yang ramah teknologi modern dan mendukung gaya hidup modern mereka. Seperti di Indonesia, Menurut Kelly Services and Intelligence Indonesia, kebanyakan pekerjaan tercipta di kota besar.  Bahkan sampai hingga 2035 nanti, akan diprediksi lebih banyak pekerjaan tercipta di kota besar ketimbang di desa. Selain dampak tersebut, Disisi  lain  ada yang berbeda dalam pola pikir buruh itu sendiri yang dianggap Marcuse sebagai sebuah kegagalan. Mengapa?  Ketika masyarakat modern tersebur dalam hal ini para pekerja memperoleh kelimpahan "The Afluent Society" dimana produktivitas yang dihasilkan pekerja telah mampu mencapai titik hingga mereka mampu memenuhi apa saja yang menjadi gaya hidup modern, maka disiulah letak kemerosotan peradaban terjadi menurut Marcuse. Karena para pekerja di era modern tidak merasa di perbudak lagi oleh pemilik modal, padahal tetap saja pekerjaan mereka terkepung dalam bidang masing masing daam artian teknologi tersebut telah mengalienasi manusia. Bukan lagi seperti yang dikatakan Marx bahwa buruh merasa teralienasi dan ingin berevolusi, di era industri 4.0 ini saya sendiri mengkaitkanya  bahwa masyarakat sendiri mungkin tidak sadar telah teralienasi oleh teknologi yang membelenggu mereka dalam berbagai hal karena masyarakat sudah menjadi irasional, semuanya di kerahkan untuk terus berproduktivitas dan memperlancar produksi ditambah standar hidup masyarakat tersebut  semakin tinggi, hingga  bukan lagi masyarakat tanpa kelas yang diperdebatkan melainkan bagaimana upaya masyarakat tersebut dalam berlomba lomba mempertahankan status quo mereka. Dari perilaku tersebut membuat masyarakat  menjadi konsumtif akhirnya mereka mengalami apa yang disebut sebagai kebutuhan palsu, pasalnya   semua serba digital di era saat ini, contoh nyata mulai dari  berkembang pesatnya aplikasi belanja online sampai ke pembayaran digital, Maka dilihat dari  perspektif Marcuse, bagaimana industri digital tersebut telah  memanipulasi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan palsu mereka dengan sederhananya melalui  gratis ongkos kirim tanpa batas, cash back, diskon yang besar, hingga strategi iklan menggunakan influencer yang mempunyai pengaruh besar , maka disinilah letak perilaku konsumen berjalan dan masyarakat pun mengikuti arus tersebut dengan mengkonsumsi barang yang yang bukan kebutuhan primer mereka tetapi karena hasrat  yang menjadi  kebutuhan palsu.

Ada satu lagi satu dampak langsung dan paling mencemaskan serta membahayakan yaitu peningkatan jumlah penganggur secara signifikan.  Menurut laporan data Badan Pusat Statistik yang di terbitkan pada februari 2020 lalu bahwa jumlah angkatan kerja sebanyak 137,91 juta orang, mengalami kenaikan  1,73 juta orang dibanding Februari 2019. Berbeda dengan naiknya jumlah angkatan kerja, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mengalami penurunan sebesar 0,15 persen poin. Hingga dalam  setahun terakhir, pengangguran bertambah menjadi 60 ribu orang, berbeda dengan TPT yang turun menjadi 4,99 persen pada Februari 2020. Dilihat dari tingkat pendidikan, TPT Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) masih yang paling tinggi diantara tingkat pendidikan lain, yaitu sebesar 8,49 persen.

Atas apa yang terjadi pada masyarakat modern karena perubahan revolusi Industri dan Sistem Kapitalisme yang membelenggu umat manusia tersebut, Marcuse merangkum pemikiranya dan menilai dalam ideologi marx dibutuhkan Persiapan ruang kesadaran memerlukan disiplin ilmu yang mengerti dan memahami kondisi batin Individu sebagai manusia. Di sinilah psikoanalisis memainkan peran penting. Freud menganggap adanya titik lemah dan penyakit kronis yang menghabisi manusia dan peradabannya sepanjang zaman. Dimana setiap individu menderita akibat penguasaan, pemerasan dan ketidakadilan dan semua penderitaan itu tertanam secara Iaten di masyarakat dan kebudayaan. Freud dalam analisisnya yang menjadi inspirasi Marcuse amat bermanfaat untuk mempersiapkan mental dan pikiran individu untuk berjuang dan mendapatkan kembali kebebasan dan martabatnya yang terambil.

Sebagai penutup, saya merasa bahwa revolusi industri disatu sisi memberi kemajuan bagi peradaban manusia tentang bagaimana manusia mampu menciptakan, berinovasi dan mengembangkan teknologi  akan tetapi disisi lain sistem kapitalisme yang semakin membelenggu masyrakatnya dalam kemajuan teknologi membuat  masyarakat sendiri kehilangan kesadaran rasionalnya   justru menciptakan sisi kemunduran juga karena penguasaan alat teknologi untuk berproduksi justru menjadi alat penindasan dan pengendalian sosial 

sehingga pertanyaan yang timbul adalah apakah teknologi itu memudahkan dan membebaskan masyarkatnya atau justru menindas dan mendominasi kita?



Referensi:

Buku:

Marcuse, Herbert. 1964. One Dimensional Man. New York: Routledge Classics

Saeng, Valentinus.2012 .Herbert Marcuse "Perang Semesta Melawan Kapitalisme  Global". Jakarta: Gremedia Pustaka

Jurnal:

Darmaji, Agus. 2013. Herbert Marcuse Tentang Masyarakat Satu Dimensi. Ilmu Ushuluddin, Volume 1, Nomor 6 

Website:

https://www.bps.go.id/subject/6/tenaga-kerja.html 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun