Sesuai standar yang telah tercantum di atas. Kondisi koridor BRT di Jakarta saja bahkan ada yang belum memenuhi kriteria. Seperti jalur yang belum steril karena diserobot atau jalur yang bercampur seperti di koridor 9 dan 11.
@PT_TransJakarta kayanya susah banget ya bikin steril jalur lampu merah slipi ke arah slipi Jaya. Sering banget dipenuhi mobil jadi bikin macet. Rush hours gini kan bis penuh, klo lancar kan enak. Tolong dibantu dong. pic.twitter.com/y5v4IjriL1--- Windianingrum (@windianingrum) January 17, 2019
Baca juga: Transjakarta Sudah Punya 122 Rute, Kenapa Jakarta Masih Macet?
Sebab tujuan orang-orang naik BRT adalah karena cepat (Rapid) dan terukur. Kita bisa memprediksi akan sampai jam berapa di tujuan karena sudah terjadwal layaknya kereta. Jika Bus terjebak macet, maka siapa yang menjamin ketepatan waktu?Â
Di daerah lain seperti Yogyakarta, Solo, Semarang, Palembang, Tangerang, dan Bogor jalur khusus sebagai standar BRT pun tidak ada. Jarak antar bus tidak terukur dan halte terletak di pinggir jalan atau justru dibangun di atas trotoar yang menghalangi pejalan kaki.
Baca: Kala Bus Trans Jogja Semakin Jarang Didapat
Hingga saat ini, hanya Jakarta yang memiliki sistem BRT yang diakui oleh internasional berdasarkan penilaian ITDP. Pada tahun 2015, Layanan Transjakarta mendapatkan predikat perunggu atau bronze dalam rentang nilai 55-70 di enam koridor.
Predikat emas diterima oleh sistem BRT di Guangzhou, Tiongkok; Lima, Peru; Guadalajara, Meksiko; Bogota dan Medellin, Kolumbia dan Guatemala City di Guatemala. Sedangkan untuk perak adalah sistem BRT di Istanbul, Turki; Seichang, Tiongkok; dan Orlando,AS. -- Detik.com