Adalah Della, sebuah gereja yang melampaui batas-batas zaman. Della mencerahkan sekian detik dari setiap nafas manusia disekitarnya. Disekitar Della ditumbuhi Abies Alba seumuran dengan batu pertama Della.
Della maminta para Santo menyebar cinta dan kesejukan.Berembuk lah mereka dalam keheningan, dipimpin Santo Boniface. Ia adalah pendatang dari negeri seberang yang hilang. Santo Boniface sudah lama bergeming dengan Tuhan. Saling diam.
Suatu ketika Boniface singgah dalam keadaan terheran-heran. Tidak jauh dari peristirahatan ia melihat orang seimannya berlaku beda. Orang itu bertudung sama, berbaju dan bermata sama dengannya. Hanya saja ia menggenggam piso dan lilin sekaligus. Didepan orang itu terbaring gadis terpejam.
Ternyata sebuah upacara penyembahan telah dilakukan, dalam benak Boniface. Kening Boniface terasa kering, melipat-lipat seperti tumpukan baju perang. Tak segan, Boniface ingin bertanya kepada semua orang.
Bukankah Bapa telah menerima putranya dihari Penghapusan?
Tak ada satu bibir pun yang meladeni pertanyaan Boniface. Pun gadis dosa itu. Ia tetap terpejam.
Tiba-tiba piso itu mengatakan sesuatu kepada Boniface, gadis itu adalah firman. Ia jelmaan Tuhan dalam mimpinya. Sehingga banyak pendosa begitu saja. Lilin tak suka dan menceritakan yang sebenarnya.
“Bukan begitu” katanya. Gadis ini suci dan perawan. Dalam kitabnya, ia akan melahirkan dewa. Dewa itu bukan putra Tuhan, Semesta mengutuk tapi gadis itu semakin disucikan.
Tuhan berfirman kepada kudus, Biarkan !
Dalam kalimat yang sama, Tuhan ingin berkehendak.
Pohon menjulang stinggi Adam. Kakinya bernama Aka. Tak seperti kebanyakan tumbuhan, daunnya menyeru bait angin. Ada bakal biji disetiap ketiak dahan, gunduk dan terlihat seperti puting yang layu. Biasanya ia akan membusung pada musim dingin. Pohon Oak, begitu Tuhan mengajarkan pada Adam. Ia jelmaan Dewa Thor, sang kabut berwarna ijo.