Mohon tunggu...
M Aulia Rahman
M Aulia Rahman Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

City life enthusiasts

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sebenarnya Ini Langkah Sederhana agar Kita Tidak PSBB Lagi

17 September 2020   17:30 Diperbarui: 18 September 2020   17:07 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by engin akyurt on Unsplash

Ketika Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memberlakukan kembali Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang dimulai sejak 14 September kemarin, rupanya menimbulkan kontra terutama bagi sebagian besar pelaku perekonomian.

Dalam artikel ini rasanya tidak perlu saya jelaskan kembali bagaimana dampak keputusan Anies terhadap ekonomi di Jakarta, sudah banyak media yang mengulas dan netizen pun ikut berpendapat secara pro/kontra di platform media sosial.

Yang jelas dampaknya besar.

Kita semua tahu kalau salah satu keputusan Anies adalah untuk menekan angka penyebaran Covid-19 yang semakin tidak terkendali, hingga kapasitas rumah sakit di Jakarta dikhawatirkan tidak mampu menampung pasien lagi.

Sumber berita: Silang Pendapat antara Anies Baswedan dan Pemerintah Pusat

Dalam fenomena pandemi ini rasanya memang kita harus memilih atau menyadarkan bahwa isu kesehatan dan isu perekonomian bisa saling berlawanan arah, walaupun kedua-duanya sama penting!

Melonjaknya kasus Covid-19 sehari-hari seharusnya menjadi refleksi bagi kita sebagai warga, apakah selama ini saya lengah menerapkan protokol kesehatan dengan benar?

Kita perlu pahami ini, selama 6 bulan pandemi hadir, di saat negara lain telah selesai dengan kasus gelombang pertamanya, Indonesia tidak ada tanda-tanda kapan gelombang pertama ini selesai.

Tentu saja kita jenuh dengan ketidakpastian ini. Belum lagi beberapa orang mengeluh berkurangnya pemasukan sampai kehilangan pekerjaan.

Bagaimana kalau kita berharap saja, PSBB kali ini adalah yang terakhir?

Apa yang harus kita lakukan sekarang, meskipun dengan sederhana, siapa tahu bisa jadi penentu keberhasilan dalam upaya menekan kasus Covid-19.

Rajin Cuci Tangan dan Pakai Masker dalam Kondisi Apapun.

Photo by engin akyurt on Unsplash
Photo by engin akyurt on Unsplash

Saya rasa ini sudah menjadi aktivitas kita sehari-hari ya, namun sayang masih banyak yang kurang tahu atau bahkan lupa dengan pola penyebaran Covid-19 itu sendiri.

Guys, Covid-19 tidak menyebar lewat udara terbuka, justru lewat kontak sesama manusia dan udara tertutup. Untuk itu mengapa Physical distancing diterapkan. Ini lho awal-awal berita yang kita dapatkan dulu pada awal tahun.

Di lingkungan saya, Jabodetabek, warga hingga sekarang masih patuh dengan protokol menggunakan masker. Tapi mereka:

  1. Sudah tidak menerapkan lagi physical distancing, peraturan jaga jarak cuma patuh di dalam Transportasi umum KRL Commuter Line, MRT, dan Transjakarta.
  2. Melepas masker di ruangan, seperti di dalam kantor atau ketika di dalam mobil bersama teman-teman.

Poin kedua tersebut sering saya lihat dari instastory teman-teman saya yang sudah mulai kembali bekerja di kantor (WFO) atau yang traveling.

Maka tidak heran, kasus Covid-19 marak di kluster kerja. Mereka hanya pakai masker di jalan, tapi sebenarnya virus lebih mudah tersebar di dalam ruangan tertutup.

Situasi Antrian KRL Commuter Line di Bekasi -- Dokumentasi Pribadi
Situasi Antrian KRL Commuter Line di Bekasi -- Dokumentasi Pribadi

Bukan berarti bahwa seharusnya kita tidak perlu pakai masker di luar ruangan ya, kita tidak pernah tahu apakah orang yang jalan di depan kita sedang sakit hingga menularkan virusnya.

Gimana kalau mau lepas masker di outdoor? Ya pastikan kita hanya sendiri di alam! Intinya hindari kerumunan saja. Sepertinya kita perlu menyimak kembali pidato menteri kesehatan Singapura beberapa waktu lalu:

Terapkan Kembali Karantina Mandiri

Pasien orang tanpa gejala (OTG) dan pasien reaktif hasil rapid test Covid-19 melakukan senam pagi bersama relawan dan tenaga medis di Rumah Singgah Karantina Covid-19, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu (27/5/2020). Rumah Singgah Karantina Covid-19 ini merawat 33 pasien OTG Covid-19 dan 12 orang reaktif hasil rapid test.(KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO)
Pasien orang tanpa gejala (OTG) dan pasien reaktif hasil rapid test Covid-19 melakukan senam pagi bersama relawan dan tenaga medis di Rumah Singgah Karantina Covid-19, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu (27/5/2020). Rumah Singgah Karantina Covid-19 ini merawat 33 pasien OTG Covid-19 dan 12 orang reaktif hasil rapid test.(KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO)
Pelonggaran PSBB beberapa waktu lalu membuat banyak warga bepergian keluar kota dengan mudah. Padahal ini berbahaya, apalagi mengingat gejala Covid-19 semakin sulit dideteksi.

Untuk itu, anggaplah masing-masing kita semua adalah pembawa virus atau OTG. Jadi kita semua sadar diri untuk selalu menjaga jarak dengan orang lain agar kita tidak menularkan mereka.

Jangan ikut kumpul-kumpul dulu, apalagi kumpul di mal dan ruangan tertutup.

Jika dari luar kota, karantina dirimu sendiri selama dua minggu! Tidak mau? Siapa suruh main-main ke luar kota?

Ini seharusnya juga diterapkan oleh kantor yang karyawannya sudah mulai dinas ke luar kota. Ada banyak macam-macam kasus penularan virus.

Kalau punya dana lebih, coba lakukan tes screening Covid-19 secara mandiri.

Makan Makanan Sehat dan Rajin Berolahraga

Gambar oleh AndiP dari Pixabay
Gambar oleh AndiP dari Pixabay

Pengaruh pola hidup rupanya sangat berdampak dengan kita! Untuk itu sebaiknya kurangi makanan yang tinggi minyak, tinggi lemak, dan tinggi gula.

Dampaknya akan sangat buruk jika kita tidak berolahraga.

Penyakit yang diakibatkan karena jarang gerak, ngeri-ngeri lho! Buktinya, Saya salah satu yang mengalami.

Sejak bekerja dari rumah (WFH), dulu pada awal diberlakukan kebijakan, saya rajin memesan junk food, tidak pernah berolahraga, hingga berpengaruh dengan pola tidur yang berantakan.

Sampai akhirnya di akhir bulan Mei kemarin, muncul keluhan yang mengarah ke jantung. Terlebih dengan kabar berita bahwa selama pandemi jumlah pasien penyakit jantung meningkat. Jadi saya salah satunya?

Situasi di Rumah Sakit saat kontrol -- Dokumentasi pribadi
Situasi di Rumah Sakit saat kontrol -- Dokumentasi pribadi
Untuk itu, jangan sampai salah satu dari kita datang ke rumah sakit selama pandemi. Beban tenaga kesehatan sedang sangat tinggi. Ketersediaan rawat inap semakin sedikit. Dokter dan perawat semakin banyak yang gugur.

Baca Juga: Salahkah Berjalan di Eskalator?

Berolahragalah meskipun ringan dan hanya di dalam rumah. Jika ingin berolahraga di luar, pastikan hindari kerumunan.

Olahraga dan makanan sehat penting untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan mengurangi stres agar kita tidak mudah terserang penyakit.

Tetaplah di Rumah

Situasi Bus Jurusan Bekasi-Senen (9A) -- Dokumentasi Pribadi
Situasi Bus Jurusan Bekasi-Senen (9A) -- Dokumentasi Pribadi
Tolong, tetaplah di rumah, Ini paling aman.

Meskipun jenuh, namun tetaplah di rumah sebisa kalian. Jika sampai sekarang kalian bekerja dari rumah, ini adalah privilage atau keistimewaan yang kalian dapatkan di tahun 2020.

Untuk yang tidak bisa lagi bekerja dari rumah karena perekonomian, usahakan tetap jaga jarak, rajin mencuci tangan, dan pakai masker.

Seperti tadi, anggaplah diri kita semua pembawa virus, sehingga kita harus sadar diri dengan tetap bersih. Jangan sampai keluarga di rumah tertular dengan virus yang kita bawa.

Virus menular melalui kontak, untuk itu pastikan benda yang kita pegang, duduki, atau lingkungan sekitar tetap steril. Rajin membawa hand sanitizer dan semptrotan disinfektan akan sangat membantu mengurangi penyebaran virus!

Di mana suatu peradaban dimulai? Dari keluarga, Jadi tetaplah di rumah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun