Sejarah sistem O-Bahn adalah karena adanya penolakan warga Essen, Jerman terhadap pembangunan kereta metro.Â
Alasan warga menolak karena kereta akan menimbulkan polusi suara, sehingga jalur yang awalnya akan dibangun rel, diganti dengan beton.
Baca Selengkapnya: Menilik Plus Minus Penerapan O-Bahn Busway
Meski Begitu, O-Bahn Bukan Satu-satunya Solusi
O-Bahn mungkin saja unggul dari BRT dan LRT, Namun sejumlah pengamat transportasi menilai O-Bahn belum mendesak untuk dibangun.
Konsep BRT seperti Transjakarta sebenarnya sudah cukup. Karena dengan BRT pemerintah bisa menghemat dana 20% dan lebih cepat mewujudkannya di kota-kota lain.
Jika kajian yang dilakukan Kemenhub disetujui, rencananya O-Bahn akan beroperasi di kota-kota besar Indonesia seperti Surabaya, Medan, dan Bandung.
Transportasi sekaligus Wakil Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno menilai Teknologi O-Bahn tidak murah, memakan biaya dan waktu yang lama untuk dipelajari.
Pengamat"Teknologi yang tidak murah, masih asing di Indonesia, butuh waktu menyiapkan prasarana pendukung dan mempelajari teknologinya. Untuk lima tahun ke depan cukup sebagai wacana saja."
Pengamat Tak Setuju RI Kembangkan Transportasi O-Bahn
Lagi pula, Transjakarta sudah ideal dijadikan contoh sistem transportasi terintegrasi untuk kota lain. Tidak perlu menggelontorkan dana untuk insfrastruktur seperti trek khusus.Â