Mohon tunggu...
A.RN
A.RN Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

City life enthusiasts

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Transjakarta Sudah Punya 122 Rute, Kenapa Jakarta Masih Macet?

5 Maret 2018   17:01 Diperbarui: 5 Maret 2018   18:21 3615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bentuk halte BRT Sunway Line di Kuala Lumpur yang nyaman (foto: www.saagroup.com)

Namun setidaknya, dengan memberikan transportasi umum yang layak, masyarakat punya pilihan dan tidak mengandalkan kendaraan pribadinya sebagai satu-satunya moda transportasi yang nyaman.

Transportasi publik memang seharusnya berperan dalam meningkatkan kualitas hidup warga kota. Seperti membuat kita menjadi tertib dan teratur, punya estimasi waktu yang jelas, mempermudah mobilisasi dan menjadi tolok ukur kemajuan sebuah kota.

Hadirnya Transjakarta sudah bagus, mengangkat derajat kehidupan urban Jakarta. Membangun sistem angkutan massal yang cepat berbasis bus (BRT) bisa dibilang solusi tercepat dan termurah.

Dengan perkembangan rute yang masif, kota Jakarta kerap kali menjadi bahan kajian para ahli transportasi publik dari negara lain.

Kondisi Prasarana Masih Belum Memadai

Selain faktor tersebut, yang menjadi masalah penting adalah kenyamanan penumpang. Yaitu yang berhubungan dengan kualitas prasarana seperti halte bus dan kemudahan akses.

Halte yang sempit

Jembatan halte yang sempit. foto: nytimes.com
Jembatan halte yang sempit. foto: nytimes.com
Beberapa halte Transjakarta ruang dan aksesnya masih sempit dan keadaannya tidak terurus dengan baik. Seharusnya seiring dengan melonjaknya penumpang karena bermunculan trayek-trayek baru, kapasitas dan fasilitas halte ditambah.

Seperti memperlebar halte dan tangga, menyediakan eskalator, atau bahkan trotoar agar pengguna bisa berjalan kaki dan mengakses Transjakarta dengan baik.

Halte BRT di Kuala Lumpur, Malaysia (sumber foto: kakijalans.com)
Halte BRT di Kuala Lumpur, Malaysia (sumber foto: kakijalans.com)
Halte BRT di Kuala Lumpur (foto: jalanja.blogspot.co.id)
Halte BRT di Kuala Lumpur (foto: jalanja.blogspot.co.id)
Halte BRT Sunway Line di Kuala Lumpur (foto: jalanja.blogspot.co.id)
Halte BRT Sunway Line di Kuala Lumpur (foto: jalanja.blogspot.co.id)
Halte BRT di China. sumber foto: fareast.mobi
Halte BRT di China. sumber foto: fareast.mobi

Akses yang tidak nyaman

Kita seringkali mengeluh karena untuk mengakses beberapa halte Transjakarta harus menaiki tangga yang curam. Padahal ada beberapa halte yang sebenarnya tidak perlu jembatan penyeberangan karena jaraknya terbilang dekat jika kita mengaksesnya dengan zebra cross.

Akses akses halte BRT di Yichang, China. Pengguna menyebrang tanpa harus menaiki JPO (foto: fareast.mobi)
Akses akses halte BRT di Yichang, China. Pengguna menyebrang tanpa harus menaiki JPO (foto: fareast.mobi)
Seperti halte-halte di koridor 11 dan halte-halte yang letaknya berdekatan dengan lampu merah. Akses tersebut justru menyulitkan pengguna, apalagi bagi penyandang disabilitas.

Akses halte Buaran (screenshot google maps)
Akses halte Buaran (screenshot google maps)
akses halte Buaran, pengguna harus menyebrang lewat JPO dahulu. (screenshot google maps)
akses halte Buaran, pengguna harus menyebrang lewat JPO dahulu. (screenshot google maps)
Bagi orang yang terbiasa dengan menggunakan mobil dan tidak ingin capek, tentu mereka akan berpikir ulang kalau ingin naik Transjakarta jika aksesnya sulit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun