Kebudayaan Hindu-Buddha di Nusantara dimulai sekitar abad ke-IV Masehi. Kebudayaan Hindu-Buddha  di  Nusantara  berkembang  bersamaan  dengan  perkembangan  beberapa  kerajaan.  Umumnya kerajaan-kerajaan itu berpusat di Pulau Jawa, sehingga peninggalan kebudayaan Hindu-Buddha masih dijumpai dengan mudah di Jawa, terutama di Jawa bagian tengah dan bagian timur. Adapun kebudayaan Hindu-Buddha yang diterima di Jawa bagian barat hanya sedikit dan hanya pada bagian "kulit luarnya" saja (Munandar, 2019: 10-11). Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha tersebut menyebakan berdirinya beberapa kerajaan bercorak Hindu-Budha di Nusantara.Â
Salah satu kerajaan yang berkembang di Nusantara, khususnya Pulau Jawa ialah Mataram Kuno. Berdasarkan temuan prasasti Kerajaan Mataram Kuno berkembang sekitar abad VIII-X M. Sejarah pendirian Kerajaan Mataram Kuno terdapat dalam Prasasti Canggal, yang ditemukan di halaman Candi Gunung Wukir, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang. Berdasarkan prasasti tersebut  Sanjaya  dinobatkan  sebagai  raja  pada  tahun  717  M  dengan  gelar  Rakai  Mataram  Sang  Ratu  Sanjaya. Kedudukan  Sanjaya  sangat  kuat  dan  berhasil  menyejahterahkan rakyatnya.
Pembagian  wilayah  kerajaan  pada  masa  Jawa  Kuno  dapat  berdasarkan  aturan  adat  atau  kebijaksanaan  seorang  raja.  Daerah  yang  sudah  jelas  wilayahnya  dari  masa  prakerajaan  terus  berlangsung  dengan  menambah  perangkat  pejabatnya  atau  menyempitkan  wilayahnya.  Raja  memiliki  hak  untuk  mengadakan  pembagian  wilayah  berdasarkan  kepentingan  politik  ataupun  ekonomi (Darmosoetopo, 2003: 48). Cara pembagian wilayah tersebut salah satunya dilakukan oleh Kerajaan  Mataram  Kuno.  Pembagian  wilayah  Kerajaan  Mataram  Kuno  dapat  diketahui  melalui  prasasti. Beberapa prasasti dari periode awal berdiri hingga berakhirnya Kerajaan Mataram Kuno menjelaskan  pembagian  wilayah.  Pembagian  wilayah  tersebut  terdiri  atas  pemerintahan  tingkat  pusat atau kerajaan, pemerintah daerah, dan pejabat yang memimpin atau bertugas dalam setiap tingkatan pemerintahan.Â
Kerajaan Mataram Kuno yang merupakan kerajaan yang telah berkembang di sekitar abad 9 kini menyisakan peninggalan sejarah yang masih dapat dilihat hingga saat ini.Pengaruh budaya Hindu dan Budha dari Mataram  masih terasa di Indonesia hingga saat ini, terutama dalam bidang seni, kepercayaan tradisional, bahasa, dan arsitektur. Dalam bidang  arsitektur dan konstruksi mataram kuno terkenal dengan pembangunan candi-candi besar seperti Candi Borobudur dan Candi Prambanan yang sampai saat ini dijadikan sebagai tempat wisata dan tempat wisata religi internasional. Kedua pura ini tidak hanya menjadi pusat peribadatan tetapi juga  pusat pendidikan spiritual dan budaya. Situs cagar budaya ini tidak hanya memiliki nilai sejarah dan religi, tetapi juga banyak berkontribusi pada sektor perekonomian melalui pariwisata, menghasilkan pendapatan dan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar. Arsitektur dan ukiran bangunan ini menunjukkan kuatnya pengaruh  budaya Hindu dan Budha yang berasal dari India namun disesuaikan dengan kekhususan setempat.
Dalam sitem kepercayaan Kerajaan Mataram kuno menganut agama Hindu dan Buddha sebagai agama kerajaan, yang menyebar di kalangan masyarakat. Meski tidak seketat di India, sistem kasta ala Hindu juga mulai ditegakkan dalam kehidupan bermasyarakat. Kepercayaan ini menyebabkan munculnya banyak ritus keagamaan, ritual dan nilai-nilai yang menjadi landasan kehidupan masyarakat sehari-hari. Begitu juga dengan Seni dan sastra yang berkembang pesat pada masa kerajaan Mataram kuno.
 Sastra Jawa Kuno khususnya sangat dipengaruhi oleh epos Hindu seperti Mahabharata dan Ramayana. Pengaruh tersebut terlihat pada berbagai prasasti, kakawin, wayang, dan kesenian tradisional lainnya yang berkembang di dalam kerajaan mataram kuno. Epos Hindu dan Buddha seperti Ramayana dan Mahabharata masih dipentaskan dalam bentuk tari, wayang, dan teater tradisional. Pertunjukan Sendratari Ramayana  Prambanan misalnya, masih rutin dipentaskan hingga saat ini. Kesenian ini telah menjadi identitas budaya yang memperkaya keragaman seni rupa Indonesia.
Dalam Sistem Pemerintahan Kerajaan Mataram memperkenalkan sistem pemerintahan terpusat dimana raja dianggap sebagai penjelmaan Tuhan (Dewaraja). Raja mempunyai kekuasaan mutlak atas rakyat dan dianggap sebagai pemimpin spiritual dan pemimpin bidang politik. Sistem ini memperkuat kedudukan kerajaan dan mempengaruhi struktur pemerintahan  kerajaan-kerajaan di Indonesia lainnya. Dalam bidang Pendidikan dan Filsafat Ajaran Hindu dan Buddha memang memandang pendidikan dan pencarian ilmu pengetahuan  sebagai jalan menuju pencerahan. Kerajaan Mataram Kuno menjadi pusat pembelajaran agama dan filsafat yang membantu menyebarkan nilai-nilai moral dan etika. Pemikiran filosofis  kedua agama ini banyak terdapat di pura yang juga berfungsi sebagai tempat pembelajaran spiritual.
Tradisi dan Ritual Adat: Banyak tradisi adat di Jawa dan Bali yang dipengaruhi oleh ajaran Hindu dan Budha, antara lain ritual keagamaan, ritual penghormatan leluhur, dan sistem penanggalan Jawa. Di Pulau Bali misalnya, pengaruh agama Hindu dan Budha sangat dominan dalam ritual keagamaan, falsafah hidup, dan praktik sehari-hari.Hal ini juga diterapkan dalam Nilai-Nilai Spiritual dan Filosofi Hidup yaitu Masyarakat Indonesia hingga kini mempunyai keyakinan yang beragam, namun nilai-nilai  ajaran Hindu dan Budha tetap membentuk budaya lokal khususnya di Pulau Jawa dan Bali. Konsep-konsep seperti karma (sebab akibat) dan dharma (kewajiban atau kebenaran moral) masih ada hingga saat ini sebagai pedoman etika dalam kehidupan sehari-hari agar hidup lebih memiliki aturan yang terarah.
Masyarakat Mataram Kuno pada abad 9 juga menerapkan Struktur Sosial yaitu sistem kasta pada zaman dahulu. Beberapa pola hubungan sosial yang berasal dari sistem kasta zaman Hindu dan Budha masih terlihat jelas hingga saat ini meski tidak seketat dulu.  Contohnya adalah sistem kasta mulai dari brahmana, ksatria, waisya, dan sudra. Secara  fungsional  kaum  brahmana  dianggap  memahami  kitab-kitab  suci  Hindu  dan  dianggap mengetahui berbagai  upacara-upacara  keagamaan.  Kaum  brahmana dianggap  dapat  memberi perlindungan terhadap kodrat-kodrat yang lebih tinggi. Melalui merekalah agama Hindu itu masuk dan berkembang (Oemar, dkk., 1994: 46-47). Golongan brahmana memiliki peran dalam bidang keagamaan sebagai pemimpin upacara keagamaan.Â
Golongan brahmana sebagai orang yang mengetahui agama Hindu-Buddha merupakan seorang guru. Brahmana tersebut mengajarkan konsep keagamaan Hindu-Buddha kepada murid atau siswa (Arrazaq, 2019: 6). Golongan kesatria merupakan golongan yang terdiri atas raja dan pejabat kerajaan. Sedangkan Golongan  waisya  terdiri  atas  masyarakat  yang  berprofesi  sebagai  pedagang.  Golongan  pedagang merupakan golongan masyarakat yang sudah dikenal pada masa Kerajaan Mataram Kuno. Keberadaan  pedagang  dapat  diketahui  berdasarkan  temuan  Prasasti  Ramwi  (804  Saka). olongan sudra berdasarkan prasasti peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yang ditemukan di  sekitar  Candi  Borobudur  tidak  menyebutkan  hal  tersebut.  Tetapi,  prasasti  yang  ditemukan  di  tempat lain dari masa Kerajaan Mataram Kuno menyebutkan golongan masyarakat biasa.Â
Salah satu prasasti yang menyebutkan keberadaan golongan masyarakat biasa ialah Prasasti Luitan (823 Saka). Masyarakat mataram kuno juga menerapkan Penggunaan Bahasa dan Sastra contohnya seperti Bahasa dan Aksara Jawa Kuno  yang berakar pada Aksara Palawa yang masih dipelajari dan digunakan di beberapa sekolah dan kegiatan kebudayaan di Pulau Jawa dan Pulau Bali. Sastra klasik yang terinspirasi dari teks Hindu dan Budha juga menjadi bagian dari kelas sastra di Indonesia. Warisan tersebut ditunjukkan dengan nilai-nilai dan budaya yang muncul pada masa Hindu dan Budha yang memiliki ketahanan yang kuat, tetap relevan hingga saat ini, dan  berkontribusi terhadap keberagaman jati diri bangsa di tengah modernitas.
Sumber refrensi:
1. Jurnal (https://patrawidya.kemdikbud.go.id/index.php/patrawidya/article/view/307)
2. Buku SejarahÂ
AURA SALSABILA J - 8
LAILATUL SUCI R - 21
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H