Mohon tunggu...
Aulora Rosantien
Aulora Rosantien Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Hai, Iam Aulora Rosantien

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Saung Angklung Udjo Sebagai Potensi Pelestarian Wisata Budaya di Jawa Barat

10 Januari 2024   23:19 Diperbarui: 10 Januari 2024   23:24 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Budaya merupakan wujud nyata hasil karya manusia yang keberadaannya menjadi ciri khas antar daerah, sekaligus sebagai simbol eksistensi masa lalu. Kebudayaan bersifat turun temurun dan dianggap sebagai pencerminan kepribadian masyarakat setempat. Begitu sakral dan agung sebuah kebudayaan menjadikan masyarakat meyakini, serta menghormati sebuah kebudayaan. Namun sangat disayangkan pergeseran zaman dan kemajuan teknologi justru semakin menyingkap tabir global, sehingga menarik banyak kebudayaan baru yang akhirnya menggeser kebudayaan asli. Kini, masyarakat telah banyak mengenal variasi kebudayaan baru yang dianggap jauh lebih menarik karena dikemas dengan cara-cara modern. Hal tersebut semakin mendorong kebudayaan asli bangsa Indonesia jauh ke belakang. Hal yang demikian tentu harus menjadi perhatian bagi seluruh kalangan, khususnya bagi generasi muda yang kelak akan mewariskan kebudayaan kepada generasi berikutnya. Jangan sampai kebudayaan asli Indonesia yang diwariskan oleh nenek moyang kita terdahulu usang dan pudar ditelan zaman.

Pernyataan tersebut jelas menunjukkan bahwa globalisasi tidak hanya membawa dampak positif, tetapi turut serta membawa dampak negatif  bagi keberadaan budaya lokal, salah satu sisi ancaman dari globalisasi yakni diakuinya budaya milik Indonesia oleh negara lain. Hal yang demikian tentu dapat merugikan Indonesia dan sangat berbahaya bagi pelestarian kebudayaan daerah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, para penggiat seni dan kebudayaan tradisional terus berupaya memajukan wisata budaya, serta berinovasi menyuguhkan hal baru dan menarik yang dikemas dalam sebuah pertunjukan budaya. Salah satu wadah yang dipandang mampu menarik kembali eksistensi kebudayaan asli Indonesia yakni Saung angklung Udjo yang terletak di Provinsi Jawa Barat. Keunikan dan pembaharuan yang ditawarkan oleh Saung Angklung Udjo sebagai sanggar seni kebudayaan sunda nyatanya mampu meningkatkan ketertarikan generasi muda untuk mempelajari dan melestarikan budaya daerah, khususnya budaya di tanah Sunda. Hal tersebut jelas memberikan kontribusi positif bagi eksistensi kebudayaan daerah, bahkan dampaknya turut serta dirasakan hingga kancah internasional. 

Saung Angklung Udjo (SAU), begitulah penamaan sanggar seni tersebut. Didirikan oleh Udjo Ngalegena dan Sang istri Uum Sumiati sekitar 54 tahun yang lalu di Jalan Padasuka, Bandung Timur, Jawa Barat. Sanggar ini memiliki tujuan yang selaras dengan Undang-Undang hak cipta yakni melindungi serta melestarikan seni dan kebudayaan terkhusus budaya lokal yakni budaya sunda. Saung Angklung Udjo bukan sekedar wadah untuk mewarisi budaya semata, melainkan workshop kebudayaan yang menawarkan suguhan lengkap berupa pertunjukan, pusat kerajinan tangan yang terbuat dari bambu, serta instrumen musik bambu yang keseluruhannya dikemas sebagai laboratorium pendidikan, pusat belajar kebudayaan Sunda serta pelestarian kebudayaan nasional. Saung Angklung Udjo secara rutin mengadakan pertunjukan, baik dalam ranah nasional maupun internasional. Pada 5 Juni 2021, Saung Angklung Udjo berkesempatan menjadi narasumber sekaligus bekerja sama pada acara workshop angklung yang diselenggarakan secara daring oleh KJRI Frankfurf di Jerman. Dalam ranah internal di masa pandemic, SAU membatasi pengunjung yang datang dengan meniadakan pertunjukan secara offline tetapi menggantinya dengan wisata budaya yang dapat dilakukan secara virtual. Hal tersebut membuktikan begitu besar upaya SAU untuk tetap memperkenalkan budaya nasional di tengah tantangan yang ada. Tidak hanya wisata budaya, dalam ranah ketenagakerjaan SAU sudah banyak menjalin kerja sama dengan berbagai kemitraan dan memperluas penjualan workshop kerajinan bambu baik antar daerah maupun mancanegara. Hal tersebut tentu saja membawa dampak positif bagi perluasan kesempatan kerja untuk masyarakat lokal, sehingga pada akhirnya turut serta meningkatkan kesejahteraan banyak pihak. 

Pada kawasan pelataran saung angklung udjo dapat dijumpai workshop kerajinan dari bambu yang dapat dijadikan sebagai buah tangan bila berkunjung ke sana. Berjalan ke arah kiri kita bisa menemukan musholah, WC, area bermain serta tempat parkir yang luas. Setelah puas berkeliling dan melihat-lihat, kita akan dibawa masuk ke lorong bambu menuju tempat pertunjukan. Pengunjung diberi cinderamata berupa kalung berbentuk angklung dengan ukiran bertuliskan saung udjo, serta kertas yang berisikan informasi mengenai sejarah berdirinya saung angklung udjo dan garis besar pertunjukan. Belum selesai sampai di situ, semua pengunjung dipersilahkan untuk memilih es lilin dengan rasa yang mereka mau. Unik bukan?. Pertunjukan dilakukan di tempat terbuka berbentuk saung besar dengan tempat duduk bertingkat yang terbuat dari bambu dan dikonsep membentuk setengah lingkaran yang menghadap langsung ke arah panggung. Biaya yang harus dikeluarkan untuk menikmati pertunjukan di sana bervariasi, mulai dari Rp40.000--Rp.110.000 tergantung dari hari pertunjukan, serta penggolongan jenis pengunjung. Waktu berlangsungnya pertunjukan yakni : pagi, siang, sore, dan malam hari. Khusus untuk hari Sabtu SAU hanya membuka pertunjukan untuk Sore hari. Pertunjukan dibawakan oleh anak-anak sanggar seni saung angklung udjo secara bergiliran dengan durasi 1,5 jam. Pertunjukan mempergunakan dua bahasa, yakni bahasa Indonesia dan bahasa Inggris untuk memudahkan wisatawan asing memahami jalannya acara. 

Saung angklung udjo berupaya memberikan pertunjukan yang terbaik dengan mengutamakan kenyamanan pengunjung. Hal tersebut terlihat dari konsistensi dan kedisiplinan mereka terhadap waktu pertunjukan. Banyak atau sedikitnya pengunjung yang datang tidak membuat saung angklung udjo menghentikan atau menunda jadwal pertunjukan yang sudah dibuat. Maka dari itu, bagi wisatawan yang ingin berkunjung, usahakan untuk datang tepat waktu. Pertunjukannya berupa sandiwara boneka kayu dengan alur perwayangan yang mengisahkan legenda masyarakat setempat. Sayangnya, seluruh pertunjukan wayang golek mempergunakan bahasa sunda sehingga dialog di dalam cerita kurang dapat dipahami namun tidak mengurangi rasa takjub saya terhadap pertunjukan yang sedang berlangsung. Pertunjukan dilanjutkan dengan permainan angklung yang dibawakan anak-anak dalam jumlah banyak yang berisi lagu daerah dari seluruh  nusantara disusul performance angklung yang dikombinasikan dengan alat musik modern. Setelahnya, pertunjukan dilanjutkan dengan bermain angklung bersama para pengunjung, dimana seluruh pengunjung diberikan sebuah angklung dengan nada yang berbeda untuk dimainkan bersama-sama yang dipimpin oleh seorang instruktur SAU yang berdiri di tengah panggung pertunjukan. Pertunjukan ditutup dengan seluruh pengunjung yang diajak menari dan menyanyi di pelataran panggung bersama anak-anak sanggar. Para penggiat seni terus berupaya mengembangkan wisata budaya serta membawa budaya tradisional ke-ranah inernasional. 

Salah satunya saung angklung udjo yang merupakan workshop kebudayaan dengan suguhan berupa pertunjukan, pusat kerajinan tangan yang terbuat dari bambu, serta instrumen musik bambu yang keseluruhannya dikemas sebagai laboratorium pendidikan, pusat belajar kebudayaan Sunda serta pelestarian kebudayaan nasional. Keberadaan sanggar seni saung angklung udjo mengajarkan kepada kita bahwa kebudayaan asli Indonesia dengan segala keunikan dan kewibawaannya tidak akan pernah luntur dan hilang meski dihantam kemajuan zaman. Pada kenyataannya masih begitu banyak generasi muda di tanah Indonesia yang benar-benar mencintai dan berkeinginan untuk melestarikan kebudayaan asli Indonesia. Yakinlah selalu bahwa, sudah menjadi tugas kita sebagai generasi muda untuk melindungi serta melestarikan wisata budaya yang dimiliki oleh Indonesia, hingga kelak keindahan dan keunikannya dapat dinikmati oleh anak cucu kita hingga ribuan generasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun