Setiap jasad gadis dikubur dibawah akar Abies Alba. Sampai tak ada gadis lagi yang mengalir darahnya.
Tetua membeli gadis dari negeri Timur. Gadis yang berkulit langsat merona memperlihatkan darahnya yang banyak. Orang Tua mereka mengira gadisnya akan kembali. Tapi tak satu pun begitu sampai Boniface datang dan berbicara denga Thor.
Sebelum berbicara dengan Thor, ia harus berhadapan dengan orang penggenggam piso dan lilin. Orang dengan piso dan lilin geram menantang Boniface beradu kalam. Seandainya Tuhan Pecinta hadir saat itu, Boniface merasa malu dan berhenti. Lantas saja perkelahian dua pendeta jadi menjadi misteri dalam benak kawanan gembala. Tak satupun gembala melerai.
Puji Tuhan, Hanya Tuhan yang berani melerai mereka.
Boniface memukulkan tangannya ke batang pohon oak, Thor. Seketika pohon itu runtuh seperti istana pasir tertelan ombak. Seluruh penduduk disana terperanjat. Menduga Thor akan terbangun.
Menduga Thor marah api. Melumat semuanya, menenggelamkan gunung dan danau. Tak terjadi apapun dalam sejarah.
Boniface menjadi bersalah. Sejak itu Santo Boniface diangkat menjadi tetua gereja Della. Dilain kehendak, ia santo bestari yang sahaja. Hadirnya membawa nasihat. Cintanya sebagai obat kutukan.
Sedangkan tak segadis pun terkucur darah setelah itu. Gadis terpejam tumbuh menjadi pelukis. Lukisannya memenuhi gereja Della. Gereja Tua yang dibangun Dewa Bath atas gembiranya Bunda Nara melahirkan Thor.
Dalam lukisannya, Gadis terpejam dari negeri timur menyematkan belulang gadis-gadis perawan sesembahan untuk Thor. Gadis terpejam membangkitkan belulang dari akar pohon Abies Alba. Pohon yang tumbuh sebagai hutan memagari gereja Della.
Cinta Della dibangun dari lukisan gadis terpejam dari negeri timur. Menjadi sebuah ornamen penggalan sejarah. Mewakilkan semua cinta pada perawan. Membuat cerita disetiap lengkungan belulang.
Della Nampak seperti yang difirmankan Tuhan. Entah, siapa yang disebut tuhan oleh Della.