Pukul delapan pagi di akhir September, akhirnya kami mendarat di Bandar udara Tan Son Nhat, Ho Chi Minh City, Vietnam.
Syukurlah, penjejakan pertama saya disambut hari yang cerah dan hangat di tengah permulaan musim hujan.
Berkunjung ke Ho Chi Minh adalah wishlist saya selama bertahun-tahun. Dari belajar sedikit sejarah negara tersebut, browsing dan buku bacaan wisata, hingga dari vlog traveler. Sangat menarik!
Ho Chi Minh City punya sejarah peperangan yang sadis, bergaya Eropa dengan bangunan Art Deco bertebaran di mana-mana, tapi berideologi komunis.Â
eh tapi.. kehidupannya berdenyut kapitalis!
Negara-negara tersebut sering kita dengar terisolasi (kecuali China) atau paling tidak punya hubungan yang buruk dengan dunia internasional.
Tapi entah bagaimana dengan Vietnam, begitu saya baru sampai di sana, saya langsung melihat simbol Palu-Arit di dinding bandara dan bendera komunis bertebaran di seluruh kota. Lantas tidak memberi ketakutan pada diri saya.
Nuansa negara ini sangat ramah dan terbuka pada pelancong. Kehidupan masyarakatnya sangat umum, bahkan hedonis!
Wisata yang terkenal dan justru ditawarkan kepada turis mancanegara adalah sejarah tentang kemerdekaan dan perjuangan rakyat Vietnam mempertahankan Komunisme.
*Fakta: Kemampuan bahasa Inggris orang Vietnam sangat baik dibanding orang Indochina dan Thailand. Bahkan tidak menutup kemungkinan, mereka juga fasih berbahasa Prancis.
Vietnam: Komunis tapi tidak Ateis
Walau Sebenarnya Komunisme dan Ateisme adalah dua hal yang berbeda. Komunis yaitu sebuah ideologi politik, dan Ateis adalah kepercayaan anti Tuhan. Namun dalam praktiknya, negara Komunis yang kita kenal tidak mengakui eksistensi Tuhan.
Rusia adalah tanah yang agamis. Kala Uni Soviet berkuasa atau pasca-revolusi Bolshevik, tidak terhitung jumlah gereja ortodoks dan masjid yang hancur karena ideologi Komunisme.
Bangunan ibadah yang tidak dihancurkan sebagian dijadikan gudang dan terbengkalai. Selama 74 tahun lamanya, Komunisme telah menghancurkan kebanyakan agama dan tradisi etnik di tanah Rusia.
Di Korea Utara, Pelancong dilarang membawa Alkitab, Al Quran, ataupun teks agama. Peraturan ini masih berlaku hingga sekarang. Bagi ekspatriat, mereka dilarang menyebarkan ajaran Injil atau agama lain kepada warga Korea Utara.
Di China, umat Katolik dipaksa hanya tunduk pada pemerintah Komunis, padahal gereja Katolik manapun di dunia memiliki pusat administratif, yaitu Vatikan.
"Saat ini umat katolik China menghadapi pilihan untuk beribadah di gereja-gereja yang disetujui pemerintah atau menghadiri misa secara sembunyi yang telah bersumpah setia kepada Vatikan."
Tapi di Vietnam, keberlangsungan hidup masyarakat beragama berjalan harmonis. Persentase agama negara ini pun unik:
Sebanyak 45% dominan masyarakatnya menganut kepercayaan setempat, kemudian diikuti oleh agama Buddha 16% , 6 juta beragama Katolik, 4 juta beragama Caodai, dan 700 ribu pemeluk Islam.
Yang paling unik, di Vietnam ada agama baru yang bersifat monoteis sinkretis, yaitu agama yang menggabungkan agama-agama.
Agama ini bernama Cao Dai
dokumentasi pribadi
Seperti agama pada umumnya, Cao Dai memiliki kuil tersuci yang berada di provinsi Tay Ninh, 3 jam dari Ho Chi Minh City.
Untuk berkunjung ke sini, Kami mengambil paket tour Cao Dai Temple & Cu Chi Tunnel. Tour ini seharian, Dimulai dari jam 8 pagi di lokasi titik temu di daerah Bui Vien, Ho Chi Minh City, mengunjungi Cao Dai Temple dan Cu Chi Tunnel, dan selesai hingga jam 6 sore.
"Dibentuk tahun 1926 oleh Tay Ninh, Cao Dai merupakan perpaduan agama Buddha, Taoisme, dan Konfusius. Ketiga agama ini diyakini punya falsafah yang paling baik". Begitu kata tour leader kami.
Tapi dari beberapa referensi yang saya baca, Cao Dai juga memadukan ajaran Kristen dan Islam. Mereka juga menyembah Yesus Kristus, Muhammad, dan punya ritual rukuk-sujud seperti Salat dalam Islam.
Yang kontroversial, Simbol Tuhan agama Cao Dai adalah Mata Satu (All Seeing Eye).
Tour leader kami menerangkan, bahwa Mata perlambang kehidupan dan pintu masuk hati manusia.
Tapi sebenarnya, bukan "Mata" yang mereka sembah. Cao Dai memandang Tuhan atau sesembahan dari agama manapun sebagai sosok yang sama. Semua agama itu pada dasarnya sama dan satu.
Yang mereka cari adalah kebenaran, keadilan, dan keharmonisan.
Cao Dai Temple berdiri di lahan yang sangat luas, di sini tidak hanya berdiri kuil, tapi juga ada biara dan rumah sakit.
Arsitektur kuilnya sendiri, boleh percaya atau tidak, tidak dirancang oleh manusia, tapi dari surga. Jadi Kuil suci ini, dibentuk dan dibangun sebagaimana perintah dari surga.
Hasilnya tidak mengecawakan. Indah sekali!
Tour leader kami bahkan mengakui kalau ia tidak sepenuhnya mengerti bahasa dan ritual penganut Cao Dai.
Begitulah Vietnam, punya ragam penganut dan kepercayaan. Yang menarik, selain menjadi daya tarik turis, Kuil agama dan daerah sekitarnya sebenarnya adalah provinsi kecil, yaitu provinsi bernama Tay Ninh - sang pendiri agama Cao Dai.
Yang menarik lagi, karena dibentuk pada tahun 1926, atau pada masa kolonial Prancis. Pemerintah kolonial membebaskan penduduk setempat untuk menganut agama ini.
Perjanjian ini terpampang pada dinding di antara pintu masuk Cao Dai Temple.
Kalau paham sejenis Cao Dai berkembang di negara lain, atau bahkan di Indonesia, menurutmu, apakah mereka dianggap sesat?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H