Langit Tampa menggelap mendung diiringi dengan suara geluduk yang keras. Sepertinya hujan deras tak lama lagi akan menyapa bumi.Â
"Salwa, beneran kamu gak mau ikut?"
"Enggak bu, aku pengen di rumah aja."
"Ikut aja, ini nanti keliahtanya hujan. Kali mati lampu kamu di rumah sendirian gimana?"Â
Menggeleng pelan "Lebih baik aku di rumah dari pada ketemu sepupu-sepupu yang nyinyirnya minta ampun."
Menghela nafas pelan "Ya udah, nanti jangan lupa kunci semua pintu. Kalo ada yang ketok-ketok gak usah dibuka. Kalo ada apa-apa telpon ibu atau tetangga samping rumah."
"Iya, buk. Gak usah khawatir, udah sana berangkat sama bapak. Oh ya, ibu langsung kung aja pagarnya."
"Ya, hati-hati di rumah."
"Oke."
Suara langkah kaki yang menjauh dan tak lama kemudian terdengar suara mobil yang keluar dari pagar halaman. Gadis itu menatap kepergian kedua orang tuanya dari jendela, perlahan ia menutup tirai  dan kembali pada rutinitas kesukaanya, menonton drama.Â
"Stockholm syndrome itu ngeri. Gimana bisa coba korban malah suka sama pelaku."Gumanya mengomentari drama yang tengah ia tonton.