Mohon tunggu...
auliyajuwita
auliyajuwita Mohon Tunggu... Guru - pengawas sekolah

tak kenal bukan berarti tak boleh bertegur sapa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Implikasi Filsafat Pendidikan dalam Observasi Kepala Sekolah di Komunitas Belajar Ketapang Kencana Di SMPN 1 Kemuning

7 Januari 2025   17:03 Diperbarui: 7 Januari 2025   17:03 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Auliya Juwita, Ketapang Kencana

Oleh:

1. Auliya Juwita

2.  Imam Rosidin

Pendahuluan

Filsafat pendidikan memegang peranan penting dalam membentuk paradigma praktik pendidikan, termasuk dalam peran kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran. Sebagai pengawas sekolah, observasi kepala sekolah di komunitas belajar menjadi salah satu strategi untuk memastikan keberlanjutan pembelajaran profesional yang berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan. Artikel ini mengkaji implikasi filsafat pendidikan, khususnya teori John Dewey dan Paulo Freire, dalam konteks observasi kepala sekolah di Komunitas Belajar Ketapang Kencana. Komunitas ini merupakan inisiatif yang terbentuk melalui program Guru Penggerak, bertujuan untuk membangun percakapan bermakna antar guru di SMPN 1 Kemuning. Percakapan dalam komunitas Ketapang Kencana ini diharapkan mampu meningkatkan kompetensi guru, memecahkan masalah pendidikan, dan menciptakan budaya kolaborasi berbasis pembelajaran sepanjang hayat.

Profil SMPN 1 Kemuning

SMP Negeri 1 Kemuning adalah sekolah menengah pertama negeri yang berlokasi di Jalan Lintas Timur, Kelurahan Selensen, Kecamatan Kemuning, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau, dengan kode pos 29274. Sekolah ini didirikan pada 25 Mei 1992 berdasarkan SK Pendirian Nomor 0216/B/1992 dan telah terakreditasi B. Menggunakan Kurikulum Merdeka, SMPN 1 Kemuning berkomitmen untuk memberikan pendidikan berkualitas dengan mendukung berbagai inisiatif pengembangan profesional guru, termasuk melalui Komunitas Belajar Ketapang Kencana.

Filsafat Pendidikan dan Komunitas Belajar Ketapang Kencana

Filsafat pendidikan memberikan kerangka berpikir dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang holistik dan kolaboratif. John Dewey, seorang pragmatis, menekankan bahwa pendidikan adalah proses sosial yang terjadi melalui pengalaman nyata. Beliau melihat sekolah sebagai miniatur masyarakat tempat siswa dan pendidik bekerja sama untuk menghadapi tantangan nyata. Dalam Komunitas Ketapang Kencana, prinsip pragmatisme Dewey diterapkan dengan menjadikan pengalaman nyata sebagai dasar pembelajaran. Guru dan kepala sekolah bersama-sama menghadapi tantangan nyata dalam pembelajaran melalui aktivitas berbasis pengalaman, seperti proyek kolaboratif, atau refleksi praktik mengajar. Kepala sekolah berperan sebagai pemimpin pembelajaran yang mendorong pengalaman kolektif di antara guru, siswa, dan komunitas sekolah. Prinsip ini terwujud dalam percakapan bermakna dan kolaborasi yang dirancang untuk mencari solusi atas permasalahan pendidikan secara praktis dan relevan dengan kebutuhan sekolah.

Menurut Imam Rosidin, pemikiran John Dewey tentang filsafat pendidikan memiliki peran yang signifikan dalam membentuk kerangka berpikir pendidikan modern. Imam Rosidin melihat pemikiran Dewey sebagai perspektif yang mengedepankan prinsip-prinsip pendidikan aktif, demokratis, dan berorientasi pada pengalaman. Imam Rosidin menekankan bahwa pendidikan harus berfokus pada pengalaman nyata siswa. Dalam konteks ini, siswa diajak untuk belajar melalui praktik dan eksplorasi langsung daripada hanya menerima pengetahuan secara pasif dari guru selain itu, Imam Rosidin percaya bahwa lingkungan memiliki peran penting dalam mendukung pengalaman belajar siswa. Imam Rosidin menggarisbawahi pentingnya menciptakan lingkungan yang kondusif agar siswa bisa berinteraksi dengan lingkungan tersebut untuk memahami berbagai konsep.

Di sisi lain, Paulo Freire melalui pendekatan pedagogi kritis menekankan pentingnya dialog dan kesadaran kritis dalam pendidikan. Freire percaya bahwa pendidikan harus memberdayakan individu untuk memahami realitas mereka dan mengambil tindakan untuk mengubahnya. Komunitas Ketapang Kencana mencerminkan prinsip ini dengan memfasilitasi diskusi terbuka yang dirancang untuk mengidentifikasi isu-isu pembelajaran. Dalam komunitas ini, guru dan kepala sekolah didorong untuk menyuarakan tantangan yang mereka hadapi dalam praktik pembelajaran, mengeksplorasi penyebab masalah, dan bersama-sama mencari solusi inovatif. Kepala sekolah berperan sebagai fasilitator dialog kritis, memastikan diskusi berlangsung dalam suasana yang inklusif dan produktif. Mereka membantu mengarahkan percakapan agar tetap fokus pada tujuan utama, yaitu peningkatan kualitas pembelajaran, sambil mendorong guru untuk berpikir kritis dan reflektif. Peran ini menjadikan kepala sekolah tidak hanya sebagai pemimpin, tetapi juga sebagai mitra belajar yang aktif di dalam kelompok.

Menurut Auliya Juwita, pemikiran Paulo Freire tentang pedagogi kritis relevan dalam observasi pendidikan dengan menekankan dialog dan kesadaran kritis. Observasi, menurutnya, tidak hanya mencatat, tetapi juga memahami realitas pembelajaran melalui diskusi terbuka. Kepala sekolah berperan sebagai fasilitator, memandu analisis temuan secara kolaboratif untuk mengidentifikasi akar masalah dan solusi inovatif. Dengan pendekatan ini, observasi menjadi alat transformatif yang tidak hanya mengevaluasi, tetapi juga memberdayakan guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran.

Observasi Kepala Sekolah di Komunitas Ketapang Kencana

Komunitas Belajar Ketapang Kencana merupakan wadah bagi kepala sekolah dan guru untuk berdiskusi, merefleksikan praktik pembelajaran, serta mencari solusi inovatif bersama. Observasi kepala sekolah di komunitas ini dilakukan sebanyak dua kali dalam setahun. Tujuannya adalah untuk mendukung kepala sekolah dalam menjalankan peran mereka sebagai pemimpin pembelajaran yang kolaboratif dan reflektif. Observasi ini dilakukan untuk mengevaluasi rencana kerja komunitas, memastikan bahwa aktivitas mereka selaras dengan visi pembelajaran sekolah, dan merefleksikan hasil dan dampak dari kegiatan komunitas terhadap kompetensi guru dan hasil belajar siswa. Observasi ini dilakukan di setiap semester, dengan pelaksanaan diperkirakan dari bulan April - mei di semester pertama, dan bulan september - November di semester kedua.

Observasi kepala sekolah menggunakan pendekatan berbasis pengalaman (Dewey) dan dialog kritis (Freire). Kepala sekolah tidak hanya dievaluasi tetapi juga diajak berdialog dengan pengawas untuk memahami dinamika komunitas belajar dan meningkatkan kepemimpinan mereka. Kepala sekolah bertindak sebagai fasilitator dalam percakapan bermakna, membantu guru untuk berpikir kritis tentang masalah pembelajaran dan mengambil langkah-langkah strategis untuk memecahkannya.

Observasi kepala sekolah memungkinkan pengawas untuk melihat sejauh mana kepala sekolah mempraktikkan kepemimpinan yang mendukung pembelajaran berbasis pengalaman. Kepala sekolah yang efektif akan menciptakan komunitas belajar di mana para anggota komunitas yakni para guru terlibat aktif dalam menemukan solusi atas permasalahan pendidikan.

Menurut sudut pandang Paulo Freire, observasi juga dapat menjadi sarana dialog kritis. Dalam dialog ini, kepala sekolah diajak untuk berpikir kritis tentang dinamika komunitas belajar dan perannya dalam menciptakan budaya belajar yang inklusif. Proses ini dapat memberdayakan kepala sekolah untuk menjadi pemimpin transformasi yang mendukung peningkatan kualitas pendidikan di sekolah.

Komunitas Ketapang Kencana di SMPN 1 Kemuning merupakan wujud nyata dari dialog kritis yang dimaksud Paulo Freire. Dalam komunitas ini, kepala sekolah, guru, dan pengawas sekolah bersama-sama membangun ruang diskusi yang inklusif untuk mengeksplorasi isu-isu pembelajaran. Dalam salah satu pertemuan observasi, kepala sekolah mengacu pada indikator aktivasi kegiatan komunitas belajar dengan membuka ruang diskusi bersama para guru. Diskusi tersebut berfokus pada refleksi terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh Komunitas Ketapang Kencana. Dari hasil refleksi ini, kepala sekolah bersama para guru menentukan program-program yang akan menjadi prioritas sekolah ke depannya. Melalui proses ini, kepala sekolah memfasilitasi para guru untuk berpikir kritis dan berkontribusi secara aktif dalam pengambilan keputusan.

Dengan pendekatan ini, komunitas Ketapang Kencana tidak hanya memberdayakan individu untuk berpikir kritis, tetapi juga mendorong terbangunnya budaya kerja sama yang berorientasi pada pembelajaran sepanjang hayat. Aktivitas komunitas yang berbasis pengalaman, seperti proyek kolaborasi, dan diskusi reflektif, memperkuat prinsip dialog kritis dan membantu menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif dan dinamis.

Implikasi Filsafat Pendidikan dalam Komunitas Ketapang Kencana

Disini menggunakan kata "implikasi" karena fokus pembahasannya adalah pada dampak dan konsekuensi yang muncul dari penerapan filsafat pendidikan dalam konteks observasi kepala sekolah. Kata "implikasi" menekankan bagaimana teori filsafat pendidikan, seperti pragmatisme Dewey dan dialog kritis Freire, dapat memengaruhi praktik kepemimpinan dan pembelajaran di Komunitas Ketapang Kencana. Dengan menyoroti implikasi, maka ini memberikan wawasan tentang hasil refleksi, transformasi budaya, dan peningkatan kualitas pendidikan yang terjadi sebagai dampak dari penerapan teori tersebut.

1. Kolaborasi yang KonstruktifPrinsip pragmatisme John Dewey yang menekankan pendidikan sebagai proses sosial tercermin dalam kolaborasi di Komunitas Ketapang Kencana. Observasi kepala sekolah memberikan ruang bagi pengawas, kepala sekolah, dan guru untuk bekerja bersama dalam mencari solusi atas tantangan pendidikan. Kolaborasi ini memperkuat hubungan antar warga sekolah dan menciptakan lingkungan belajar yang holistik.

2. Refleksi ProfesionalPendekatan dialog kritis Paulo Freire menjadi dasar dalam mendorong kepala sekolah untuk merefleksikan praktik kepemimpinan mereka melalui observasi yang terjadwal. Refleksi ini membantu kepala sekolah meningkatkan kapasitas mereka dalam memimpin komunitas belajar, memastikan bahwa kegiatan komunitas tetap relevan dan berdampak.

3. Transformasi Budaya SekolahKomunitas Ketapang Kencana berfungsi sebagai katalis dalam membangun budaya kerja yang mendukung pembelajaran sepanjang hayat. Prinsip Freire tentang kesadaran kritis diwujudkan melalui dialog terbuka di komunitas, di mana kepala sekolah memastikan bahwa semua guru terlibat aktif dalam proses inovasi dan pengembangan solusi atas permasalahan pembelajaran.

4. Keberlanjutan ProgramDengan jadwal observasi yang konsisten, komunitas ini menjaga fokus pada tujuan utamanya, yaitu meningkatkan kompetensi guru dan kualitas pendidikan di SMPN 1 Kemuning. Prinsip pragmatisme Dewey menggarisbawahi pentingnya pengalaman nyata dalam mendukung keberlanjutan program, melalui aktivitas berbasis pengalaman seperti simulasi pembelajaran dan proyek kolaborasi.

Observasi kepala sekolah di Komunitas Belajar Ketapang Kencana bukan hanya menjadi alat evaluasi tetapi juga sarana refleksi yang mendorong kolaborasi, transformasi, dan inovasi di lingkungan sekolah. Prinsip-prinsip filsafat pendidikan dari John Dewey dan Paulo Freire memberikan landasan kuat untuk memahami peran kepala sekolah dan pengawas sebagai fasilitator pembelajaran. Dengan jadwal observasi yang terstruktur, komunitas ini dapat menjadi ruang dinamis untuk meningkatkan mutu pendidikan secara berkelanjutan.

TERIMA KASIH

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun