Teori belajar psikologi kognitif: menekankan pentingnya memahami proses mental internal pada manusia. Para ahli berpendapat bahwa perilaku manusia tidak dapat sepenuhnya diukur atau dijelaskan tanpa melibatkan proses mental. Dalam pandangan ini belajar pada dasarnya adalah sebuah proses mental, bukan hanya perilaku jasmaniah.
Asal pertumbuhan teori belajar kognitif:
- Berkembang setelah muncul teori belajar Gestalt (yang meneliti tentang persepsi dan pemecahan masalah, dikenalkan oleh Max Wertheimer)
- Kemudian dilanjutkan oleh Kurt Koffka (1886-1941) yang menjelasakan secara rinci hukum-hukum persepsi, dan Wolfgang Kohler (1887-1959) yang mempelajari insight pada simpanse
- Konsep utama dari psikologi gestalt salah satunya merupakan insight, yakni pemahaman mendadak mengenai hubungan antar elemen-elemen dalam suatu masalah
- Menurut teori gestalt, kejelasan dari makna apa yang diamati dalam situasi belajar lebih efektif dalam meningkatkan pembelajaran seseorang dibandingkan dengan penggunaan hukuman atau hadiah
Teori Belajar Kognitif Field Lewin
Teori belajar ini bertolak belakang dari penemuan psikologi gestalt, Lewin (1892-1947) mengembangkan teori belajar cognitive field, yang berfokus pada kepribadian dan psikologi sosial. Lewin memandang setiap individu berada dalam medan kekuatan psikologis, yang disebut dengan life space (mencakup lingkungan di mana individu berinteraksi, baik orang disekitar, objek fisik yang dihadapi, ataupun fungsi psikologis yang dimiliki). Proses belajar terjadi akibat perubahan dalam struktur kognitif individu. Lewin  menekankan pada peran motivasi dalam proses belajar, dibandingkan penggunaan penghargaan ataupun reward.
Teori belajar cognitive Development Piaget
Piaget berpandangan bahwa proses berpikir berkembang secara bertahap, dari konkret menuju abstrak. Ia menggunakan istilah Schame dan bergantian dengan istilah struktur yang merujuk pada pola perilaku yang berulang. Skema ini terbagi menjadi dua jenis: skema bawaan (bernapas,makan, dan minum) dan skema mental (pola perilaku, sikap atau klasifikasi). Piaget menyatakan bahwa kecerdasan terdiri dari tiga aspek, yaitu: struktur (Schame), isi (content)-merujuk pada pola perilaku spesifik saat individu menghadapi masalah, dan fungsi (function) terkait dengan cara individu mencapai kemajuan intelektual.
Discovery Learning Burner
Jerome Burner memformulasikan konsep dengan landasan bahwa anak-anak harus berperan aktif dalam proses pembelajaran, dipengaruhi oleh teori perkembangan Piaget. Burner mendorong siswa untuk membangun pemahaman mereka sendiri melalui eksplorasi. Burner mengaitkan metode pembelajaran dengan kebutuhan perkembangan intelektual siswa, yang sejalan dengan ide Dewey (tentang problem solving). Menurut Burner, kurikulum yang efektif tidak hanya memberikan informasi tetapi juga membentuk siswa untuk mampu problem solving, ilmuwan, atau ahli dalam bidang tertentu.
The art of discovery dari Burner:
- Adanya suatu kenaikan dalam potensi intelektual.
- Ganjaran intrinsik lebih ditekankan dari pada ekstrinsik.
- Murid yang mempelajari bagaimana menemukan berarti murid tersebut menguasai metode discovery learning.
- Murid lebih senang mengingat informasi.
Implikasi teori kognitif
- Pembelajaran Berbasis Pemahaman dan Insight
- Belajar sebagai Proses Pemecahan Masalah
- Lingkungan Belajar dan Life Space
- Pengajaran Berdasarkan Tahapan Perkembangan Kognitif
- Asimilasi dan Akomodasi dalam Pengajaran (Piaget)
- Discovery Learning dan Belajar Mandiri (Bruner)
- Penggunaan Teknologi dan Visualisasi dalam Pembelajaran
- Pembelajaran yang Terstruktur dengan Baik.
Pendekatan KonstruktivismeÂ
Konstruktivisme berasal dari bahasa Belanda yaitu "to construct" Yang artinya membentuk. Aliran ini berpandangan bahwa pengetahuan yang dimiliki merupakan hasil dari proses pembentukan diri sendiri. Dalam pendidikan, pendekatan ini dibagi menjadi dua kategori:
- Konstruktivisme individual (psikologis /endogenous)
Berfokus pada bagaimana seseorang dapat mengembangkan berbagai aspek kognitif dan emosionalnya. Aspek dalam konstruktivisme individual antara lain: pengalaman pribadi, proses kognitif, dan refleksi.
- Konstruktivisme sosial
Berfokus pada bagaimana seseorang bereaksi dengan yang lainnya. Aspek konstruktivisme sosial antara lain: interaksi sosial, Â peran guru, dan zona perkembangan proksimal.
Prinsip dasar teori konstruktivisme
- Belajar merupakan sebuah proses aktif
- Anak belajar dengan baik dan menyelesaikan berbaagai konflik kognitif melalui pengalaman, refleksi dan metakognitif.
- Peserta didik secara aktif berusaha mengonstruksikan makna.
- Konstruksi pengetahuan tidak hanya dilakukan secara individual tetapi juga dapayt dilakukan secara sosial, melalui interaksi sosial, baik itu dengan teman sebaya, guru, orang tua, dan sebagainya.
- Guru harus memiliki pengetahuan tentang perkembangan anak dan teori belajar.
- Pembelajaran harus dikonseptualisasikan.
- Mengonstruksikan pengetahuan secara menyeluruh, dengan cara mengeksplorasi dan menengok kembali materi yang telah di pelajari.
Secara sederhana dapat diartikan sebagai kesederhanaan proses berpikir, yang berperan dalam membantu mengendalikan tindakan. Marzano membagi metakognitif menjadi dua aspek utama: pengetahuan dan kontrol diri (melibatkan pemahaman tentang diri sendiri dalam konteks pembelajaran), dan pengetahuan dan kontrol terhadap proses (berkaitan dengan kemampuan untuk mengelola dan mengarahkan proses berpikir. Jadi, metakognitif adalah kesadaran seseorang terhadap proses berpikirnya sendiri.
Tujuan metakognitif
Meningkatkan kesadaran siswa tentang proses berpikir mereka sendiri serta kemampuan untuk mengontrol aktifitas kognitif.
Penerapan Metakognitif dalam Belajar
Menurut John Flavell, langkah-langkah dalam pelaksanaan metakognitif dalam pembelajaran adalah:
- Planning atau aktivitas merencanakan
- Knowledge atau ilmu yang akan menjadi acuan saat dibutuhkan
- Strategies to use to get there atau menyusun strategi
- Monitoring progress atau proses pemantauan
- Evaluating atau evaluasi
- Terminating atau menyimpulkan hasil.
Asnawir dan Usman menyatakan bahwa media pembelajaran mempunyai fungsi sebagai berikut:
- Membantu memudahkan belajar bagi siswa dan memudahkan mengajar bagi guru.
- Memberikan pengalaman lebih nyata (yang abstrak bisa menjadi konkrit).
- Menarik perhatian siswa lebih besar (jalannya pelajaran tidak  membosankan).
- Semua indera siswa dapat diaktifkan, kelemahan satu indera dapat di imbangi dunia teori dan realitanya.
- Peran media pembelajaran dalam mengkondisikan pembelajaran efektif dapat juga meningkatkan hasil dengan indera lainnya.
- Lebih menarik perhatian dan minat siswa dalam belajar.
Dikemukakan oleh Hamalik yang menegaskan bahwa, "Apapun visualisasinya, fungsi media adalah untuk mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar antara siswa dan konten pembelajaran. Media juga berfungsi sebagai alat komunikasi dan interaksi anatara guru dan siswa dalam proses pembelajaran." Selanjutnya Hamalik pun memerinci manfaat media pendidikan adalah sebagai berikut:
- Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berfikir, untuk mengurangi verbalisme.
- Memperbesar perhatian siswa.
- Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap.
- Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa.
- Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama melalui gambar hidup.
- Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan berbahasa.
- Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H