IQ adalah istilah yang pertama kali diperkenalkan oleh Alfred Binet (psikolog asal prancis) untuk mengelompokkan tingkat kecerdasan manusia. Kemudian Lewis Terman mengadaptasi tes IQ Binet dan menyusunnya dengan norma populasi sehingga dikenal dengan istilah tes Stanford Binet.
Faktor-faktor yang mempengaruhi IQ:
- Faktor bawaan, faktor bawaan adalah faktor utama yang mempengaruhi kecerdasan. Faktor ini berasal dari sifat-sifat yang dibawa sejak lahir.
- Faktor minat dan bakat khusus, minat seseorang dapat menjadi pengarah tindakan dan  menjadi pendorong utama dalam bertindak.
- Faktor pembentukan, pembentukan mencakup semua pengaruh eksternal yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan.
- Faktor kematangan, setiap organ dalam tubuh manusia berkembang seiring waktu.
- Faktor kebebasan, kebebasan ini merujuk pada kemampuan seseorang untuk memilih metode tertentu dalam menyelesaikan masalah.
- Faktor lingkungan, perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh asupan gizi yang diterima.
Pengaruh inteligensi
Pengaruh inteligensi dalam belajar merupakan salah satu isu utama dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Beberapa pihak menilai ia memiliki peran penting dan menentukan keberhasilan seseorang dalam belajar.
Tugas aspek dasar dalam inteligensi:
- Kecenderungan untuk menetapkan dan mempertahankan tujuan tertentu
- Kemampuan untuk beradaptasi demi mencapai tujuan
- Kemampuan untuk melakukannya oto-kritik (mengevaluasi diri sendiri)
Peran inteligensi dalam pendidikan dan pembelajaran
Tes IQ dianggap sangat penting dan sering digunakan sebagai dasar kuat untuk menilai berbagai aspek kemampuan manusia. Kelemahan tes inteligensi:
- Tes ini dipengaruhi oleh budaya
- Tes ini hanya relevan untuk perilaku tertentu
- Tes ini hanya sesuai dengan kepribadian tertentu
- Hasil perbandingan yang diperoleh oleh tes ini tidak sepenuhnya ditentukan oleh faktor.
EQ: kemampuan untuk memahami, menilai, mengelola, dan mengendalikan emosi diri. EQ berhubungan dengan perasaan, seseorang dengan EQ tinggi cenderung lebih mengutamakan perasaan daripada logika.
Aspek dalam EQ:
- Kesadaran Diri (Self-awareness), memahami apa yang kita rasakan dan menggunakan pemahaman tersebut untuk membuat keputusan, serta memiliki penilaian yang realistis mengenai kemampuan diri sendiri.
- Pengaturan Diri (Self-regulation), mengelola emosi agar tidak mengganggu pekerjaan, namun justru membantu dalam menyelesaikannya.
- Motivasi (Motivation), memanfaatkan dorongan untuk mencapai tujuan, membantu kita untuk terus berinisiatif dan berusaha memperbaiki diri.
- Empati (Empathy), meresapi apa yang dirasakan orang lain, dan mempertimbangkan perspektif mereka dalam pemikiran dan tindakan kita.
- Keterampilan Sosial (Social Skill), mengelola emosi dalam hubungan dengan baik, membaca situasi sosial secara akurat, dan mampu bekerja sama dalam tim dengan efektif.
Faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional: lingkungan keluarga dan lingkungan non keluarga.
Manfaat EQ bagi peserta didik:
- Keterampilan untuk bersikap jujur, disiplin dan tulus pada diri sendiri, yang memperkuat kesadaran diri, mendengarkan suara hati, serta mengembangkan rasa hormat dan tanggung jawab.
- Kemampuan untuk memperkuat diri terus maju, ulet dan secara berkelanjutan membangun inspirasi.
- Pengembangan watak dan kewibawaan, peningkatan potensi serta integrasi tujuan belajar dan tujuan hidup.
SQ: berasal dari kata spiritual (batin, rohani, keagamaan) dan Quotient (kecerdasan) berarti sempurnanya akal budi, kepandaian, ketajaman pikiran. Landasan yang diperlukan untuk menjalankan IQ dan EQ. SQ dalam pembelajaran sangat penting bagi siswa agar nilai-nilai moral tertanam sejak dini. Ketika anak dapat menggabungkan semua kecerdasannya, mereka akan merasakan perbedaan antara belajar biasa dan belajar dengan penguatan spiritual.
Peran SQ dalam pembelajaran
- Siswa diharapkan mampu lebih bijak dalam  mengambil keputusan.
- Berperan dalam meningkatkan motivasi belajar.
Hubungan antara IQ, EQ dan SQ
Hubungan antara IQ, EQ, dan SQ merupakan sebuah kesatuan yang saling berkaitan, berhubungan, dan saling mempengaruhi. Ketiga kecerdasan ini bekerja bersama-sama dalam sinergi yang menentukan keseimbangan kecerdasan manusia. Jika salah satu dari kecerdasan tersebut tidak difungsikan, maka akan terjadi ketimpangan dalam kecerdasan manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H