Mohon tunggu...
M Aulia Rahman
M Aulia Rahman Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

City life enthusiasts

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pemulihan Gangguan Panik Perlu Konsistensi

14 Juni 2024   21:08 Diperbarui: 14 Juni 2024   22:31 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
unsplash.com/Clem Onojeghuo

Peringatan: Artikel ini berbicara mengenai kesehatan mental, kebijaksanaan pembaca sangat dibutuhkan.

---

Aku tidak ingin kamu mengerti, Namun bacalah.
Bisa jadi menolong orang agar tidak sepertiku.

Pada akhir tahun lalu aku dirawat 10 hari karena serangan panik (lagi), namun bukan berarti aku langsung sembuh.

"Pemulihan dari serangan panik butuh waktu lama, minimal empat bulan", kata psikiaterku.

Dalam beberapa bulan ini, gejala sisa tentu ada setiap hari, dan bisa terasa kapan pun. Tidak mengenal waktu.

Itu artinya, aku kini mengidap Gangguan Panik.

Keadaan diperburuk karena aku juga mengidap komorbid Gangguan Kecemasan Umum dan Depresi.

Ada aturan yang seharusnya aku lakukan selama pemulihan;

  1. Makan 3x sehari
  2. Minum obat teratur. Pagi (Depram), Siang (Clobazam & Neuralgin), Malam (Ativan)
  3. Jangan putus minum obat anti-depressant (Depram & Ativan)
  4. Segera minum obat Alprazolam apabila merasakan gejala panik
  5. Tidur malam di waktu yang teratur. Tidak boleh begadang, tidur harus cukup dan nyenyak
  6. Biasakan berjemur matahari pagi minimal 15 menit
  7. Rajin berjalan kaki dan berolahraga
  8. Setop bekerja apabila sedang dalam tekanan
  9. Prioritaskan istirahat pikiran, atur napas apabila kecemasan datang dan pintar kendalikan emosi
  10. Wajib lakukan kontrol minimal 1 bulan sekali

Pada bulan pertama, kedua... aku bertekad memulihkan gangguan panik dan depresiku. namun di bulan ketiga pemulihan, 

semuanya kacau. 

Aku tidak bisa melakukan aturan sederhana seperti dari poin 1-5.

Aku kini menyalahkan diriku, mengapa membiarkan pemulihan ini berantakan?

Pola makan berantakan, minum obat tidak rutin lagi, pola tidur rusak, rasa murung berlebih dan mudah tertekan terus mengganggu produktivitas.

Semua bertambah rumit. Terlebih saat orang-orang merayakan Bulan Pengampunan, justru bagiku adalah sebuah kutukan untuk pemulihan Gangguan Panikku.

Tapi apa peduli orang? Mereka masih lihat aku sehat, bisa beraktivitas dan tersenyum, jadi mestinya harus kuat kan? 

Jujur saja, aku sulit menjalani. 

Bagian sulit dari penyakit mental, adalah orang menganggapmu seolah kau sehat

Orang tidak pernah tahu kalau aku sekarang sangat kesulitan menjadi manusia.

Hidup terasa tidak ada gunanya, karena usahaku untuk memulihkan diriku sendiri sia-sia

Jadi, apakah salah kalau aku meminta pengampunan untuk kelemahanku ini?

Aku tidak ingin hidup dengan terpaksa. Namun begitu, aku selalu yakin bahwa aku tidak sendiri.

Kenapa hal sederhana seperti segenggam ketenangan sulit saya raih?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun