Seorang pemuda menjejakkan kaki di teras rumah besar nan mewah. Rumah itu berdiri di pinggiran desa, lekat dengan sawah dan perkebunan.Â
Sebelum mengetuk pintu dia sempat melirik ke arah jendela. Wajahnya yang memancarkan aura kepolosan itu tampak kusam akibat debu sepanjang perjalanan.Â
Menyadari hal itu, si pemuda lekas berbalik badan, dia menemukan keran air di taman dan memutuskan membasuh wajahnya di sana. Ini adalah hari pertamanya bekerja di rumah itu, ia tak boleh terlihat buruk. Setelah dirasa bersih, ia kembali ke depan pintu rumah.
Ketika hendak mengetuk, terdengar suara lirih meminta pertolongan di luar pagar. Karena penasaran dan khawatir, pemuda itu berlari menghampiri. Rupanya ada seorang wanita tua jatuh terjembab, kayu bakar yang dibawanya jatuh berserakan.Â
Si pemuda kasihan, jadi dia membantu wanita tua itu berdiri, merapihkan dan membawa kayu bakarnya sekaligus mengantar pulang sebab wanita itu berjalan pincang dan di sekitar rumah ini tak ada orang lain.
Selang sepuluh menit, pemuda itu kembali ke rumah besar. Dia menjejakkan kaki di teras, tak sengaja melirik ke bawah dan terkejut menyadari sepatunya kotor oleh lumpur. Ini pasti karena dia melewati jalan yang becek saat mengantar wanita tua.Â
Sedikit panik, pemuda itu turun dari teras, mencari kain pel yang untungnya ada di samping rumah. Setelah membersihkan lantai, si pemuda kemudian membersihkan sepatunya.
Tapi ketika akan memakai sebelah kanan, seekor anjing tiba-tiba saja berlari mendekat dan menggigit sepatunya lalu membawa benda itu kabur. Si pemuda berteriak dan mengejarnya.Â
Mereka berputar-putar di halaman, lalu akhirnya anjing itu keluar halaman. Si pemuda benar-benar merasa frustasi sampai nyaris menangis. Ia tak mungkin melamar kerja dengan satu sepatu saja. Sang pemilik rumah pasti akan langsung mendepaknya.
Si pemuda meminta bantuan pada pria di pematang sawah untuk menghadang anjing itu. Berkat kerja sama keduanya, anjing itu tertangkap dan sepatu berhasil didapatkan. Meski anjing itu nakal, tapi si pemuda tetap melepaskannya dengan baik.Â
Dalam perjalanan kembali ke rumah besar itu, sebuah kereta pengangkut sayur tiba-tiba melintas di sampingnya. Pengendaranya ternyata seorang perantau yang berasal dari desa yang sama dengan si pemuda, karena asik lama tak bertemu, keduanya larut dalam obrolan yang menyenangkan.
Perantau itu menawarkan pekerjaan pada si pemuda, tanpa ragu si pemuda langsung menerimanya dan mereka pun pulang bersama.
Sesampainya di rumah, si pemuda baru ingat kalau seharusnya dia melamar kerja di rumah besar tadi. Tapi setelah dipikir-pikir lagi, pilihannya ini tidak salah, ia bisa tetap tinggal di rumah dan membantu pekerjaan sekaligus bekerja.Â
Keesokan harinya, beredar kabar mengerikan di penjuru desa.
Ada seseorang tewas di sebuah rumah besar di desa tetangga, tepatnya rumah yang kemarin si pemuda ini datangi. Orang itu diketahui akan melamar kerja sebagai penjaga kebun.Â
Menurut laporan teman korban yang sekalu saksi di tempat kejadian, pintu telah diketuk berkali-kali namun tak kunjung dibuka, akhirnya korban berinisiatif membukannya sendiri dan masuk ke rumah itu. Siapa duga di dalam rumah itu ada seorang pembunuh gila yang kabur dari penjara.Â
Setelah membunuh seluruh anggota keluarga di rumah besar itu, si pembunuh gila bersembunyi di balik sofa, menikam si korban malang yang tak tahu apa-apa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H