Aruni tercengang melihat sepeda onthel milik kakeknya, ini pertama kalinya Aruni melihat sepeda antik, tidak seperti sepeda yang sering dilihatnya bahkan tak sama seperti sepeda lipat miliknya dirumah.
"Kakek, ini namanya sepeda apa kek?"
"Sepeda onthel. Dulu kakek selalu mengantar dan menjemput ayahmu dengan sepeda ini ke sekolah. Sekarang kakek yang akan membawa Aruni cucu kakek jalan-jalan dengan sepeda ini."
Aruni tersenyum senang sembari mengangguk kearah kakeknya itu, setelah mengunci pintu rumah, sang kakek pun membantu Aruni duduk di boncengan belakang dan mereka siap berangkat.
Aruni dengan sang kakek menikmati suasana perdesaan di pagi hari sembari berboncengan sepeda onthel. Jarang-jarang gadis kecil berusia 10 tahun itu menikmati pemandangan perdesaan seperti saat ini, karna biasanya di Kota Aruni hanya melihat gedung pencakar langit di sekitarannya, tak lupa dengan udara yang tidak sehat yang selalu Aruni hirup, sungguh berbeda sekali dengan udara bersih di Desa ini.
Bruk!
"Aww" pekik Aruni karna kepalanya terbentur dengan punggung sang kakek.
Sembari mengusap-usap jidatnya Aruni bertanya kepada kakeknya yang tengah menepikan sepedanya dari tengah jalan. "Kenapa berhenti kek?"
"Ban kempes. Sepertinya karna sudah lama tidak di pakai."
"Terus bagaimana caranya kita pulang ke rumah kek? Aruni membentuk kedua tangannya seperti teropong kemudian dia berputar-putar melihat sekelilingnya yang di penuhi dengan sawah.
"Tidak ada tanda-tanda ada bengkel di sekitar sini kakek, bagaimana ini?"