Pendidikan di Indonesia
“sebuah Negara dikatakan maju, apabila memenuhi 3 aspek berikut, yang pertama adalah pendidikan, yang kedua adalah kualitas hidup, dan yang ketiga adalah Hukum. Jika ketiga nya sudah sesuai, dan mampu berjalan beriringan, maka saya yakin, Indonesia dapat menjadi Negara Maju” – kata Bapak Hermawan, Pustakawan (2014)
Diantara ketiga aspek yang telah disebutkan, yang paling pertama diucapkan oleh narasumber adalah pendidikan. Pendidikan yang baik, mampu menggapai 2 aspek lainnya.
Mengapa harus pendidikan? Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dan negara dalam upaya menjalankan perubahan ke arah yang lebih baik,sehingga mampu merubah pola fikir masyarakat dalam meningkatkan kualitas taraf hidup dan penegakkan hukum secara adil, sesuai dengan aturan dalam UUD 1945. Juga, diharapkan masyarakatnya mampu bersaing, Bukan hanya di negaranya, tetapi juga di dunia internasional.
Bagaimana peran pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan bagi masyarakat indonesia? belum lama ini, menteri pendidikan dan kebudayaan mengumumkan perpanjangan program wajib belajar 9 tahun menjadi wajib belajar 12 tahun. Dibalik pengumuman ini, tentu ada harapan besar yang tersirat dari pemerintah kepada masyarakat indonesia, agar masyarakat indonesia,khususnya penduduk muda mendapat manfaat dari peningkatan akses pendidikan. Diharapkan mereka mampu mendapat peluang besar dan memanfaatkannya, sehingga memiliki potensi dan keahlian pada diri mereka masing-masing, dan mampu mengembangkannya. Sehingga, dampak positifnya yakni, keprofesionalitasan yang dijunjung tinggi, serta lapangan pekerjaanbaru, bukan hanya dari perusahaan swasta, tetapi juga dari wiraswasta. Akhirnya, pendapatan kapita pun meningkat, dan sumber daya manusia indonesia, tidak lagi diragukan keahliannya. Inilah yang sering disebut dengan “generasi emas”
Apa saja dampak positif dan dampak negative yang timbul dari peningkatan kualitas pendidikan di indonesia? dari segi dampak negative, ada beberapa hal yang membuat kita agak heran, mengapa masih ada juga dampak negative dari niat dan harapan yang baik ini.
Yang pertama yaitu, sasaran pengemban kualitas pendidikan,yang minim kesadaran untuk meningkatkan potensi dalam dirinya. Ternyata, banyak sebagian masyarakat indonesia yang tidak mau mengemban pendidikan dalam waktu lama sampai mendapat pendidikan yang tinggi. Banyak alasan yang diutarakan, tapi yang paling menyayat hati adalah, banyak diantara mereka yakni pemuda, yang berfikir “saya sudah mapan atas harta kekayaan orang tua saya, tanpa saya sekolah pun kebutuhan hidup saya sudah terpenuhi”, juga “saya malas belajar terus, lebih baik saya bekerja, dapat uang, tanpa mikirin rumus-rumus yang harus saya hapal setiap harinya”, dan yang terakhir adalah, “saya bosan belajar. Lebih baik saya tidur, mengobrol dengan teman, dan menertawakan hal lucu”. Sungguh beberapa alasan tersebut sudah banyak diucapkan para remaja, yang akhirnya berujung pada pembentukan karakter `malas’ pada sebagian remaja tersebut.
Yang kedua, yakni alokasi dana yang kurang dapat dipercaya. Masih banyak sekolah-sekolah di indonesia khususnya daerah terpencil dan terbelakang menutup sekolah mereka dengan kenyataan yang begitu memilukan, yaitu rusaknya bangunan sekolah, kurangnya tenaga pengajar dan minimnya fasilitas yang mampu mendukung kegiatan belajar mengajar. Disini, terlihat jelas bahwa dana yang dicanangkan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, belum di alirkan ke tempat-tempat yang seharusnya. Banyak dari uang operasional sekolah yang seharusnya diberikan secara adil dan tepat sasaran malah berubah haluan ke arah kantong-kantong orang yang tidak bertanggung jawab. Kurangnya pendidikan moral dan pendidikan keimanan, membuat hal yang seharusnya menjadi niatan baik, berubah menjadi kejahatan yang merusak banyak rencana yang ditujukan kepada “generasi emas”. Peran penegak hukum perlu ditingkatkan.
Namun, dibalik itu semua, ada dampak positif yang perlu juga kita apresiasi atas program pemerintah tersebut. Yang pertama, dari segi kualitas sumber daya manusia, salah satu tujuan ditingkatkannya kualitas pendidikan adalah, agar masyarakat indonesia memiliki kecerdasan dan keahlian di bidang nya masing-masing. Sehingga kualitas SDM-pun meningkat.
Yang kedua, dari segi finansial. Pendidikan yang bermutu, SDM yang memenuhi syarat nasional maupun internasional, mampu menaikkan pendapatan nasional perkapita. Juga pemanfaatan sumber daya alam yang baik dan efisien oleh tenaga ahli dan profesional indonesia, turut membantu meningkatnya pendapatan negara.
Yang ketiga adalah kualitas hidup. Pendidikan yang baik juga membawa dampak positif terhadap pola hidup, juga pola makan masyarakat indonesia. hal ini diharapkan agar masyarakat indonesia mampu menjaga kesehatannya. Sehingga, menekan angka kematian, akibat busung lapar, dan serangan penyakit lainnya.
Yang terakhir adalah penegakkan hukum. Diharapkan pendidikan menjadi mediator, agar masyarakat paham betul mengenai norma-norma yang wajib di taati, diikuti dan diterapkan dengan sepenuh hati. Sehingga menekan kejahatan yang sering terjadi di masyarakat akibat kurangnya pendidikan secara akademis dan pendidikan keimanan. Yang berdampak pada munculnya penyimpangan dari norma-norma.
Dan bahagianya, saat ini banyak LSM, swasta, atau personalitas yang membukan Taman baca masyarakat dan PKBM. ditujukan kepada anak-anak kecil, remaja, ataupun dewasa yang butuh mencari uang tetapi juga berniat untuk mencari ilmu serta bagi mereka yang pernah putus sekolah, dan ingin melanjutkan sekolah lagi agar mereka bisa mendapat pekerjaan yang layak.
Dan dari TBM dan PKBM inilah, penanaman moral dan minat baca dalam rangka proses pendidikan diharapkan berlangsung dari sejak kecil pada kalangan menengah kebawah. Agar mereka sadar betul tentang pentingnya sebuah pendidikan. Karna “apabila seseorang mampu menguasai ilmu, ia dapat menguasai dunia.” – Bung Karno.
Disinilah peran PLS sangat dibutuhkan. Bukan hanya untuk kalangan menengah ke atas, tetapi juga menengah kebawah, seperti gembel, pengemis, anak jalanan, orang-orang yang putus sekolah, dan lainnya. Mari kita tingkatkan minat baca dikalangan masyarakat sejak dini, dan buat kreativitas menarik agar tempat belajar tidak menjadi hal yang membosankan seperti yang tertanam dalam pemikiran banyak orang khususnya remaja saat ini, dan memperluas juga memperbanyak tempat bacaan. Agar mengena kepada sasaran yang kita tuju, yaitu seluruh lapisan masyarakat.
Oleh karena itu, peran keluarga, guru, dan lingkungan sangat besar dalam pembentukan karakter seorang anak untuk merubah nasib bangsa dimasa depan. Agar terlahir bangsa yang sehat, bersih, cerdas, adaptif, inovatif, dan mampu bersaing dengan dunia internasional, yang selalu mengingat ibu pertiwi, tempat dimana mereka lahir, dan mengindahkan keimanan kepada tuhan yang maha Esa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H