Konsep kematangan menjelaskan bagaimana individu melalui beberapa tahap hingga menggapai kematangan dalam aspek fisik, emosional, dan pikiran. Kematangan tidak hanya dilihat dari usia biologis, tetapi dilihat pula pengalaman serta lingkungannya. Kematangan mempengaruhi kemampuan seseorang dalam memproses dan menerapkan informasi baru secara efektif. Selain itu, kematangan juga berpengaruh pada kemampuan beradaptasi tiap-tiap individu terhadap metode pembelajaran yang digunakan. Individu yang belum mencapai kematangan yang cukup akan mendapat kemungkinan menghadapi kesulitan yang lebih besar dengan metode yang membutuhkan pemikiran yang abstrak ataupun penyelesaian masalah yang kompleks. Sebaliknya, bila individu sudah mencapai kematangan yang cukup maka akan mudah menangkap informasi dan dapat menyelesaikan permasalahan yang kompleks.
Teori Behavioristik dan Pengaruhnya terhadap Proses Belajar
Teori Behavioristik dikemukakan oleh ahli yang memiliki layar belakang ilmu fisika dan kedokteran, sehingga teori ini beranggapan bahwa pokok persoalan psikologi adalah tingkah laku, tanpa mengaitkan konsepsi-konsepsi mengenai kesadaran atau mentalitas. Tokoh yang mendukung teori ini antara lain: J. B. Easton (1878-1958), E. L. Thornidke (1874-1949), B. F. Skinner (1904), Ivan Pavlov (1849-1936) yang memandang bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku, dalam cara seseorang berbuat pada situasi tertentu.  Menurut Ratna dan Danny aliran Behavioristik merupakan aliran psikologi yang memandang individu dari sudut pandang jasmaniah saja dan mengabaikan  aspek-aspek mental.
Hukum belajar hasil dari aliran Behaviorisme:
Connectionism (S-R) menurut Thorndike
- Hukum efek, hubungan stimulus-respon (S-R) diperkuat jika respon menghasilkan efek memuaskan, dan melemah jika efeknya tidak memuaskan.
- Hukum Kesiapan, organisme memiliki kecenderungan melakukan tindakan jika ada kesiapan yang dipengaruhi boleh unit-unit pengantar.
- Hukum Latihan, hubungan S-R diperkuat dengan latihan berulang dan melemah dengan berkurangnya latihan.
Classical conditioning menurut Ivan Pavlov
- Hukum pembiasaan, jika dia stimulus disajikan bersamaan, salah satunya menjadi penguat maka reflek terhadap stimulus lainnya juga akan meningkat.
- Hukum pemusnahan, kekuatan reflek yang diperkuat melalui pembiasaan akan menurun jika stimulus disajikan tanpa penguat.
Operant Conditioning menurut B.F. Skinner
- Hukum Operant Conditioning: Perilaku yang diikuti oleh stimulus penguat akan diperkuat.
- Hukum Operant Extinction: Perilaku yang tidak lagi diikuti oleh penguat akan melemah dan akhirnya hilang.
- Operant: Perilaku yang menghasilkan efek yang sama pada lingkungan.
Social Learning menurut Albert Bandura
- Observational Learning: Individu belajar melalui peniruan dan penyajian contoh perilaku (modeling).
- Interaksi Kognitif: Perilaku tidak hanya respons otomatis terhadap stimulus, tetapi juga hasil dari interaksi antara lingkungan dan skema kognitif individu
- Reward dan Punishment: Individu menggunakan reward dan punishment untuk menentukan perilaku sosial yang tepat.
Teori humanistik dan pengaruhnya terhadap proses belajar
Teori ini menekankan pada pencapaian aktualisasi diri dan pengembangan potensi individu. Aliran ini berpendapat bahwa proses belajar bermula dari diri sendiri. Teori ini cenderung ke arah keilmuan filsafat yang memanusiakan manusia dan mengutamakan pengalaman dan pemahaman pribadi. Secara keseluruhan teori ini berusaha untuk mengintegrasikan berbagai pendekatan untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih holistik dan relevan dengan perkembangan individu.
Tokoh-tokoh yang menggunakan teori ini antara lain:
- Ausubel